Sri tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir karena orang yang paling dia cintai dan hormati, entah bagaimana dia mendeskripsikan hati yang tidak akan pernah sembuh karena perselingkuhan suami dengan perempuan yang tak lain ibunya sendiri.
Dia berusaha untuk tabah dan melanjutkan hidup tapi bayangan penghianatan dan masalalu membuatnya seakan semakin tercekik.
mampu ka dia kembali bangkit setelah pengkhianatan itu diatas dia juga memiliki kewajiban berbakti pada orangtua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Kedua orang tua Irfan menatap Sri dengan tidak percaya, dan tatapan menusuk.
"Kami akan melakukan apapun untuk mendapatkan bayi itu, dia adalah cucu kami, darah keluarga kami, kamu tidak berhak mengatur, kamu bukan lagi bagian dari keluarga saya". Ucap Ibu Irfan dengan dingin dan emosi.
Sri tersenyum tipis, dia baru sadar watak asli dari ibu mertuanya sekarang setelah semuanya terbongkar.
"Terserah apa kata anda nyonya, tapi anak itu akan tetap bersama ibu saya karena dia yang mengandungnya, putra anda saja tidak mau bertanggungjawab, jika bukan karena desakan dariku, apa anda tidak malu, keluarga kalian adalah keluarga terhormat dan anda bisa lihat sekeliling anda yang terlibat kamera". Ucap Sri dengan lantang.
Ibu Irfan itu mengedarkan pandangannya, semua sorot kamera mengambil mereka dengan seenaknya bahkan dia yakin perkataannya barusan dan perdebatan dirinya dan juga mantan menantunya pasti akan tersiar ke seluruh penjuru negeri.
"Kalian tidak bisa berbuat macam-macam pada keluarga saya, saya bisa menuntut kalian nanti". Ucapnya dengan geram.
"Maaf nyonya, anda adalah seorang ibu, sekali pun Anda mungkin tidak menginginkan bayi itu, anda tidak mungkin membuangnya, seperti ibu saya lakukan, walau dia tidak mengharapkan kehadiran saya, dia masih membesarkan saya dengan baik, jadi jangan coba-coba anda mengambil bayi itu dari ibu saya, saya akan buat anda menyesal karena telah menyakiti ibu saya". Ucapnya dengan dingin dan tajam
Walau ibunya seperti tidak menginginkan dirinya, ibunya berjasa besar padanya, cara perhatian dan kasih sayangnya memng berbeda tetapi dia tetaplah seorang ibu.
"Kamu mengancam saya, kamu pikir dengan kehidupan keluargamu, kamu bisa menang melawan saya? ". Ibu Irfan itu menggertakkan giginya menahan emosi yang kini bergejolak didalam dadanya.
Dia tidak menyangka menantu yang dia anggap lemah dan lembut bisa melawannya seperti ini, bahkan berani mengancamnya.
"Saya tidak mengancam anda nyonya, hanya hanya tidak ingin anda berbuat tidak pantas, anak anda masih muda, lebih baik anda menikahkannya dengan orang lain, cukup menikah untuk pengakuan bayi itu saja, karena saya yakin anak anda ini tidak mau bertanggung jawab penuh untuk ibu dan bayinya, mau berbuat kok malah lari dari tanggung jawab".
"Kamu". Tunjuk sang mantan mertua dengan penuh amarah.
"Tolong ajari putra anda tuan dan nyonya, jangan berbuat jika tak ingin bertanggungjawab, ingat hukum karma itu berlaku mungkin anda tidak melihatnya sekarang tapi itu akan terlihat nanti tanpa anda minta, aku beruntung berpisah darinya". Ucap Sri meninggalkan mereka dengan perasaan hancur.
Irfan yang mendengar semua perkataan mantan istrinya mengepalkan tangannya, dia tidak terima di hina seperti itu oleh istrinya itu.
"Jangan berkata sembarangan pada ibuku Sri,akan ku buat kamu menyesal kalau kamu berani lagi melakukannya". Ucapnya dengan pelan tapi masih didengar oleh Sri.
Sri yang telah berjalan pun menghentikan langkah dan berbalik menatap lelaki yang pernah dia cintai itu dengan tajam dan juga penuh dendam.
"Dan kamu pikir aku akan diam saja jika kamu dan keluargamu menyakiti ibuku?, sekalipun kalian adalah presiden, akan kukejar kalian sampai kemanapun jika kalian berani melakukannya, dia adalah ibuku, tidak ada yang boleh menyakitinya kecuali untuk mempertanggungjawabkan kesalahan". Ucapnya dengan rahang mengeras.
