Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#26
Mereka sampai dirumah sakit. Setelah mengucapkan terima kasih walaupun agak canggung Alea langsung turun dengan cepat. Sedangkan Haikal pergi memarkir mobilnya.
Alea pergi keparkiran motornya. Ketika sedang berjalan seseorang menarik tangannya ketempat agak sepi. Alea terkejut mengetahui siap yang menarik tangannya.
''Kak Tasya'' ucap Alea terkejut mengikuti Tasya. Sampai ditempat yang agak sepi Tasya melepaskan tangan Alea dengan kasar. Dia manatap marah kearah Alea. Seakan ingin menelan Alea hidup-hidup.
'' Ada apa kak?'' tanya Alea binggung bercampur cemas melihat tatapan Tasya. Dia tidak tahu apa yang terjadi sehingga membuat Tasya marah. Selama ini Alea paling tidak ingin berurusan dengan Tasya. Dia sangat tahu bagaimana pemarahnya Tasya.
''Kamu yang ada apa. Kenapa kamu turun dari mobil doktet Haikal? Apa yang sudah kamu lakukan sehingga dokter Haikal mau kamu naik mobilnya? Apa kamu merayunya haa?'' tanya Tasya bertubi-tubi. Dia sangat marah.
''Saya tidak merayunya kak. Dia yang menawarkan tumpangan kepada saya sampai dirumah sakit. Kebetulan saya mau menjemput motor saya yang tinggal dirumah sakit'' jelas Alea.
''Hmm, alasan kamu saja. Kamu kira saya percaya. Mana mungkin seorang dokter Haikal bisa membiarkan kamu seorang rakyat jelata yang hanya karyawan apotek masuk kedalam mobilnya. Cepat katakan yang sebenarnya. Dengan cara apa kamu merayu dokter Haikal. Apa kamu menjual diri kepadanya'' ejek Tasya tanpa perasaan. Emosinya meledak-ledak. Alea merasa harga dirinya sudah diinjak-injak oleh anak bosnya ini.
''Saya emang seorang karyawan apotek kak. Tapi saya tidak serendah itu sampai harus menjual diri. Saya masih punya harga diri.'' jawab Alea masih menahan amarahnya.
''Kalau kamu punya harga diri. Tidak mungkin kamu masih bekerja diapotik sedangkan saya dan bang Tris tidak menyukai kamu. Demi uang kamu melakukan semuanya. Dan saya yakin kamu mendekati dokter Haikal karna dia kayakan'' ejek Tasya. Dia sangat cemburu melihat kedekatan Haikal dan Alea. Dia saja tidak pernah naik mobil Haikal.
''Cukup kak. Aku menghargai kakak karna kakak anak pak Surya. Tapi bukan berarti kakak bisa menghinaku seperti ini. Selama ini aku bekerja dan mendapatkan uang dengan jerih payahku sendiri. Kalau aku melakukan semua demi uang itu benar. Tapi aku mendapatkan uang dengan cara yang halal'' jawab Alea sedikit meninggi.
''Apa? kamu berani membentak saya. Kamu kira setelah ini kamu bisa bekerja dengan tenang diapotek. Asal kamu tahu Haikal adalah milik saya.'' hardik Tasya.
''Saya juga tidak ada niat untuk mendekati dokter Haikal'' Jawab Alea.
''Siapa yang percaya ucapan kamu. Ini sebagai peringatan terakhir untukmu. Jauhi dokter Haikal. Kalau tidak kamu akan tahu akibatnya. Saya bisa melakukan apapun kepada kamu dan keluargamu. Apalagi utangmu diapotik dan sama papa masih banyak. Kamu mau dipecat dan diharuskan melunasi utang dua kali lipat'' ancam Tasya. Setelah itu dia pergi meninggalkan Alea.
Alea terduduk lemas. Dia tidak menyangka semua akan jadi seperti ini. Tanpa terasa air matanya menetes. Dia merasa sangat tertekan. Alea bukan takut kehilangan pekerjaan. Tapi dia belum punya uang untuk melunasi semua utangnya. Sekarang dia tidak punya pilihan lain karna keluarganya bergantung kepadanya. Hanya dengan bekerja diapotek dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Apalagi dia hanya tamatan SMA.
Alea berjalan gontai kearah parkiran motornya. Matanya masih merah karna menangis. Sampai di dekat motornya Alea baru sadar kalau tasnya tidak ada.
