Terpaksa Menikahi Perjaka Tua

David yang penasaran pun mengangkat telepon dari Ruby tanpa sungkan pada Kenisha yang ada di sana.

David [Ada apa?]

Ruby [Kau ada dimana?]

David [Di rumah, kau pikir dimana lagi?]

Ruby [Enggak dimana-mana sih]

David [Jangan telepon aku sekarang, aku lagi sibuk]

David yang terganggu memakai baju tanpa berpikir dua kali mengaktifkan speaker panggilan Ruby.

Ruby [Ada waktu hari ini?]

Kenisha yang mendengar suara wanita merasa sedikit marah pada suaminya.

David [Untuk apa? Hari ini aku ingin menghabiskan waktu dengan istri ku]

Ruby [Ayolah, hanya sebentar! Aku hanya ingin mentraktir mu makan siang, bagaimana pun aku merasa berhutang budi pada mu]

David [Tidak perlu]

Kenisha yang telah selesai berpakaian terlebih dahulu berdiri untuk keluar dari dalam kamar karena ia tak ingin mengganggu suaminya yang sedang menelepon.

Ruby [Jelas perlu, oh ya... aku juga ingin minta maaf karena sudah memegang punya mu tadi malam, untung kau cepat sadar, kalau tidak pasti kita sudah jadi bercinta, ciuman mu benar-benar indah, aku rindu masa lalu, sayang]

David [Itu tidak di sengaja, lain kali tidak akan terulang lagi]

Kenisha yang mendengar secara jelas menghela nafas panjang.

Sialan! batin Kenisha.

Kenisha yang marah keluar dari kamar tanpa mengatakan sepatah kata pun pada suaminya.

Sedang David yang tidak peka tak tahu jika istrinya merajuk.

David [Sudah dulu, aku ingin sarapan]

Ruby [Aku sedang pengangguran, boleh aku jadi sekretaris mu? Aku berjanji akan bersifat dan bersikap profesional]

David [Akan ku pikirkan]

Kenisha yang masih berdiri di dekat pintu kamar merasa kecewa dengan keputusan suaminya.

“Ku pikir setelah aku menyerahkan segalanya dia akan menganggap aku ada,” Kenisha pun beranjak ke meja makan dengan menahan air matanya.

Sedang David yang telah selesai memakai parfum keluar dari kamar.

“Kenapa tadi dia tidak menunggu ku?” David pun menuju dapur yang terhubung dengan meja makan.

Disana Iya melihat istrinya sedang duduk termenung seperti memikirkan masalah besar.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya David.

“Tidak ada.” jawab Kenisha tanpa melihat wajah David.

“Aku tahu kau memikirkan sesuatu, katakan saja mana tahu aku bisa membantu,” ucap David.

“Ini terlalu berat, mas pasti tidak bisa melakukan apapun,” ucap Kenisha.

“Apa? Aku punya segalanya, tidak ada yang tak mungkin dengan uang yang aku miliki,” ucap David.

“Tapi uang mu yang banyak tak mampu membeli perasaan yang tulus dari seseorang,” ujar Kenisha.

“Apa ini soal Ruby? Kau cemburu padanya?” tanya David.

“Tidak, lagi pula aku tidak sebanding dengannya,” jawab Kenisha.

“Jangan lebay, dia hanya masa lalu, lagi pula tak ada yang terjadi di antara kami.” David yang selalu benar merasa pembicaraannya dengan Ruby bukan masalah besar.

“Berarti kalau aku ciuman dan pegang-pegang dengan orang lain kau tidak akan marah, mas?” Kenisha pun membalik keadaan pada suaminya.

“Wanita yang sudah bersuami harus bisa menjaga kehormatannya, tapi seorang pria yang mampu secara finansial dan dapat adil pada kedua pihak bisa menambah istri 2 sampai 4.”

Ucapan David membuat Kenisha berpikir kalau David akan menikahi Ruby juga.

“Enak ya,” gumam Kenisha.

“Tentu saja, semua harus seimbang, wanita suka uang dan pria butuh kesenangan, lagi pula kau sudah beruntung mendapatkan aku, andai aku tak jadi bagian kisah mu pasti kau tidak akan pernah merasakan hidup enak dan tinggal di tempat yang nyaman, semua anak ingin membahagiakan keduanya orang tuanya dengan cara apapun, termasuk dirimu! Menikah dengan pria kaya demi kesejahteraan keluarga,” ucap David.

“Apa ada yang salah dengan usaha ku?” tanya Kenisha.

