Atika, gadis yang di paksa menjadi pengantin penganti di dalam pernikahan sepupunya. Gadis yang niat awalnya hanya memenuhi undangan yang didapatnya bersama ayah dan ibunya malah, menjadikan dirinya sebagai penganti sang kakak sepupu.
Lantas kehidupan rumah tangga seperti apa yang akan di jalani Atika bersama laki-laki yang seharusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
apakah rumah tangga itu berjalan dengan lancar atau malah sesuai dengan judul hanya sebatas penganti yang pada akhirnya harus kembali berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Pengantin pengganti
26
Dirinya bukan patung yang tidak membutuhkan nafkah batin dari suaminya. Dirinya juga sama dengan wanita-wanita lain yang memiliki keinginan untuk melakukan nafkah batin, namun lain cerita jika dirinya sendiri tanpa suami. Tapi ini, dirinya menikah namun suaminya tidak memenuhi nafkah batinnya.
"Maaf," Satu kata itu yang sanggup Ragil ucapan. Dirinya sadar jika selama ini memang tidak lagi memberi nafkah batin untuk istrinya itu.
"Aku nggak butuh maaf kamu Mas, aku hanya ingin kepastian kapan kamu memberikan aku nafkah batin? Aku bukan patung yang hanya diam tanpa membutuhkan nafkah batin Mas," Jujur saja Atika ingin rasanya menangis, apalagi setiap Mayang menanyakan perihal anak kepadanya. Atika sungguh tidak tega melihat wajah tua itu menatap dirinya sendu dan penuh harap.
Ragil terdiam tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan yang di layangkan Atika. Lidahnya serasa kelu hanya untuk menjawab kata iya.
"Kenapa kamu hanya diam saja Mas? Apakah permintaan aku terlalu sulit untuk kamu penuhi? Aku tidak meminta harta kamu, hanya meminta nafkah batin yang kamu tidak berikan." Hampir saja Atika menitikkan air matanya. Jujur saja hatinya begitu sakit, memiliki suami namun keinginannya tidak pernah dipenuhi laki-laki itu. Memiliki suami namun serasa tidak mempunyai suami.
"Maaf aku tidak bisa." Ragil mengalihkan penglihatannya kearah lain. Dirinya sungguh tidak tega melihat mata Atika yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Kenapa? Kenapa kamu tidak bisa Mas? Beri aku satu alasan yang kuat atas apa yang kamu katakan?" pinta Atika menatap suaminya dengan pandangan nanar sarat akan rasa kecewa.
"Maaf," Lagi-lagi kata yang sama di keluarkan Ragil untuk menjawab pertanyaan istrinya.
"Aku sudah bilang jika aku nggak butuh kata maaf Mas, aku hanya ingin apa alasan kenapa Mas tidak bisa meberikan aku nafkah batin?"
"Jangan paksa saya untuk menjawab pertanyaan kamu!" tekan Ragil membuat Atika terdiam.
Atika menahan rasa sesak di dadanya, apakah begitu sulit bagi Ragil menjawab pertanyaannya yang tidak membutuhkan jawaban satu dobel folio. Atika menghela nafasnya perlahan menahan gejolak dirinya. Jujur saja Atika ingin marah, namun itu tidak akan merubah semuanya.
"Baiklah Mas, jika memang itu yang kamu mau. Maaf jika aku membuat kamu kesal." lirih Atika sambil beranjak dari ranjang.
Atika menenangkan pikirannya di taman belakang seorang diri. Menatap langit sore yang tampak cerah dengan warna jingga menghiasinya hingga waktu terus berlalu dan kini malam sudah menyambut namun, Atika masih saja duduk seorang diri di taman itu. Untung saja mertuanya saat ini sedang tidak di rumah karena tadi sore kedua mertuanya itu pergi keluar kota yang jelas Atika tidak tahu mereka ada acara apa di sana karena mereka tidak menjelaskan kepadanya.
"Huhhh, berilah hamba rasa sabar ya Allah, berilah hamba kekuatan untuk menerima setiap takdir yang engkau berikan." lirih Atika sambil melangkah memasuki rumah.
"Mau cari apa Non?" tanya Hema yang melihat menantu majikannya masuk ke dapur.
"Aku mau ambil air dingin Bi, haus banget." jawab Atika yang membuka kulkas untuk mengambil air mineral dingin.
"Non mau bibi masakin apa? Mumpung Bibi lagi masak mie Non mau tidak?" tawar Hema kepada Atika yang sudah selesai minum
"Boleh Bi, aku juga sudah lama rasanya tidak makan mie." Bibi Hema menganggukkan kepalanya.
"Baiklah Non, buat Den Ragil gimana Non?"
"Nggak usah Bi, Mas Ragil juga nggak enak badan nanti bubur saja tolong buatkan ya Bi?" pinta Atika.
"Baiklah Non,"
TBC