''Dimana tasku?'' gumamnya.
''Ini tasmu'' kata seseorang dibelakang Alea. Alea terkerjut mendengar suara orang dibelakangnya yang ternyata Haikal.
Saat akan turun dari mobil Haikal melihat tas Alea tinggal. Dia kemudian mencari Alea kearah parkir motor.
''Makasih dok'' kata Alea sambil menunduk. Dia tidak mau Haikal tahu kalau dia habis menangis. Dengan cepat Alea mangambil tasnya dari tangan Haikal. Tapi Haikal menahan tangan Alea.
''Kamu kenapa menunduk. Apa kamu tidak bisa menghargai saya yang datang mengantarkan tasmu?'' tanya Haikal. Tapi Alea masih menunduk. Dia memcoba menarik tangannya. Namun Haikal memegangnya dengan kuat.
''Kalau kamu tidak melihat kearah saya. Saya tidak akan melepaskan tanganmu'' sambungnya lagi. Haikal merasa ada yang salah dengan Alea. Karena selama ini Alea tidak pernah menunduk ketika bicara.
''Saya mohon dok, tolong lepaskan tangan saya. Saya mau pulang. Saya tidak mau orang salah paham melihat kita disini'' ucap Alea. Dia masih tidak mau melihat Haikal. Tapi Haikal tidak menghiraukan ucapan Alea. Dia memegang dagu Alea dan mengangkat wajah.
Saat melihat wajah Alea. Haikal terkejut mata Alea merah seperti habis menangis.
''Kamu menangis?'' tanya Haikal.
''Tidak, sini tas saya'' jawab Alea.
''Kamu berbohong. Kenapa kamu menangis?'' tanya Haikal tegas. Entah sejak kapan dia peduli dengan Alea. Padahal selama ini dia tidak tertarik sedikitpun kepada seorang wanita.
''Saya tidak menangis. Dan anda tidak perlu peduli dengan saya. Karna kita hanya sebatas orang kenal ditempat kerja saja. Sekarang berikan tas saya'' jawab Alea.
Hati Haikal terasa sakit ketika Alea mengatakan itu. Dia kemudian memberikan tas Alea.
''Kalau kita hanya sebatas orang yang kenal. Kenapa waktu itu kamu menangis didepan saya dan berharap saya mengenal kamu?'' tanya Haikal kesal.
''Maaf, mulai sekarang anggap saja semua itu tidak pernah terjadi. Dan anda juga gak usah terlalu peduli terhadap saya'' jawab Alea. Dia langsung naik motornya dan pergi meninggalkan Haikal yang masih berdiri menatap kepergiannya.
''Maaf dok, saya tidak bisa mengambil resiko mengorbankan keluarga saya hanya karna kita terlihat dekat. Saya juga tidak bisa lebih dari ini. Saya sangat berterima kasih atas apa yang anda lakukan hari ini'' batin Alea.
Air matanya jatuh kedalam. Kesedihan yang dirasakannya seperti ketika dia ditinggal pergi sama Hainal.
Haikal masih tidak mengerti kenapa setiap perkataan Alea terasa menyakitkan.
''Ok, kalau ini yang kamu inginkan. Aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam. Tapi kamu yang membuat batasannya. Mulai saat ini aku akan bersikap seperti yang kamu inginkan'' gumam Haikal. Dia ingin pergi dari tempat parkir ketika Tasya memanggilnya.
''Dokter Haikal'' panggilnya.
''Ya'' jawab Haikal tidak semangat.
''Ngapain anda sini?'' Tasya pura-pura bertanya. Sebenarnya dia melihat Haikal dan Alea bicara diparkiran. Tapi dia berusaha bersikap tenang didepan Haikal.
''Saya hanya lewat saja'' jawab Haikal sambil berjalan.
''Hmm, kita kekantin yuk'' ajak Tasya.
''Saya capek, saya mau kedalam dulu'' tolak Haikal cuek meninggalkan Tasya. Dia memang tidak ingin dekat dengan Tasya. Dia tahu kalau Tasya menyukainya. Tapi Haikal hanya menganggap Tasya tidak lebih dari seorang teman.
Tasya merasa marah. Tangannya mengepal kuat menahan amarah meninggalkan pakiran pergi keruangannya.