NovelToon NovelToon
TOLONG CABUT PAKU DI KEPALA KAMI

TOLONG CABUT PAKU DI KEPALA KAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:249.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Tolong cabut paku di kepala kami! Tolong! Argh sakit!”
“Tolong aku! Paku ini menusuk otak hingga menembus batang tenggorokan ku! Tolong!”

Laila baru saja dimutasi ke wilayah pelosok. Dia menempati rumah dinas bekas bidan Juleha.

Belum ada dua puluh empat jam, hal aneh sudah menghampiri – membuat bulu kuduk merinding, dan dirinya kesulitan tidur.

Rintihan kesakitan menghantuinya, meminta tolong. Bukan cuma satu suara, tetapi beriringan.

Laila ketakutan, namun rasa penasarannya membumbung tinggi, dan suara itu mengoyak jiwa sosialnya.

Apa yang akan dilakukan oleh Laila? Memilih mengabaikan, atau maju mengungkap tabir misterius?

Siapa sebenarnya sosok bidan Laila?

Tanpa Laila tahu, sesungguhnya sesuatu mengerikan – menantinya di ujung jalan.

***

Instagram Author ~ Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong : 06

Akh!

Bugh!

Bokong Laila menghantam lantai dapur semen halus. Dia mendengus seraya menggerutu.

“Untung kuku tajamnya tak mencolok mataku, awas saja kalau sampai tadi kena.” Susah payah dia bangkit, tangan kanannya mengusap-usap bokong yang terasa pedas.

Bukannya berhenti dan kembali menyetrika – Laila malah mengambil cangkul yang diletakkan di dekat kamar mandi.

“Tak mungkin tu hantu tanpa sebab selalu menampakkan wujudnya, dan sudah dua kali dia berlari ke pohon pisang. Pasti ada sesuatu.” Cangkul dipanggul, gerendel pintu digeser.

Mengendap-endap Laila melangkah ke kerumunan pohon pisang. Dia lupa membawa penerangan.

“Bodohnya kau Laila! Apa yang mau di cangkul, disini gelap sekali.” Matanya melihat sekeliling – lampu dapur Ida masih menyala, dia tidak bisa sembarangan bersuara. Sedangkan sorot lampu dapurnya tidak mencapai pohon pisang.

Tiba-tiba sekumpulan Kunang-kunang yang kapan hari menarik perhatiannya – terbang mengelilingi tanah datar diantara tanaman pohon pisang masih sebesar betis orang dewasa.

Batinnya meyakini kalau ada sesuatu disana. Laila mulai mencangkul, dan hewan pemberi penerangan menyingkir, terbang diatas kepala si wanita.

'Aku sudah seperti penggali kubur saja. Lama-lama betulan gila diri ini.' Tangannya terus menggali diiringi gerutuan batin tidak berkesudahan.

Dug.

Pada kedalaman setengah meter, ujung cangkul terantuk sesuatu seperti suara memukul seng.

Wanita berbaju terusan kembang-kembang, meletakkan cangkulnya. Dia berjongkok, mulai mengorek menggunakan tangan. Punggung jemarinya mengetuk sesuatu.

“Kaleng apa ini?” tanyanya lirih. Gayanya sudah seperti seekor Kelinci membuat lubang.

Ternyata kaleng bekas roti bergambar satu keluarga tanpa ayah. Tahu bahwa dirinya tidak leluasa, takut bila sewaktu-waktu pintu dapur Ida maupun Mia terbuka – Laila membawa kaleng tersebut beserta cangkul.

Kakinya menggeser urugan tanah agar kembali masuk lubang. Kemudian dia berjalan cepat, dan mengunci pintu dapur.

Rasa penasarannya sudah membumbung, tidak lagi bisa ditahan untuk sekadar cuci kaki. Laila ke ruang tamu, duduk di lantai, kaleng pun ada dihadapannya.

“Awas ya kau ataupun kalian! Sampai membuatku jantungan lagi, tak bakalan aku pedulikan! Mau menangis darah pun, diri ini memilih abai.” Ragu-ragu dia membuka penutup menggunakan ujung garpu.