“Tentu tidak, karena cara yang kau lakukan halal! Kalau aku jadi kau, aku tidak akan pernah ikut campur urusan suami ku selama nafkah batin dan lahir tak pernah macet ku terima, kau juga perlu tahu, rumah gubuk mu sudah ku sulap jadi istana, aku yakin semua orang yang tinggal di desa mu akan menghormati keluarga mu, efek uang itu sangat kuat loh Kenisha.”

David yang dapat membungkam istrinya tersenyum puas.

Meski pun aku sayang pada seseorang tapi aku harus menggunakan akal sehat ku, aku tidak akan pernah terjerat cinta buta wanita manapun, batin David.

Sedang Kenisha yang habis kata-kata hanya bisa memakan sarapan roti bakar selai coklat yang ada di hadapannya.

“Kenisha,” ucap David.

“Iya, mas?” sahut Kenisha.

“Setelah sarapan kita pergi ke klinik,” ujar David.

“Untuk apa? Aku tidak sakit,” ucap Kenisha.

“Memang, tapi setelah ku pikir-pikir kau belum cukup dewasa menghadapi kenyataan, karena itu buka wajib pakai KB.”

Duar!

Jantung Kenisha berdetak dengan sangat kencang mendengar rencana suaminya.

Katakan saja tidak ingin ada ikatan dengan ku, batin Kenisha.

“Baiklah.” Kenisha tidak menolak karena ia tak suka ada perdebatan di antara mereka.

“Jangan salah faham, aku ingin anak darimu tapi tidak sekarang, tunggu sampai umur mu 22 tahun, ketahuilah Kenisha, kebebasan itu harganya mahal, setelah kau punya anak aku ingin kau fokus mengurusnya, walaupun aku kaya, tapi aku tidak akan menyerahkan anak ku sepenuhnya pada pengasuh, kita pakai jasa suster di 6 bulan pertama usianya.”

Penjelasan secara rinci dari David membuat Kenisha menganggukan kepala.

“Aku ikut apa kata mu saja mas.” Kenisha yakin keputusan suaminya dapat membuat i bahagia juga

***

Lilis dan Wahyu yang pulang ke rumah melihat Andri bermain sendirian di ruang tamu.

“Rohima mana?” tanya Lilis pad putranya.

“Pergi,” jawab Andri

“Dengan siapa?” tanya Wahyu lebih lanjut.

“Tante-tante, tadi di kesini mencari ibu dan ayah, kami bilang ada di belakang, terus tante itu memaksa untuk diantar, jadinya Kak Rohima pergi bersama tante itu,” jawab Andri.

“Tante yang mana Ndri?” Lilis ingin tahu lebih jelas siapa yang di maksud oleh putranya.

“Aku tidak tahu karena aku baru pertama kali mengenalnya bu,” ujar Andri.

“Ya Allah mas! Siapa yang membawa Rohima?” Lilis sangat khawatir dengan keselamatan Putri mereka.

“Apa itu orang yang menemukan mayat, Leo?” Wahyu meminta pendapat istrinya.

“Enggak tahu mas, kalau memang benar kita sedang dalam bahaya.” ucap Lilis dengan ketakutan menyelimuti hatinya.

“Apa maksudnya Bu? Tante ibu banget banget pada kami, dia memberikan kami berdua permen,” ucap Andri.

“Andri, lain kali jangan bicara dengan orang yang tidak di kenal, jangan ijinkan orang lain masuk ke dalam rumah dan jangan terima aku makanan apapun kecuali dari ibu dan ayah.” Lilis memberi peringatan pada putranya.

“Iya bu.” Andri yang tak tahu apa yang terjadi sebenarnya hanya menurut dengan apa yang di katakan ibunya.

“Apa kita harus minta bantuan pada nak David?” ucap Wahyu.

“Jangan dulu mas, siapa tahu orang itu mengembalikan Rohima, kita bisa tunggu beberapa jam lagi,” ujar Lilis.

“Baiklah.” Wahyu yang ingat akan kotak yang di beri sang supir mulai mencari di antara koper mereka yang lain.

“Andri, koper yang kecil dimana?” tanya Wahyu.

“Di bawa tante dan kakak,” jawab Andri.

Baik Lilis mau pun Wahyu sama-sama lemas, dengan itu mereka dapat memastikan kalau Rohima di culik.

“Siapa orang yang tega melakukan itu pada kita, mas? Pada hal kita tidak mengusik dan mengganggu siapapun,” ucap Lilis.

“Tapi orang jahat akan selalu merasa apa yang kita lakukan adalah salah, kita harus lapor polisi!” Wahyu ingin putri mereka segera di temukan.