NovelToon NovelToon
Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:656
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

*********

Pukul 9 pagi Suina datang kekediaman kakek dan neneknya.

Kedua lansia itu tengah menikmati secangkir kopi dan juga cemilan ringan.

Ketika kakeknya sedang asyik menikmati kopinya, Suina datang dan langsung meletakan satu keranjang buah di depan sang kakek duduk.

" Selamat pagi kek! " sapa Suina sambil tersenyum manis.

" Heh! kamu ngapain kesini lagi? " tanya kakeknya kaget.

" Suina datang karena pengen nengok kalian lah. " jawab Suina santai, kemudian ikut duduk bergabung bersama mereka.

Sementara neneknya tersenyum senang melihat cucuknya itu datang.

" Bagaimana kau bisa masuk kesini? " tanya kakeknya penasaran.

" Suina lewat depan. " jawab Suina santai.

" Sudahlah pak, biarkan saja. ibu yang membukakan pintu untuknya. " ucap istrinya.

" Ngapain ibu suru kelinci ini masuk? " tanya kakeknya marah.

" Ya nggak apa apa, dia kan cucu kita. " jawabnya.

" Nggak, bapak tidak pernah menganggap dia sebagai cucuk. kita tidak punya anak jadi tidak punya cucu. " ucap sang kakek yang tetap kekeh dengan pendiriannya.

" Pak! nggak baik bicara seperti itu. sudah bertahun tahun bapak marah seperti ini, dan itu tidak pernah bisa merubah apa yang sudah terjadi. darah anak kita tetap mengalir di tubuh gadis ini, berarti darah bapak juga mengalir di tubuh Suina. mau sampai kapan bapak marah dan bersikap seperti ini? " ucap istrinya yang mulai tidak tahan lagi melihat sikap sang suami yang keras kepala.

Kakeknya langsung terdiam mendengar penuturan istrinya itu, kemudian ia menatap Suina yang tengah asyik menikmati cemilan sambil tersenyum manis menatapnya juga.

" Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan mengusirnya lagi. " jawab sang kakek.

Suina dan neneknya langsung tersenyum senang mendengarnya.

" Tapi yang pasti aku belum bisa memaafkan, apa yang sudah di lakukan anak itu dulu. " lanjutnya kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

" Pak! bapak! " panggil istrinya, namun tidak ia hiraukan.

" Nggak apa apa kok nek, Suina yakin suatu saat nanti kakek pasti bisa memaafkan ayah. " ucap Suina meyakinkan neneknya.

Kemudian ia langsung beranjak dari tempat duduknya, mengikuti sang kakek.

Di lihatnya kakeknya itu keluar dari toko hendak kesuatu tempat.

Suina terus mengikutinya dari belakang.

" Kamu ngapain ngikutin aku? pergi sana. " tanya kakeknya kesal.

" Suina nggak sedang ngikutin kakek kok, ini kan jalanan umum. jadi siapa saja bole lewat sini. " jawab Suina tersenyum manis.

" Dasar kelinci kecil. " ucap kakeknya semakin kesal mendengarnya, kemudian melanjutkan langkahnya.

Suina tetap terus mengikutinya, walaupun kakeknya itu terus saja memarahinya.

Tiba tiba ia masuk kesalah satu kedai kopi, dan ikut bergabung bersama teman teman seumurannya.

" Tumben kau kesini? " tanya salah satu temannya.

" Aku sedang kesal. " jawabnya.

Sementara di luar, Suina memperhatikan kakeknya yang sedang asyik mengobrol bersama teman temanya.

" Ooh.. jadi ini tempat bias kakek ngongkrong. " gumam Suina.

" Mmhh.. baunya enak. " ucapnya tergoda dengan beberapa jajanan yang di jual di kedai kopi tersebut.

Dengan cepat ia masuk kedalam karena ingin mencicipi cemilan cemilan yang ada di sana.

Namun begitu ia melangkah masuk kedalam, tiba tiba ponsel berdering.

Dengan cepat Suina keluar lagi kemudian mengangkat panggilannya.

" Halo dok! " jawab Suina.

" Kamu di mana? " tanya Edo dari balik telpon.

" Aku sedang di tempat nenek. " jawab Suina.

" Oh ya? " ucap Edo kaget.

" Dok! dokter suka martabak telur nggak? " tanya Suina.

" Nggak terlalu. " jawab Edo yang memang belum pernah memakannya.

" Memangnya kenapa? " tanya Edo penasaran.

" Nggak.. aku hanya lihat ada warung yang menjual martabak telur di dekat toko kakek. " jawab Suina.

