Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 26
Huda hampir tidak mengerti dengan sikap Husna yang tadi sempat mengabaikan dirinya enggan untuk melihatnya, kini tiba-tiba mengirim pesan permintamaafan.
"Kenapa, Hud? Lagi berantem sama Mbak Husna?" tanya Arul yang melihat wajah Huda terlihat lebih kusut dari biasanya.
"Sok tau lo!" bantah Huda dengan cepat.
"Lah, terus tuh kenapa muka lecek gitu kayak kurang servisan," celetuk Mail.
Seketika mata Huda menatap satu persatu dari ketiga sahabatnya yang telah duduk di depannya. Meskipun sebelumnya adalah seorang wanita, tetapi dia tidak pernah mendapatkan wanita yang moodnya berubah-ubah seperti istrinya saat ini. Padahal usia sang istri jauh lebih tua darinya, tetapi sikapnya begitu labil.
"Gue heran sama Mbak Husna. Tadi pagi gue dikatain bau kamu terus nggak boleh dekat-dekat sama dia. Bahkan saat gue mau berangkat, Mbak Husna sama sekali nggak mau ngeliat gue. Padahal kalau gue ingat-ingat, kayaknya gue enggak ada ngelakuin kesalahan apapun, tapi kok Mbak Husna bisa marah sebesar itu ya. Dan barusan dia kirim pesan permintamaafan. Kan aneh banget," adu Huda pada teman-temannya.
"Lagi PMS kali, Hud!" celetuk Dimas.
"Coba ingat-ingat lagi. Kali aja ada kesalahan yang lo lakuin, terus ketahuan sama Mbak Husna sendiri. Kan jadi repot," komentar Arul.
Huda mencoba untuk mengingat apa yang telah dilakukan selama beberapa hari terakhir dia merasa memang tidak melakukan sebuah kesalahan, karena sepulang kuliah Huda langsung pulang ke rumah tanpa ada keluyuran kemana-mana lagi.
"Gue tuh belum pikun. Selama beberapa hari terakhir ini gue enggak pernah kemana-mana, bisa-bisanya mbak Husna ngambek sama gue. Mana gue juga dikatain bau kambing lagi, padahal jelas-jelas gue wangi." Huda kembali mencium aroma tubuhnya sendiri dan dia merasa tidak ada yang salah dengan aroma tubuhnya.
Seketika tiga sahabat Huda langsung menertawakan Huda yang dikatakan bau kambing.
"Makanya abis main itu mandi biar sisanya enggak bau!" ledak Arul yang tak bisa menahan tawanya.
"Sembarangan lo! Gue abis gituan langsung mandi ya! Kalau enggak bisa-bisa gue diseret ke kamar mandi oleh Mbak Husna. Dia tuh paling cerewet untuk masalah kebersihan kayak gitu. Lo tau gak, sebelum gituan gue disuruh baca doa dulu, katanya biar syaitan-nya kagak ikut main. Jadi mending lo pada hafalin tuh doa biar saat gituan nanti gak diikutin sama setan."
"Wah ... wah ... Huda udah pinter ceramah sekarang. Hebat lo, Hud! Gak sia-sia nikah sama mbak Husna yang pada akhirnya meluruskan jalan lo yang hampir berbelok." Mail menimpali sambil tertawa puas saat menyadari perubahan dari sahabatnya.
"Terus aja kalian semua tertawa sampai puas!" geram Huda dengan wajah kesalnya.
Pikiran Huda semakin tidak menentu lagi ketika dia mendapatkan pesan dari Husna yang meminta ingin rujak. Padahal selama ini Husna tidak pernah memesan apa-apa Huda dan ini adalah kali pertama Husna meminta Huda untuk memberikan sesuatu.
Keningnya pun langsung mengernyit saat membaca pesan dari Husna. Dengan helaan napas panjang Huda mengatakan kembali ponselnya ke atas meja.
"Lo kenapa sih, Hud? Gue perhatikan dari tadi muka lo kusut kayak kurang setrikaan kayak gitu? Ada apa lagi?" tanya Arul yang menyadari perubahan wajah Huda.
"Noh, baca! Masa gue disuruh beliin rujak. Mbak Husna aneh banget!" gerutu Huda. Seketika Mail langsung mengambil ponsel Huda dan membaca pesan yang dikirimkan oleh Husna.
Sejenak Mail terdiam dan setelah menemukan jawabannya menebak dengan kehebohannya.
"Hud ... apakah mbak Husna ada mual atau muntah gita?" tanyanya pada Huda dengan penuh semangat.
Huda masih bisa mengingat dengan jelas ketika sang istri merasa mual dan entah saat melihat dirinya tadi pagi.
"Iya. Dia mual dan muntah. Katanya gue bau kambing," jelas Huda.
"Nah kan ... enggak salah lagi, Hud! Udah pasti kalau mbak Husna itu lagi ngidam, Hud! Bini lo bunting, Hud!" seru Mail dengan heboh.
Ucapan Mail membaut Huda dan juga dua sahabatnya langsung mendelik dengan lebar.
"Apa? Hamil?" ucap ketiganya secara bersamaan.
...****...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat