“Baru kali ini aku merasa dekat dengan seseorang yang baru saja aku kenal, apalagi lawan jenis. Selama ini aku menjauhi lawan jenis karena menurutku belum ada sosok yang membuatku tertarik. Meskipun ibu sudah mendesakku untuk mencari pendamping dan ingin menjodohkanku dengan anak teman baiknya. Aku merasa hidupku yang sekarang ini masih baik-baik saja.
Tapi… perasaan apakah ini?”
Novel ini hanya fiktif, jika ada kesamaan tokoh dan cerita murni kebetulan. Tidak ada unsur kesengajaan.. Terima kasih..
Halo teman-teman, ini karya terbaru saya, semoga kalian suka. Jangan lupa like, komen dan share yah.. happy reading..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kabur
"Sayang.. Aku merasa tidak nyaman dengan kakak ipar. Bolehkah besok kita kembali ke apartemen?" Tanya Alina yang kini berada dalam pelukan Brian.
"Baiklah, besok selesai sarapan kita pulang." Sebari mengecup puncak kepala Alina.
Brian berpikir jika Alina merasakan hubungannya dengan sang kakak yang belum bisa diperbaiki. Mereka masih sama-sama canggung dan sama-sama enggan memulai percakapan. Mungkin mereka masih memerlukan penyesuaian, sehingga ia menurut untuk kembali ke apartemen.
Alina lega mendengar persetujuan suaminya. Sebenarnya ia ingin mengatakan apa yang baru terjadi, tetapi ia urungkan karena takut membuat hubungan Brian dengan sang kakak semakin keruh.
Pagi hari, keduanya sudah siap. Brian telah menyiapkan koper untuk membawa beberapa pakaian dan keperluannya serta beberapa pakaian sang istri yang dibelikan oleh sang mama. Kemudian mengangkat koper tersebut dan menuruni tangga diikuti Alina dibelakangnya.
Semua anggota keluarga yang telah berkumpul di ruang makan memperhatikan mereka. Ketika keduanya sudah duduk, Mama Humaira menebak jika mereka akan kembali ke apartemen. Sehingga setelah sarapan, beliau mengumpulkan semua orang di ruang keluarga.
"Mama sengaja mengumpulkan semuanya untuk meluruskan sesuatu. Dikta, ada masalah apa dalam rumah tangga kalian? Mama tahu, mama tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga kamu. Tetapi mama tidak bisa terima jika istri kamu melewati batas sampai menghina istri Brian, Alina. Bahkan sebelum kalian berkenalan dengannya."
Seketika Alina dan Clarissa terkejut, apakah kejadian semalam diketahui oleh Mama Humaira? Jika Alina mengkhawatirkan perasaan Mama Humaira sebagai mertua dari dua menantu yang bertentangan, beda halnya dengan Clarissa yang takut jika mertuanya meminta Dikta menceraikannya. Ia masih perlu sokongan dana dari dikta untuk mengembangkan sayapnya di dunia modeling.
Dikta yang di berikan pertanyaan hanya menunduk, sedangkan Papa Rajasa dan Brian melihat ke arah istri masing-masing. Seolah istri mereka menyembunyikan sesuatu dari mereka.
"Dikta! Jawab mama!" Mama Humaira mulai meninggikan suaranya.
"Dikta tidak bisa memberikan cucu untuk mama dan papa." Seperti petir di siang hari, semua orang terkejut dengan pernyataan yang di lontarkan Dikta kecuali Clarissa.
Dikta mulai menceritakan hasil pemeriksaan yang ia lakukan bersama Clarissa dan hasilnya ia dinyatakan mandul. Itulah penyebab hubungannya dengan Clarissa kurang baik akhir-akhir ini. Ia sebenarnya merasa malu pulang ke rumah ini, tetapi ia tetap pulang atas kemauan Clarissa.
Alina dan Brian hanya diam saling menggenggam tangan, sedangkan Mama Humaira telah menitikkan air mata dalam dekapan Papa Rajasa. Beberapa menit mereka terjebak dalam keheningan, sampai Clarissa memecahkannya dengan percaya diri mengatakan ingin menikahi Brian sebagai ganti Dikta. Segera ia mendapatkan tatapan tajam dari Dikta dan tatapan jijik Brian.
"Kamu perempuan tidak tahu malu!" Bentak Papa Rajasa.
"Mama tahu kemauan kamu, makanya mama mengumpulkan kalian sekarang." Beliau pun menjelaskan jika malam itu tidak sengaja mendengar percakapan Alina dan Clarissa.
Brian dan Dikta terkejut, keduanya tidak tahu ada kejadian seperti itu. Segera Brian melihat ke arah Alina seolah meminta penjelasan. Tetapi Alina hanya tersenyum dan memberikan usahan lembut di punggung tangannya.
Ketakutan Clarissa menguap begitu saja, ia pun meminta pertanggung jawaban kedua mertuanya karena ia tidak bisa mengandung keturunan untuk mereka. Dikta yang geram dengan ketidaksopanan sang istri pun menampar pipi Clarissa. Ia merasa malu tidak bisa mendidik istrinya di depan kedua orang tua dan adiknya, ia juga merasa direndahkan sebagai suami. Ia sudah cukup bersabar mengahadapi tingkah istrinya selama ini. Ia tidak menyangka jika Clarissa memiliki niat untuk menikah dengan Brian.
Papa Rajasa tidak tega melihat istrinya bersedih sehingga beliau angkat bicara.
"Dikta, jika kamu masih menganggap kami sebagai orang tua. Ceraikan istrimu, biarlah kami menanggung dosa memisahkan kalian daripada kamu menanggung dosa yang dilakukan oleh istrimu." Dikta melihat nanar kedua orang tuanya.