Tangan penuh tanah kehitaman itu membalikkan kaleng agar isinya keluar.

Kluntang.

Laila melempar benda persegi panjang itu. Dia mulai membuka simpul plastik hitam – langsung disuguhi selembar potret seorang wanita yang sangat mirip dengannya.

"Kebetulan macam apa ini?"

Dia beralih pada dompet, menarik benda yang ternyata nametag tertulis nama serta gelar – JULEHA A.Md.Keb.

“Dia, dia _ aslinya tidak pulang kampung.” Tangannya bergetar hingga menjatuhkan kartu identitas sosok Juleha. Degup jantung Laila menggila, air matanya mengalir dengan sendirinya.

Laila menyakini kalau penghuni rumah ini sebelum dirinya, telah dihabisi. Tak masuk akal bila balik ke kampung halaman tetapi barang-barang pentingnya ditinggalkan.

Kemudian wanita yang masih shock itu menarik karet yang mengikat tumpukan amplop putih. Bibirnya bergetar mengucapkan kata. “Maaf, aku izin buka ya.”

Ternyata isinya surat dari keluarga bidan Juleha yang berada di Pekanbaru – Ibu, bapak, serta kakak semata wayangnya rutin mengirimi surat, bertukar kabar setiap bulannya. Terakhir surat itu diterima oleh sang bidan sekitar dua bulan lalu.

Laila menuang isi dompet yang mana terdapat pecahan uang lima ribu, seribu, dan selembar 50 ribu, ada juga koin 100 perak.

Hiks hiks hiks

"Tolong aku! Cuma kau yang bisa menolong!"

Bulu tangan Laila berdiri, ekor matanya melihat sosok berambut panjang yang ujungnya meneteskan darah.

“Kau kah itu Juleha?” tanyanya tanpa berani menoleh langsung.

Tak ada jawaban, maupun respon – berarti benar.

“Dimana jasadmu kini? Kemana aku harus mencari ataupun menggali tanah?”

“Mengapa kau bisa menampakkan wujud di depanku? Bahkan sedekat ini?” ia sangat penasaran, sebab jimat yang dikenakannya selama ini terbukti sakti.

Namun, kenapa di desa Sumberejo malah seperti benda tak berisi mantra-mantra ampuh.

Sebanyak apapun Laila bertanya, cuma ditanggapi dengan suara tangisan menyayat hati.

“Kini aku paham, bila kau dan lainnya terikat oleh sesuatu jahat. Sehingga kalian tak memiliki kuasa untuk bersuara, membeberkan hal mengerikan itu.”

Laila teringat kalimat Uyut nya – harus bisa melawan rasa takut.

Wanita yang masih menetes air mata itu, memalingkan wajah, menatap tenang padahal batinnya bergetar ketakutan.

Dia tatap lamat-lamat pada bekas luka di wajah. Saat dirasa kurang jelas, Laila berdiri – melangkah lamban hingga tersisa jarak setengah meter.

Layaknya ahli forensik, Laila melakukan penyelidikan dengan cara mengamati bekas luka benda tajam.

Sementara sosok bidan Juleha bergeming, matanya terus mengeluarkan aliran darah.

‘Dia dibacok hingga wajahnya nyaris terbelah, dan bola mata hampir meletus. Lalu lehernya dijerat kawat berduri, dan_’

Laila mengamati telinga kiri tertutup rambut, helaian panjang itu terlihat lengket, berbau amis. ‘Telinganya dipotong.’

Huh huh huh

“Aku tak sanggup lagi membayangkan.” Dipukul-pukul nya kuat dadanya. Dia membungkuk, lalu kembali berdiri.

Akh!

Laila berteriak. Bukan cuma ada sosok bidan Juleha, tapi wujud tak kalah mengerikan lainnya berbaris dibelakangnya. Berjumlah lima arwah.

Ada satu yang menarik perhatiannya, tetapi dia tidak bisa menyuruh apalagi menyentuh. Hal tersebut bisa lebih menyakiti sang arwah – dikarenakan mereka masih dalam cengkeraman si tersangka.

