NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

026. Hunian Baru

“Ibu makan dulu …,” ucap Bara pada Mbah Wedok yang duduk meluruskan kaki.

Ketika itulah Dul mengamati bagaimana Mbah Wedok memperhatikan Bara. Tatapan wanita tua itu terpusat di wajah Bara. Dan saat itu Dul teringat kalau Mbah Wedok memang belum pernah bertemu sebenar-benarnya dengan Bara.

Tiap mengantarnya pulang, Mbah Wedok tak pernah menerima salam Bara yang berpamitan. Mbah Lanang-lah yang paling sering berada di depan pintu. Mbah Wedok hanya mengetahui keberadaan Bara dari cerita-ceritanya, suara motornya, juga seruan Bara yang memanggil namanya dari luar pagar.

Mendengar tawaran makan yang diiringi dengan disodorkannya nasi kotak dan senyum Bara yang ramah, Mbah Wedok sepertinya hanya sanggup mengangguk.

Pasti Mbah Wedok enggak nyangka kalau Om Bara seganteng itu ….

Pada momen penting seperti itu, sepertinya Pakdhe Supri tidak terlalu peka. Karena pria itu langsung melontarkan percakapan keluarga di depan Bara.

“Nanti gimana, Jah? Apa Dul tetap di sini? Kakang mau bawa Ibu tinggal di rumah Kakang aja. Rumah ini gimana? Kamu mau tinggal di sini dengan Dul?”

Kayaknya tadi Pakdhe enggak ngomong kayak gitu ke Mbah ….

Entah apa maksud pakdhenya. Tapi detik itu ibunya langsung terlihat semakin bingung.

“Ibu ikut Kakang?”

“Iya, kalau Dul mau ikut aku juga enggak apa-apa.”

Jawaban Mbah Wedok semakin menambah kebingungan ibunya. Ibunya yang tadi duduk bersila, kini mengubah duduk dengan dua kaki bersimpuh. Seakan ibunya sedang memohon pada orang tua dan saudara-saudaranya.

“Kenapa enggak di sini aja? Aku bisa pulang ke sini nemenin Ibu. Dul juga masih sekolah dekat sini,” ujar ibunya lagi

“Aku enggak mau tinggal sama kamu, Jah. Aku bakalan ngerepotin. Aku enggak mau lagi. Kalau udah ada yang mau sama kamu, bawa Dul. Hidup sama Dul, sama keluarga barumu. Nggak usah pikirin aku. Aku ini tanggung jawab Kakang-mu. Sampai mati aku tanggung jawab anak laki-lakiku. Dul masih TK, bawa dia. Kasian. Dia mau deket kamu. Nak Bara juga pasti tau gimana seringnya Dul nyariin kamu.”

Entahlah. Dalam ingatan Dul saat itu, perkataan Mbah Wedok dan Pakdhe Supri lebih terdengar seperti pengusiran terhadap ibunya. Maksud Mbah Wedok memang baik, tidak mau membebani ibunya. Tapi di sisi lain tak ada yang mengkhawatirkan bagaimana cara ibunya bertahan hidup dan merawat dirinya yang masih bersekolah. Keluarga ibunya seperti melemparkan semua tanggung jawab itu pada Bara. Laki-laki yang notabene pada saat itu belum menjadi siapa-siapa ibunya.

Bagaimana kalau Bara berhenti menginginkan ia dan ibunya menjadi sebuah keluarga? Pasti ia dan ibunya akan berdua-duaan saja di dunia ini.

“Kang Supri nggak apa-apa?” Dahi ibunya sudah mengernyit khawatir. Dul semakin merapatkan tubuh dengan ibunya. Ingin menyampaikan pesan tersirat kalau apa pun yang terjadi, ia akan selalu ada untuk ibunya.

“Aku enggak apa-apa. Kamu enggak usah pikirin. Kamu pikirin anakmu aja. Kalau ada waktu sekali-sekali dateng tempatku buat jenguk Ibu.”

