follow Author..
IG : poppy.susanti.7927
FB : Poppy Susanti
Tiktok : Poppy Susan_33
"Menikahlah denganku, maka aku akan membiayai pengobatan adik kamu," seru Dava dingin.
Reva tidak bisa menolaknya, tidak dipungkiri kalau dia butuh biaya untuk pengobatan adiknya sedangkan Dava membutuhkan Reva untuk mengurus kedua keponakannya.
Bagaimanakah nasib pernikahan mereka, akankah mereka berbalik saling jatuh cinta dan berakhir dengan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Perjuangan Berbuah Manis
Hari demi hari sudah terlewati dan Dava sampai saat ini Dava belum bisa masuk ke kantor karena tubuhnya yang terasa lemas.
Reva merasa sangat kasihan kepada suaminya itu, tapi mau bagaimana lagi itu semua memang bukan kemauan Reva.
"Chika, Cello!" teriak Dava.
Chika, Cello, dan Diva sampai terlonjak kaget mendengar teriakan Dava, padahal saat ini mereka sedang berada di ruangan TV.
"Apaan sih Daddy, teriak-teriak? kita ini tidak budeg," kesal Chika.
"Mommy kalian mana?" tanya Dava.
"Lagi masak buat makan siang," sahut Chika.
"Kalian belikan Daddy mie ayam yang suka lewat di depan rumah kita terus sambalnya agak banyakan," seru Dava.
"Iya, nanti juga kedengaran bunyi mangkok dipukul. Nanti Chika belikan," sahut Chika dengan fokus ke TV.
"Tungguin di luar sana, nanti gak kedengaran," seru Dava.
"Astaga Daddy, kita gak budeg nanti juga kedengaran," sahut Cello.
"Kalian mau melawan sama Daddy?" kesal Dava.
"Diva saja Daddy yang tungguin," seru Diva.
"Tidak sayang, kamu masih kecil diam saja di sini dan lanjutkan menggambarnya. Daddy hanya menyuruh kakak-kakak kamu yang nakal itu," sahut Dava dengan menatap tajam ke arah Chika dan Cello.
"Ishh.. ishh.. ishh.. Daddy kalau sedang ngidam sangat menyebalkan," kesal Chika.
Chika dan Cello pun akhirnya menuruti keinginan Dava dengan menunggu tukang mie ayam yang memang suka lewat di depan rumah mereka itu.
"Loh, Chika dan Cello mau ke mana?" tanya Reva.
"Aku suruh mereka menunggu mie ayam yang suka lewat depan rumah," sahut Dava.
"Astaga Mas, nunggu di rumah pun bakalan kedengaran kali."
Dava menarik tangan Reva untuk duduk di sampingnya, laku Dava menyimpan kepalanya dipangkuan Reva.
"Sayang, sampai kapan aku seperti ini? aku capek," keluh Dava.
"Biasanya sampai trimester pertama Mas, 3 bulananlah," sahut Reva.
"Apa? lama banget. Baru beberapa hari saja aku sudah lemas kaya gini, apalagi sampai 3 bulan aku benar-benar gak sanggup sayang," rengek Dava.
"Yang sabar, demi calon anak kita," sahut Reva dengan senyumannya.
"Daddy kok manja sama Mommy? padahal Daddy melarang Diva untuk tidak manja," seru Diva.
"Ini beda lagi sayang, jangan cemburu ya," sahut Dava.
Dava benar-benar sangat tersiksa dengan semua itu, dia baru merasakan bagaimana perjuangan seorang ibu. Selain harus mengandung 9 bulan, mereka juga harus merasakan ngidam yang benar-benar sangat luar biasa.
Dava juga merasa sedih, karena pada saat Reva mengandung Diva, dia mengacuhkan Reva bahkan membuat Reva sampai terluka padahal seperti yang dia rasakan sekarang, dia ingin sekali dimanja oleh Reva setiap waktu.
"Sayang, maafkan aku ya karena waktu kamu mengandung Diva, aku sudah mengacuhkan dan membuatmu terluka," seru Dava.
"Sudahlah Mas, semuanya sudah berlalu jangan diingat-ingat lagi. Sekarang lebih baik kita tatap saja masa depan, dan fokus membahagiakan anak-anak," sahut Reva.
"Iya, aku janji pokoknya aku akan berusaha membahagiakan kalian semua. Aku tidak butuh apa pun lagi, untuk saat ini yang aku butuhkan hanya kamu dan anak-anak," seru Dava.