" Kamu pengen ya? " tanya Edo menebak.

" Em! " jawab Suina terkekeh.

" Ya udah, saya izinkan. tapi sedikit saja, makan setelah jam makan siang tiba. " ucap Edo.

" Terima kasih dok, dokter memang terbaik. " jawab Suina sangat senang.

Kemudian dengan cepat ia masuk kedalam untuk segera memesan makanan itu.

Tiba tiba..

BRUK!

Suina jatuh dengan keras karena menabrak seseorang yang hendak menyajikan minuman untuk para pelanggan.

" Maaf mbak! maaf maaf! " ucap orang itu yang langsung membantu Suina berdiri.

" Nggak apa apa! saya aja yang kurang lihat jalan. " jawab Suina meringis sambil memegang tanganya.

Tanganya terkena minuman panas dan langsung memerah. " Aduh! tangan mbak melepuh.

" ucap orang itu panik. Kakeknya yang melihat Suina jatuh, langsung datang menghampirinya.

" Kamu kenapa bisa jatuh? " tanya kakeknya yang terlihat cemas.

" Suina nggak lihat jalan. " jawab Suina terkekeh.

" Dasar anak nakal! tangamu melepuh. " omel kakeknya.

" Sssttt.. nggak apa apa kok kek, cuma luka kecil aja. paling besok udah sembuh. " jawab Suina meringis namun tidak mempermasalahkannya.

Dengan cepat kakeknya membawa Suina pulang kekediamannya karena merasa cemas dengan kondisi tangan cucunya itu.

" Kamu bukan anak kecil lagi, kenapa begitu ceroboh. " omel kakeknya.

" Namanya juga kecelakaan kek, Suina mana tau. " jawab Suina.

" Ada apa ini? " tanya neneknya penasaran.

" Tuh, tanganya melepuh terkena minuman panas. " jawab kakeknya.

" Ya ampun! kok bisa? " tanya neneknya kaget.

" Nggak apa apa kok nek, cuma luka kecil aja. " jawab Suina.

" Luka kecil apanya, ini benar benar merah Suina. " ucap neneknya cemas.

" Tunggu di sini, nenek akan belikan obat dulu. " lanjutnya yang langsung bergegas keluar menuju apotek terdekat.

Beberapa menit kemudian, neneknya datang dengan beberapa jenis obat di tanganya.

Dengan pelan ia mulai mengoleskan obat itu di tangan Suina.

Sementara sang kakek duduk tidak jauh dari mereka, sambil memperhatikan keduanya.

" Lain kali lebih hati hati lagi. " ucap neneknya.

" Iya nek, Suina akan ingat pesan nenek. " jawab Suina tersenyum senang.

Setelah selesai mengobati luka cucunya itu, ia langsung masuk kedalam kamar untuk mengambil sesuatu.

" Nenek punya sesuatu untuk kamu. " ucap neneknya.

" Apa itu nek? " tanya Suina penasaran.

" Ini dia. " ucap neneknya sambil mengeluarkan sebuah kebaya bali berwarna hitam dengan corak emas untuk gadis itu.

" Wahhh... cantik banget nek. " ucap Suina yang langsung menyukainya.

" Ini nenek buat sendiri. " ucap neneknya.

" Jadi nenek buat sendiri untuk Suina? " tanya Suina kaget.

" Iya, coba kamu pakai. " jawab neneknya.

" Em! " ucap Suina yang sudah tidak sabar ingin mencobanya.

Dengan cepat gadis itu masuk kedalam kamar kemudian merubah penampilanya.

Beberapa menit kemudian Suina keluar dengan mengenakan kebaya bali itu.

" Wah.. kamu cantik sekali. " puji neneknya.

" Suina suka banget nek, kebayanya cantik banget. " ucap Suina.

" Nenek senang kalau kamu suka. " ucap neneknya yang juga ikut senang.

Setelah mengobrol ngobrol cukup lama, kini Suina dalam perjalanan pulang dengan masih mengenakan kebawa pemberian neneknya itu.

Gadis itu benar benar terlihat sangat senang, karena akhirnya sang kakek tidak mengusirnya lagi setiap kali ingin mengobrol lama dengan neneknya.

Bahkan ketika melihat kakeknya cemas begitu tangan Suina terluka, hal itu membuatnya yakin jika sang kakek mulai luluh dengan semua usaha yang ia lakukan.

Di rumah sakit, Edo baru salah selesai dengan pekerjaanya.

Pria itu langsung menuju ruang kerjanya, karena merasa kepalanya sedikit pusing.

" Huufff... " gumamnya yang langsung menjatuhkan tubuhnya kesofa.

Tidak berselang lama sus Mia masuk sambil membawakannya obat.

" Dokter sakit ya? " tanya sus Mia penasaran.

" Saya hanya demam ringan saja. " jawab Edo yang langsung meminum obat itu.

" Apa saya masih punya jadwal operasi lagi? " tanya Edo.

" Udah nggak ada, tadi jadwal operasi terakhir dokter. " jawab Sus Mia.

" Ya udah sus, terima kasih. " ucap Edo yang kembali menyandarkan kepalanya dan menutup mata.

Pukul 6 menjelang gelap, pria itu tiba di rumahnya.

Edo meletakan ransel kerjanya, kemudian langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.

Wajahnya terlihat sedikit pucat, karena merasa beban fikiranya senang berat.

Akhir akhir ini ayahnya sering kali menghubunginya, untuk mendesak agar Edo segera menjalin hubungan dengan Cindi.

Hal itu membuat Edo terus saja kepikiran hingga membuatnya jatuh sakit.

Hari pun menjelang gelap.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Edo terbangun karena mendengar suara Suina.

Dengan cepat ia bangkit kemudian melihat sekelilingnya.

" Dokter udah bangun? " tanya gadis itu yang sedang menyiapkan sesuatu di meja makan.

Kemudian ia menghampiri Edo untuk memeriksa keadaanya.

" Gimana? sudah merasa lebih baik? " tanya Suina cemas karena melihat wajah pria itu masih sangat pucat.

" Em! " jawab Edo mengangguk sambil terus memperhatikannya.

" Aku periksa dulu. " ucap Suina yang langsung meletakan tanganya di kening Edo.

" Mm.. sepertinya demamnya sudah menurun. " ucap gadis itu.

" Terima kasih dok. " jawab Edo.

Suina langsung terkekeh mendengarnya.

" Maaf, aku lupa. " ucapnya tersenyum manis.

" Kamu kenapa berpenampilan seperti ini? " tanya Edo penasaran.

" Oh! ini hadiah dari nenekku, gimana? bagus nggak? " jawab Suina sambil bertanya pendapat Edo tentang kebaya yang sedang ia kenakan itu.

" Em! Kamu cocok mengenakannya. " jawab Edo mengangguk karena melihat Suina sangat cantik dengan kebaya itu.

" Aku bawakan dokter bubur, makan dulu setelah itu minum obatnya. " ucap Suina yang hendak membantunya untuk berdiri.

Namun Edo langsung kaget melihat salah satu tangan gadis itu memerah.

" Ini kenapa? " tanya Edo kaget.

" Bukan apa apa. " jawab Suina yang langsung menyembunyikan tanganya.

Dengan cepat Edo naik menuju kamarnya untuk mengambil kotak obat.

Sementara Suina duduk dan masih menyembunyikan tanganya kebelakang.

Tidak berselang lama Edo kembali dan mulai mengeluarkan beberapa obat dari dalam kotak itu.

" Ulurkan tanganmu. " pinta Edo.

Namun Suina hanya diam saja menghindari tatapannya.

" Suina! " ucap Edo dengan sedikit menekan nada bicaranya.

" Aku nggak apa apa kok, hanya luka kecil aja, paling besok juga sembuh. " jawab Suina yang enggan mengulurkan tanganya.

Namun hal itu tidak membuat Edo luluh, ia terus menatap Suina dengan tajam karena melihat keras kepala gadis itu tentang kondisi tubuhnya.

Suina langsung mengulurkan tanganya karena merasa takut melihat tatapan Edo.

" Pelan pelan. " ucap Suina.

Edo pun mulai membersihkan terlebih dahulu lukanya itu, sebelum mengoleskannya obat dan membalutnya.

" Apa yang terjadi? " tanya Edo penasaran.

" Aku jatuh. " jawab Suina.

" Kok bisa? " tanya Edo lagi.

" Karena nggak hati hati. " jawabnya lagi.

" Lain kali hati hati, kamu selalu melukai dirimu setiap kali melakukan sesuatu. " ucap Edo mengingatkannya.

" Em! terima kasih pak dokter. " jawab Suina terkekeh.

Edo pun mulai membungkus lukanya itu kemudian merapikan kembali kotak obatnya.

" Udah, untuk sementara biarkan seperti ini. besok saya yang akan membuka perbanya. " ucap Edo.

