NovelToon NovelToon
Terpaut Cinta Suami Mama

Terpaut Cinta Suami Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arish_girl

Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana licik

Steven pergi mengunjungi Rossa di rumah sakit. Ia belum mengabari istrinya bahwa hari ini Viona putrinya sedang pergi camping bersama teman-temannya.

"Steven, kau gak ngantor hari ini?" tanya Rossa begitu melihat suaminya datang menjenguknya.

"Sudah, baru saja. Tapi, aku memutuskan untuk menemanimu disini. Urusan kantor ku serahkan kepada Mark. Aku tidak bisa terus berlama-lama di luar dan meninggalkanmu sendiri." ucap Steven sembari menghempaskan punggungnya di bibir ranjang tempat Rosa terbaring.

Rossa tersenyum hangat. Dalam hati ia sangat bersyukur memiliki suami yang sangat mencintai dan peduli terhadapnya, apalagi di saat saat terpuruk kondisinya saat ini. "makasih ya, sayang."

"jangan bilang Terima kasih, kita ini suami istri, bukankah sudah seharusnya aku menjaga rumah tangga kita?"

"iya, aku ucapkan banyak Terima kasih, Untuk segalanya." tambah Rossa.

"oh ya, hari ini Viona pergi camping bersama teman temannya." tutur Steven.

"kemana?" tanya Rossa.

Steven hanya menggeleng, karena memang Viona tidak pernah memberitahunya kemana tujuan mereka akan camping.

Rossa menarik nafas, dan menghembuskan nya kasar. Rossa sudah tahu betul bagaimana karakter putrinya. Dia yang sangat keras kepala, jika pun seandainya di larang pergi, Viona akan tetap pergi. Rossa memang sangat kesulitan mengendalikan putrinya sendiri, apalagi di tengah pergaulan anak muda jaman sekarang. Rossa memalingkan wajahnya, seakan menyembunyikan kegelisahan hatinya.

Steven seakan memahami situasi istrinya, ia pun bertanya, "kenapa?"

"aku hanya cemas, saat dia berada di luaran sana." sahut Rossa dengan mata yang berkaca kaca.

Steven meraih tangan Rossa yang dingin, kemudian menciumnya, "kamu tenang saja, Rossa. aku akan selalu menjaganya. Demi kamu."

"bagaimana caranya? Kamu kan tidak tahu dia pergi kemana?" tanya Rossa cemas.

"Aku bukan anak kecil yang naif yang tidak tahu apa apa. Kamu tenang saja. Aku sudah meletakkan sebuah aplikasi GPS yang ku tempelkan di ponselnya. Viona tidak akan menyadari nya. Aku bisa menyusulnya kesana." sahut Steven mantap.

"makasih, Steven. Kau memang baik. Aku tidak salah menjadikanmu suami. Aku bisa tenang setelah kepergianku nanti. Viona akan ada yang menjaganya." ucap Rossa dengan suara tercekat menahan tangisnya.

***

Di bukit pelangi, Viona dan kawan kawan sudah selesai memasang tenda masing-masing. Satu tenda untuk cowok, dan satu tenda lagi untuk Cewek. Posisi Tenda mereka berhadapan dengan jarak 3 meter sebagai halaman yang akan di jadikan tempat api unggun di saat malam hari.

"hadeh, capeknya!!" keluh Viona.

"Vio, apa sudah selesai semuanya?" tanya Alex.

"sudah. emangnya kenapa?" tanya Viona.

"bantuin, dong!" kata Viona.

Ketika Viona hendak membantu Alex, Cindy mencekal lengan Viona. "tunggu! biar gue aja." serunya.

Viona hanya mengendikkan bahu, membiarkan Cindy membantu Alex.

"kenapa?" Sisil datang dan bertanya.

"tau. Tadi Alex memanggil gue bua minta bantuan. Tapi, ya.... gitu." Sahut Viona dengan tangan terangkat pasrah.

"ya sudah, tau gak lo! Sepertinya Cindy gak suka lo deket deket ama Alex." kata Cindy penuh curiga.

"kenapa?" tanya Viona tidak mengerti.

Sisil menjitak kepala Viona keras. "lo, Vio. Naif banget jadi orang. Ya alasannya karena Cindy suka ama Alex. Masak gitu aja gak paham." gerutunya.

Netra Viona membola sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "gitu, ya. Itu kan bukan urusan gue." sahutnya santai.

"makanya, lu kalau lagi ada Cindy, jauhi Alex. Dia itu orangnya nekat." Sisil memperingatkan Viona.

"iya, gue tahu. Lagian gue ama Alex kan gak ada hubungan apa apa. Alex aja yang ngejar-ngejar gue." tambah Viona.

"yaudah, ayoo masuk. Kita siap siap dulu, bentar lagi kita akan berjelajah membelah bukit pelangi." Kata Sisil.

Viona mengangguk, kedua gadis itu masuk ke dalam tenda.

"gue udah siap!" April yang berada di dalam tenda sudah terlebih dulu bersiap. "gue tunggu di luar, ya?" ucapnya.

Sementara di tenda cowok, mereka sudah terlihat bersiap. Hanya saja Cindy masih membantu Alex mengemas barang yang akan dibawa untuk menjelajah. "

"oke, sudah selesai. Terima kasih ucap Alex.