Kalau ditanya orang pada siapakah dia akan lebih kasihan, tentu saja Dul akan mengasihani ibunya. Wanita yang mengumpulkan lembaran-lembaran uang pecahan kecil dari mengais sampah dan berdagang di bawah terik matahari hanya demi memastikan bahwa ia tercukupi. Tak sekali pun ia mendengar ibunya mengeluh atau mendatangi pakdhenya. Jangankan meminta uang, meminjam saja ibunya tak pernah.

Dan kini, dengan alasan kemiskinan, saudara laki-laki ibunya menolak untuk peduli nasib mereka. Bara yang tadi ikut memindahkan jajaran nasi kotak dari luar pintu ke dalam ruangan sepertinya ikut mendengar percakapan.

Bara bergerak perlahan mendekati ibunya. Jarak mereka sangat dekat. Wajah ibunya sangat memelas dan terlihat sangat letih. Bara semakin mendekat, lalu menunduk berbisik di telinga ibunya. Saking penasarannya, ia ikut memasang telinga.

“Bawa semua pakaian Dul, aku punya tempat untuk Dul dan Ibunya. Keningnya jangan mengkeret terus.” Bara mengusap dahi ibunya usai mengatakan itu.

Dul memundurkan tubuhnya agar bisa melihat Bara lebih jelas. Saat itu, jelas-jelas ia sangat terkesima. Suara Bara begitu lembut. Nada penghiburan dan bujukan yang dijadikan satu.

Di usianya saat itu, Dul sangat menyukai cara Bara berbicara dengan ibunya. Ia menyetujui tiap kalimat yang diucapkan pria itu. Baginya, begitulah seharusnya sosok pria memperlakukan wanita yang lebih lemah darinya.

Kegiatan Dul mengupingi percakapan orang dewasa malam itu terputus karena rasa lelah dan kantuknya. Ingatan terakhir malam itu adalah saat Bara menggandeng ia dan ibunya masuk ke mobil. Tak tahu mereka akan ke mana. Tapi wajah Bara yang ceria saat mengemudi mobil dan wajah ibunya yang lebih tenang, membuat Dul lebih lega saat menyerah dengan kantuknya.

Dul menggeliat di bawah selimutnya. Pagi yang masih sejuk, rasanya ia ingin kembali tidur meringkuk. Namun, saat matanya mengerjap menatap langit-langit, sebuah kesadaran baru membuatnya membelalak seketika. Langit-langit di atas tempatnya berbaring terlihat berbeda.

Ini bukan rumah Mbah …. Aku di mana?

Dul membuka matanya lebar-lebar. Plafon berwarna biru dengan taburan stiker berbentuk bintang dan planet-planet membuatnya seolah menatap langit malam. Ia menunduk melihat selimutnya, lalu seprainya, lalu ia memutar tubuh untuk melihat bantalnya, bahkan ranjang yang ia tempati. Ia tidur di ranjang. Dan ibunya duduk santai di lantai menyusun pakaian dari dalam lemari.

Kemarin malam Om Bara yang ajak aku dan Ibu naik mobil. Apa ini hotel? Kami diajak nginep di hotel lagi?

“Om Bara mana, Bu?” Suatu hal yang harus dipastikannya. Ke mana pria pembawa kebahagiaan mereka itu?

“Kerja,” jawab ibunya santai. Bagi telinga Dul jawaban ibunya terdengar santai. Tapi di telinga orang lain, jawaban itu bisa terdengar sangat dingin.

“Ini hotel? Ada kolam renangnya juga?” Hal kedua yang harus dipastikan olehnya. Kalau benar mereka menginap di hotel, ia akan meminta pakaian renangnya dikeluarkan.

Jawaban dari ibunya terlalu lama. Dul tak sabar untuk memastikannya sendiri. Ia berlari melesat keluar kamar untuk melihat ruangan hotel yang lain.

“Dul, sini! Mbok ada masak nasi goreng,” seru suara seorang wanita. Dul menoleh dan melihat perempuan yang ia kenali.