" Iya. " jawab Suina sambil memeriksa lenganya itu.

" Oh ya, sejak kapan kamu datang? kok saya nggak dengar? " tanya Edo penasaran.

" Jam tujuh, aku mampir karena ingin memberikan dokter martabak telur. Terus lihat dokter tidur di ruang tengah dalam keadaan rumah yang sangat gelap. " jawab Suina.

" Dokter sendiri, kok sakit malah diam di rumah saja? nggak kerumah sakit? " tanya Suina heran.

" Saya hanya demam biasa, mungkin karena terlalu lelah akhir akhir ini. " jawab Edo.

" Ya udah deh, aku bawain dokter bubur. di makan dulu. " ucap Suina sambil mengajaknya kemeja makan.

" Ini kamu yang buat sendiri? " tanya Edo penasaran.

" Tentu saja...  nggak. " jawab Suina tertawa.

" Terus? " tanya Edo bingung.

" Ini Riri yang buat. " jawab Suina.

" Ayo di makan, keburu dingin. " ucap Suina sambil memberikanya sendok.

Edo pun mulai menikmati makanan itu sambil sesekali mengobrol dengan Suina, menanyakan keseharianya selama beberapa hari tidak melihatnya.

Setengah jam kemudian, keduanya kembali duduk di ruang tengah.

Suina sedang membersihkan tubuh si putih karena baru saja ia beri makan.

Sementara Edo duduk bersandar sambil memperhatikan gadis itu.

" Kenapa? " tanya Suina heran karena terus di perhatikan pria itu.

" Nggak. " jawab Edo sambil tersenyum.

" Ya udah deh, berhubung demam dokter udah turun, kalau gitu aku pamit pulang dulu. " ucap Suina.

" Biar saya antar. " jawab Edo yang langsung berdiri.

" Eh! nggak usah, aku bisa pulang sendiri. dokter istirahat aja. " jawab Suina yang langsung melarangnya, kemudian menyuruh Edo berbaring dan menyelimutinya.

" Tapi ini sudah larut malam. " ucap Edo cemas.

" Riri udah dalam perjalanan kesini kok, jadi dokter tenang aja. " jawab Suina kemudian hendak pergi.

Namun dengan cepat Edo menahan tanganya.

" Sebentar. " ucap Edo.

" Ada apa? dokter butuh sesuatu? " tanya Suina penasaran.

" Terima kasih. " ucap Edo menatapnya dengan serius.

" Sudah seharusnya, kita kan teman. " jawab Suina tersenyum manis.

Edo terus menatapnya, seolah olah menemukan kehangatan setiap kali melihat senyum gadis itu.

" Ya udah deh, dokter harus banyak istirahat, biar cepat sembuh. " ucap Suina berpesan.

" Mm.. gimana besok ambil cuti aja? istirahat total di rumah. " sarannya.

" Em! " jawab Edo mengangguk.

" Tapi! emangnya seorang dokter bisa ambil cuti sakit? " tanya Suina penasaran.

" Seorang dokter kan juga manusia Suina. " jawab Edo tertawa.

" Aku fikir nggak bisa. " Ucapnya ikut tertawa.

" Sebentar, aku ambilkan minum dulu. " ucap Suina yang langsung beranjak kedapur.

Tidak berselang lama ia kembali dengan segelas air di tanganya.

" Ini air hangatnya, obatnya jangan lupa di minum. oh ya, dokter harus banyak minum air putih. kata ayahku ketika sedang sakit kita harus banyak minum air putih, biar tenggorokannya nggak sakit. " ucap Suina yang terus berpesan.

Melihat gadis itu terus bicara, Edo langsung menghentikannya dengan cara meletakan satu jarinya di bibir Suina.

Tentu saja hal itu membuat Suina kaget.

Dengan cepat ia berusaha untuk menjauh, karena mulai merasa canggung.

Tiba tiba Edo menahan pinggangnya hingga membuat posisi tubuh mereka sangat dekat.

Kedua mata Suina langsung terbelalak karena kaget dengan tindakan pria itu.

" Do-dok! " ucap Suina gugup.

" Apa kamu pernah berfikir tentang cinta? " tanya Edo tiba tiba.

" Hah? " ucap Suina kaget mendengar pertanyaan pria itu.

" Mungkin mulai sekarang kamu harus memikirkannya. " ucap Edo.

Suina semakin bingung mendengar penuturan pria itu.

Di tambah tatapan Edo semakin membuatnya gugup dan malu, tidak seperti biasanya ia menatap Suina.

###NEXT###

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!