Siti yang mendengar perkataan anaknya itu hanya bisa menunduk,anak yang begitu tidak dia harapkan ternyata begitu menyayangi dan peduli padanya sekalipun dia sangat menyakitinya selama ini.
Dia mulai merasakan penyesalan dalam dirinya karena telah memperlakukan anaknya itu tidak baik selama ini.
"Ayah bangga padamu nak, beruntung sekali ayah menjadi ayah dari anak yang punya kebesaran hati dan juga cinta yang besar pada orang tua". Tarjo memeluk anaknya untuk memberi dukungan.
Dia sangat tahu bagaimana keadaan anaknya yang sedang tidak baik-baik saja itu.
"Aku hanya melakukan apa yang aku bisa sebagai anak ayah, kalian sudah membesarkan aku dengan sangat baik, tentu aku akan membalasnya sebagai bakti anak kepada orangtua". Sri langsung memeluk sang ayah dengan sayang.
Tarjo mengangguk dan menepuk pelan pundak sang anak dengan bangga kemudian menatap Irfan dan keluarganya dengan tatapan tajam menusuk.
"Anakku beruntung bisa lepas dari anak kalian, berdoa saja anak kalian itu tidak mendapatkan karma atas semua yang dia lakukan kepada putriku dan juga mantan istri ku, sebagai orangtua harusnya kalian menasehati putra kalian untuk belajar bertanggungjawab dengan apa yang diperbuat".
Tarjo membawa Sri pergi dari sana meninggalkan keluarga Irfan yang menunduk terutama ayah Irfan yang sangat malu.
Para polisi segera membawa Irfan bersama Siti untuk dibawah kerumah Siti karena mereka akan dinikahkan dan mendapatkan hukum adat seperti kesepakatan pengadilan.
"Ayo ikut kami, hukuman anda akan dilakukan hari ini juga". Ucap sang polisi yang kini berada dihadapan mereka.
Mata ibu Irfan langsung berkaca, dia tidak menyangka anaknya akan menikahi perempuan yang lebih cocok menjadi ibunya dibandingkan istrinya belum lagi hukuman cambuk itu.
"Tidak, kumohon jangan lakukan itu pada anakku". Ucapnya dengan histeris.
"Maaf bu, itu hukuman yang harus dijalani putra ibu atas kesalahannya, kami hanya menjalankan tugas, jangan menghambat pekerjaan kami". Tegasnya lagi.
Mereka memegang Irfan yang tertunduk sedangkan sang ibu hanya bisa ditenangkan oleh ayah Irfan yang kini juga sangat sedih
"Sudahlah bu, anak kita harus menjalankan hukumannya, kita tidak bisa mengelak dari hukum, disini banyak sorot kamera yang merekam kita , tolong jangan membuatku malu lebih dari ini". Ucapnya dengan frustasi.
Disaat seperti ini, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan keluarganya, jika bahkan harga dirinya tidak bisa dia selamatkan bagaimana dengan yang lainnya.
"Dia anak kita satu-satunya ayah, aku tidak ridho dia menikahi perempuan yang lebih cocok jadi ibunya, apalagi sampai dicambuk seperti itu, aku tidak ridho". Ucapnya dengan histeris dipelukan suaminya itu.
"Tidak ada yang bisa mengubah keputusan hakim bu, ibu harus menerimanya".
Mereka berdua mengikuti polisi yang membawa Irfan kerumah Siti dikampung halaman mereka, semua orang yang ada disana sudah berkumpul dilapangan adat yang biasa dipakai untuk menghukum orang yang bersalah seperti keduanya.
Setelah dinikahkan dan disaksikan oleh semua orang, hukuman cambuk itu pun dilaksanakan dan tentu saja disambut dengan teriakan histeris dari ibu Irfan yang menyaksikan anaknya di cambuk.
"Jangan dicambuk lagi, kasian putraku". Teriak sang ibu dengan histeris.
Mereka semua tidak memperdulikan teriakan ibu Irfan itu, mereka menatap geram kepadanya, Siti pun juga ikut dicambuk walau hanya beberapa kali cambukan sebagai efek jera.
"Maafin aku bu, aku tidak bisa melindungi ibu". Sri memalingkan wajahnya dengan tangisan saat ibunya dicambuk seperti itu.