Penampilan Mbok Jum sempat membuatnya sedikit tidak mengenali wanita itu. Mbok Jum terlihat lebih bersih dan ceria. Mungkin karena pakaian yang dikenakannya lebih bagus. “Ada Mbok Jum juga …. Mbok Jum ikut nginep di hotel?"

Mbok Jum terkekeh-kekeh menyongsongnya dan menuntun ke ruang makan. “Ini bukan hotel. Kata Om Bara ini rumah ibumu. Sini, duduk. Biar kayak orang-orang kaya itu.”

Enggak mungkin rumah Ibu. Rumah ini, ya, pasti rumah Om Bara.

“Rumah Ibu? Rumah Om Bara ….” Dul bersikukuh mengoreksi perkataan Mbok Jum yang dirasanya tidak benar.

“Om Bara yang bilang ini rumah ibumu,” ralat Mbok Jum lagi.

“Memangnya Bara ngomong gitu Mbok?”

Ibunya muncul di ruang makan dengan senyum bahagia yang sulit disembunyikan. Sepertinya menanyakan hal barusan pada Mbok Jum hanya untuk mengukuhkan kebahagiaan di hatinya.

“Iya. Waktu aku baru nyampe di sini, aku juga nanya gitu. Ini rumah siapa. Bara bilang, ‘Ini rumah Dijah, Mbok. Aku siapin untuk Dijah.’ Yowes, Jah, katanya gitu. Ya, artinya memang rumahmu. Mau nanya yang lain-lain lagi aku enggak enak. Bara itu kalau lagi diem, suka bikin orang salah tingkah enggak enakan. Padahal dia enggak ngapa-ngapain.” Mbok Jum tertawa.

Satu pemahaman baru masuk terserap dalam ingatan Dul. Penilaian Mbok Jum soal Bara. Sampai masa remajanya, Dul menyadari kalau penilaian-penilaian seseorang terhadap orang lain bisa turut mempengaruhi penilaiannya. Dalam ingatan masa remajanya, Dul tak pernah mempercayai perkataan, ‘Aku tidak peduli penilaian orang lain soal kamu’.

Faktanya, penilaian orang lain juga pasti memiliki latar belakang yang bisa menjadi penilaiannya terhadap sesuatu. Terlalu banyak mendengar hal buruk, akan membuat ia menilai buruk terhadap sesuatu. Begitu pula sebaliknya.

Dan pagi itu ia mendengar penilaian Mbok Jum soal Bara. Bara yang akan membuat Mbok Jum salah tingkah tidak enakan meski pria itu tak melakukan apa pun. Saat menyendokkan nasi goreng ke mulutnya, Dul mengulangi momen-momen kebersamaannya dengan Bara. Adakah ia merasa tak enak meski Bara hanya diam saja?

Dan ternyata ada. Malah banyak sekali. Jika Mbok Jum lebih memilih diam saat momen itu, ia lebih memilih memecah situasi canggung tidak enakan itu dengan melontarkan pertanyaan pada Bara.

Bara bukan pria yang kaku. Tapi raut wajahnya yang serius di kala berdiam diri, memang sering menimbulkan kegelisahan dan pertanyaan. Apakah ia sudah bertingkah laku baik pada pria itu? Adakah sesuatu yang membuat perasaan pria itu tidak enak saat sedang bersamanya?

Ternyata bukan cuma aku aja yang begitu ke Om Bara ….

Sisa pagi itu akan dikenangnya seumur hidup. Perasaan senang dan bahagia berada di tempat baru yang lebih bagus. Lebih luas dan lebih bersih. Kamar sendiri, ranjang sendiri. Bahkan laci kontainer warna-warni yang ujung-ujungnya sudah pecah dan tersangkut tiap dibuka, kini berganti dengan lemari pakaian bermotif tokoh kartun yang terlihat kokoh.

Ibunya berpamitan keluar rumah karena akan mengurus sesuatu. Dul lupa menanyakan urusan itu soal apa. Ia tenggelam dalam rencananya menyusuri tiap sudut rumah dengan setelan rumah baru dan bedak putih yang disapukan ke wajahnya.

To Be Continued

1
Rezky Cookies
💔😢😢😢
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!