Reva tersenyum, perlahan Dava menarik kepala Reva supaya mendekat. Sedikit lagi bibir keduanya hampir saja menempel tapi tiba-tiba mereka terkejut dengan teriakan Rian.
"Astagfirullah, kalian memang tidak tahu malu berbuat asusila di depan anak kalian sendiri," seru Rian.
Wajah Reva memerah, dia langsung bangkit dan pergi dari sana. Sedangkan Dava merasa kesal, dia melempar bantal sofa ke arah wajah Rian.
"Dasar adik gak ada ahklak, berani sekali kamu mengganggu kesenangan kakakmu sendiri," kesal Dava.
"Makanya kalau mau mesra-mesraan di kamar sana, bukanya di tempat umum. Bagaimana kalau Diva lihat," seru Rian.
"Lihatlah, Diva sedang asyik menggambar dia tidak akan tahu apa-apa, kamu saja yang memang bisanya cuma mengganggu," kesal Dava.
Rian tertawa seolah-olah meledek Dava membuat Dava semakin geram dan mengejar Rian sampai ke kamarnya.
"Kak Reva, tolong! Kak Dava kesurupan!" teriak Rian.
Reva dan Amelia hanya geleng-geleng kepala, entah kenapa akhir-akhir ini Dava dan Rian memang sedang tidak akur. Dava yang sedang sensitif dan Rian yang selalu jahil serta meledek Dava hingga akhirnya mereka tidak akur.
"Daddy sama uncle Rian sedang main kejar-kejaran ya? Diva ikutan dong, Daddy," seru Diva dengan polosnya.
"Tidak sayang, Daddy hanya olahraga lari saja biar sehat," sahut Dava.
"Kalau olahraga lari, di jalan saja jangan di rumah."
"Astaga, kamu juga kecil-kecil sudah berani meledek Daddy pasti uncle sialan itu kan yang selalu ngajarin kamu," kesal Dava.
"Mas sudahlah, ayo lebih baik sekarang kita makan siang dulu. Seperti biasa, aku buatkan salad buah untukmu," seru Reva.
"Oke."
"Daddy, ini mie ayam pesanan Daddy," seru Chika.
"Kamu makan saja, Daddy sudah tidak mau," sahut Dava dengan santainya.
"Apa?"
Chika dan Cello saling pandang satu sama lain.
"Daddy menyebalkan sekali, kita sudah nungguin di pinggir jalan lumayan lama tapi sekarang malah gak mau makan," kesal Chika.
"Lain kali, kita gak mau nurutin Daddy lagi," sambung Cello.
"Chika, Cello, sudah sini biar Mommy aja yang makan mienya, sekarang lebih baik kalian makan siang dulu," seru Reva.
Chika dan Cello pun menurut, mereka mendelikan matanya ke arah Dava.
"Kapan Daddy ke kantor lagi?" ketus Chika.
"Memangnya kenapa? kamu gak suka Daddy ada di rumah?" seru Dava.
"Kita suka Daddy ada di rumah, tapi kita lebih suka lagi kalau Daddy pergi ke kantor biar di rumah ini tenang tidak ada orang yang selalu teriak-teriak minta ini itu," sahut Cello.
"Iya, masih mending minta ini itu dimakan, ini sudah susah nyarinya tapi ujung-ujungnya malah dijilat doang dirasakan," sambung Chika.
"Ya ampun, ternyata sekarang kalian sudah tidak menyayangi Daddy lagi," seru Dava dengan wajah sedihnya.
"Tidak usah memasang wajah sedih, kali ini kita tidak akan tertipu lagi," ketus Chika.
Rian tertawa terbahak-bahak. "Anak kecil aja tahu mana yang beneran sedih dan mana yang sedihnya dibuat-buat," ledek Rian.
"Diam kamu Rian, mau kakak sumpal mulutmu dengan cabe ini," geram Dava.
"Diaaaaaaammm!"
Amelia berteriak saking dia pusingnya mendengar perdebatan Dava dan anak-anak yang seakan tidak ada henti-hentinya.
"Yang nyalonin jadi pejabat siapa, yang debatnya siapa. Sudah sana kalian juga ikut nyalon, biar kalian bisa debat sepuasnya!" sentak Mama Amelia.
Semuanya langsung terdiam, kemarahan Amelia membuat semuanya takut dan memilih melanjutkan makan siang masing-masing. Sedangkan Reva, dia hanya bisa terkekeh sembari makan mie ayam.
ceritanya bagus, alurnya hidup,.... banyak pesan moral didalamnya....