"yoi! kalau ada apa-apa, bisa panggil gue!" balas Cindy dengan tersenyum.

"Kalian sudah siap semua? Kita akan berangkat menuju puncak bukit Pelangi. Jangan sampai lupa peralatan yang akan di bawa." Andrew selaku pimpinan kelompok memberikan intruksi kepada teman temannya.

"ya, tentu saja. Kita sudah siap." sahut yang lain.

"gue harap kita jangan sampai berpencar, Takutnya nanti kalian akan kesasar!" kembali Andrew memberikan peringatan sebelum mereka berangkat menuju puncak bukit Pelangi.

Semua teman-temannya mengangguk, satu tongkat di tangan, serta tas ransel di punggung yang berisi beberapa makanan dan minuman Serta peralatan yang kemungkinan dibutuhkan di perjalanan Nanti sudah siap mereka bawa.

Di lereng kaki bukit Pelangi tampak begitu indah. Deretan Rumput Hijau membungkus indah Bukit itu, ditambah dengan Jejeran beberapa pepohonan berumur panjang, kokoh dan besar seperti pinus Jati dan pohon-pohon lainnya, terlihat tinggi menjulang menambah kesan Indah dan asri pemandangan di sana. Udara bertiup sepoi seakan menambah kesan nyaman bagi siapapun yang sedang berkunjung ke tempat itu. Tiupan angin membuat puncak dedaunan terlihat melambai, seakan menyambut kedatangan rombongan muda mudi itu.

Ke-8 anak remaja tersebut berjalan menapaki jalan-jalan setapak yang memang sudah tersedia di sana karena memang selain mereka sudah banyak pengunjung lainnya yang menjelajah menuju puncak bukit Pelangi itu. Mereka semua tampak riang gembira sambil bercanda dan bernyanyi berjalan beriringan dengan Andrew berada di barisan paling depan dan Alex di urutan paling belakang.

"Dii sini senang... Di sana senang... Di mana-mana hatiku senang. lalalalala lalala..." begitulah rombongan muda-mudi itu bernyanyi riang gembira.

"Wah pemandangannya indah sekali," kata Cindy. Gadis berambut panjang itu yang berada di depan Alex seketika berhenti melangkah, ia menoleh ke belakang memperhatikan Alex, langkahnya menyamai langkah Alex dan berjalan beriringan di sampingnya.

"Lu kenapa? tanya Alex. "capek? lanjutnya.

"enggak, gue enggak capek. Cuma gue mau jalan bareng lu." sahutnya.

Meski agak tidak suka Alex pun membiarkan Cindy berjalan bersamanya, sedangkan Alex sendiri berharap agar Viona yang berada di sampingnya. Namun Alex tidak berani mengatakannya.

Bersamaan dengan itu, Viona yang berada di barisan Tengah merasakan getaran ponselnya. Ia mengambil ponsel itu dari dalam saku celana jeans yang ia pakai.

"siapa Vio?" tanya Sisil.

"entahlah. Ini sepertinya nomor baru. Sebentar, gue angkat dulu." sahut Viona.

Sambil berjalan, Viona berusaha mengangkat panggilan itu, akan tetapi sepertinya di sekitar tempat itu agak susah dalam menangkap sinyal sehingga suara yang Viona tangkap pun terdengar remang-remang. Viona mundur sebentar, kemudian Dia pamit kepada Alex. "Alex, kalian duluan! Gue mau angkat telpon sebentar cari sinyal di sini agak susah." kata Viona.

"Oke, Vio. Jangan jauh-jauh dari kita." sahut Alex

"oke!" tambah Viona.

Viona keluar dari jalur Jalan Setapak yang diambil teman-temannya. Tak sedikitpun Viona berpikiran bahwa dia akan tersesat karena sejauh mata memandang, Viona bisa melihat keberadaan teman-temannya. Agak cukup lama sinyal tak juga ia dapatkan hingga tanpa terasa Viona berjalan naik ke atas sebuah bukit kecil di tempat itu. Di sana barulah dia bisa mendengar dengan jelas Siapa yang menelponnya. "Iya halo siapa ini?" tanya Viona.

"Vio, ini aku Steven. Suami mamamu." kata suara di seberang.

Viona berdecak, tentu saja ia kesal, pikirnya itu adalah orang penting yang sedang menelpon dirinya sampai-sampai viona bela-belain keluar jalur meninggalkan rekan-rekannya hanya untuk menerima panggilan yang tidak penting ini.

"ck..ck..! Sudahlah! jangan ganggu kesenangan gue, lu nggak usah khawatir, gue baik-baik saja." sahut Viona kemudian Gadis itu mematikan ponselnya secara sepihak.

Sementara Cindy yang menyadari bahwa Viona di belakang sedang menerima panggilan, Ia memiliki niat buruk kepada Viona. Cindy menatap sebuah tanda di jalur perjalanan mereka tepatnya di sebuah perempatan jalan. Dengan licik Cindy memutar arah panah tersebut sehingga menunjukkan jalan yang tidak seharusnya. Kemungkinan jalan itu mengarahkan ke sebuah jurang ataupun tebing yang curam. Cindy tersenyum licik sambil berkata, "rasain lu, Vio! lu bakal kesasar setelah ini, atau bisa jadi lu gak akan Selamat." gumamnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!