“Korbannya bukan cuma wanita, tetapi anak lelaki remaja. Ini lebih mengerikan dari kasus pemujaan ataupun pembunuhan biasa,” dia bergumam. Sebisa mungkin mengatur napas agar tidak pingsan dikarenakan bau para arwah ini sangat busuk.

“Pergilah! Aku berjanji akan membantu sebisaku. Kalian tak perlu melewati batasan kalau hal itu dapat mendatangkan rasa sakit tak tertahankan.” Akhirnya dia telah mengambil keputusan.

Rasa simpati, empati dan jiwa sosial yang tinggi – berhasil mengusir rasa takut Laila, meskipun kedepannya belum pasti. Paling tidak saat ini dia sudah bertindak berani.

Sosok-sosok astral tadi pun menghilang. Tinggallah Laila seorang diri, di temani jejak bukti milik bidan Juleha.

“Aku tak boleh mempercayai siapapun. Jelas kalau kaleng ini sebuah pancingan, sengaja ditanam pada kedalaman rendah, agar mudah ditemukan. Tapi siapa pelakunya?” Ia kumpulkan lagi barang-barang penting milik bidan Juleha.

“Ada sembilan surat, berarti dia baru sembilan sampai sepuluh bulan bertugas disini,” ia bergumam.

Barang penemuan tadi, dimasukkan lagi kedalam kaleng. Laila kembali membuka pintu belakang – menanam benda tersebut ditempat semula. kemudian dirinya masuk ke dalam rumah.

"Aku harus memeriksa setiap sudut rumah ini! Tak menutup kemungkinan kalau jasad bidan Juleha dikubur disini 'kan?"

.

.

Bersambung.

1
Fia Ayu
Akhirnya nongol, kemaren bulak balik kaga tau nya libur🥺
FLA
hohohooo aku suka kekacauan ini, terus serang mereka Laila ngatemi
jekey
hallo besti" mau tanya app punya kalian sm kayak q gak , pemberitahuan udah update tp gk bisa dibukak 🤧😭😭
Cublik: Ngenes aku ngerasain Laila Ngatemi. Dari kemarin gak bisa tayang Mak 🥹
total 1 replies
_yuniarti.sherli_
ralat bukan pindah ke pedalaman tapi udah pindah alam 😅😂
Rina Canigo
Hanya satu kata TERBAIK
Cublik: Terima kasih ya Kak 🥰🥰
total 1 replies
Hafifah Hafifah
bukan pindah tugas tapi mereka udah mati dibunuh ama si suryo dan komplotannya
Rina Canigo
kaaak ...ini ntah yg ke berapa akun bolak balik lihat Up terbaru,,,,kenapa ngak sabaran aku baca novel kakak
Y.S Meliana
akhir'y stlh maraton baca nyampe jg di part ini kak 😄 horrreeee... bisa minta apdet sesuka hati ini mah, iya kan kak cublik 🤭
Y.S Meliana
sebentar kak cublik, aku tarik napas dulu 🤭. klo baca cerita kak cublik tuh serasa ga napas 😄
isnaini naini
brpa bnyk ya yg sdh jd krbn
Betri Betmawati
pindah alam iyA
isnaini naini
msh meraba raba..ada misteri apa dibalik tmbok rmh juragan pram...
堅監.
baru awal aja udah horor bangt ini mah
Cublik: Terima kasih sudah mampir Kakak 😊
total 1 replies
isnaini naini
br mulai bc sdh merinding thor....
Cublik: Terima kasih sudah berkenan membaca Kak 😊
total 1 replies
Marlina Prasasty
ihhh lagi seru-serunya bersambung
Bun cie
laila cs keren banget buat sedesa heboh👏👍..damini karsa abdul mulai nggak tenang tuh..suryo dimana ya?🤔
Y.S Meliana
nama jin'y unik, jin kamprett 🤣. yg sabar y jin, majikanmu jg unik sm ky kamu, jadi serasi 😄
💜⃞⃟𝓛 ❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
mamous kauu kau kira mampu hadehh blm satu selesai satunya timbul
mampus kauu
Hafifah Hafifah
teror udah dimulai
Hafifah Hafifah
katanya dukun sakti kok punya rasa takut juga ya 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!