"Dosa? Sudah lama aku tidak menghiraukannya." Batin Dikta. Dikta mulai mengingat perjuangan kedua orang tuanya dalam mendidiknya. Orang tuanya yang tidak menyukai Clarissa dan mereka yang terpaksa menikahkannya.
"Apakah benar Allah tidak menyayangiku karena aku tidak mendapatkan ridho kedua orang tuaku?" Ia bertanya pada dirinya sendiri. Sudah lama ia tidak mendekatkan diri pada Allah. Setelah peperangan batin yang ia rasakan, dengan menghirup nafas dalam Dikta mengucapkan talak.
"Clarissa Quena binti Charles, aku ceraikan engkau dan aku akan mengembalikan mu kepada orang tua mu."
Clarissa yang tidak terima berteriak dan menangis, sokongan dana meninggalkannya. Kepercayaan dirinya seketika hancur berganti dengan ketakutan. Jika ia di kembalikan ke orang tuanya, ia tidak akan lagi memiliki kebebasan.
Dengan adanya keputusan Dikta menceraikan istrinya, Mama Humaira dan Papa Rajasa menjadi tenang. Meskipun mereka harus melihat drama Clarissa. Sedangkan Brian yang sedang menahan amarah, menggandeng tangan Alina dan segera berpamitan kepada kedua orang tuanya tanpa berkomentar tentang masalah sang kakak. Ia tidak ingin berlama-lama ada disana.
Di perjalanan, baik Brian dan Alina sama-sama diam. Sampai mereka memasuki apartemen, barulah Alina buka suara.
"Sayang, maaf aku tidak menceritakan kejadian tadi malam." Brian hanya diam, ia sedang berusaha meredam amarahnya. Bukan karena apa yang Clarissa katakan, melainkan ia khawatir jika terjadi sesuatu pada Alina.
"Sayang.." panggil Alina seraya memeluk suaminya dari belakang.
Brian melepaskan pelukan Alina dan membalikkan tubuhnya. Menatap mata sang istri yang berair, ia pun merasa bersalah. Brian meminta maaf dan memeluk Alina. Ia meminta Alina untuk menceritakan semua yang telah terjadi. Setelah mendengar cerita Alina, Brian memeluk sang istri dengan erat dan mengatakan jika ia mengkhawatirkannya. Karena setahunya, Clarissa adalah perempuan nekat.
Alina semakin membenamkan kepalanya dalam pelukan Brian. Ia tahu suasana hati suaminya sedang buruk, ia hanya bisa diam menunggu sampai Brian tenang.
Terdengar panggilan masuk dari telepon Brian, menampilkan nama Regis disana. Ia pun melonggarkan pelukannya dan menerima panggilan tersebut. Regis menanyakan dimana Brian sekarang, tetapi Brian justru menjawab jika ia tidak akan ke perusahaan hari ini. Ia meminta Regis untuk mengurus perusahaan dan menutup sambungan telepon.
"Sayang, ayo kita ke pantai." Ajakan Brian yang tiba-tiba tersebut segera diangguki oleh Alina dengan tersenyum.
Sesampainya di pantai, keduanya langsung menuju saung yang ada di pinggiran pantai. Pantai yang terkenal dengan ombaknya dan angin yang cukup kencang, membuat Alina kesulitan memegangi hijab dan gamisnya agar tidak terbuka. Melihat kesulitan sang istri, Brian merasa seperti salah memilih tempat dan akhirnya mengajak Alina pergi ke tempat lain yaitu sebuah villa private dengan pemandangan laut. Keduanya menikmati pemandangan laut siang itu dengan bersantai di teras villa yang terdapat private pool.
Berbeda dengan susana kediaman Rajasa yang sedang kacau. Clarissa memohon agar Dikta tidak menceraikannya dan menolak untuk kembali ke orang tuanya. Tetapi Dikta sudah yakin dengan keputusannya, sehingga tidak menghiraukan Clarissa yang memohon padanya.
Mbok Sumi yang sedang membereskan barang Clarissa atas permintaan Dikta hanya bisa menahan nafas, segera setelah selesai Mbok Sumi keluar dan memasukkan koper kedalam bagasi mobil Dikta. Clarissa masih memohon sampai Dikta menyeretnya untuk masuk kedalam mobil. Mama Humaira dan Papa Rajasa hanya menyaksikan adegan tersebut dengan diam, mereka belum beranjak dari ruang tamu.
Sayangnya, ketika mobil Dikta berhenti di lampu merah Clarissa melarikan diri. Dikta yang menepikan mobilnya terlebih dahulu, kehilangan Clarissa. Ia pun meminta bantuan Edwin, asisten Papa Rajasa untuk mencari Clarissa. Ia juga mengabari Brian perihal kaburnya Clarissa. Dengan sifat nekad Clarissa, ia takut mantan istrinya tersebut akan menyakiti adik iparnya.
Brian menghela nafas berat setelah membaca pesan sang kakak. Baru saja mereka menyelesaikan rumor pernikahan, sekarang mereka harus menghadapi kegilaan Clarissa. Mungkin ini ujian rumah tangganya dari Allah, semoga ia bisa menghadapinya dengan kepala dingin, do'anya dalam hati. Ia juga menekankan sekali lagi kepada sang istri, apapun yang terjadi mereka harus tetap saling percaya dan tidak ada yang di sembunyikan.
Alina mengiyakan sang suami, ia telah belajar tentang Clarissa malam itu. Ia tahu perempuan seperti itu tidak akan mudah menyerah. Selain berhati-hati, ia juga akan berusaha yang terbaik untuk melindungi pernikahannya.