Kisah seorang gadis muda nan lugu yang berprofesi sebagai guru TK ditakdirkan bertemu dengan seorang duda beranak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk Angin
Nathan segera menelepon Dion, "dia marah, Yon"
"Siapa yang marah, tuan?" tanya Dion.
"Istriku. Huffttt! aku mesti gimana nih?"
Dion menahan rasa geli-nya karena, baru sekali itu dia mendapati tuan besarnya kebingungan soal wanita. Biasanya tuannya itu tidak pernah mengambil pusing jika wanitanya marah atau ngambek karena, jika tuannya itu sudah membelikan berlian atau memberikan segepok uang ke wanitanya, maka beres sudah semuanya. Dion kemudian berkata setelah dia menghela napas, "biarkan saja tuan. Nanti juga ngajak baikan dengan sendirinya.
"Mana bisa begitu. Aku nggak bisa melihat istriku marah dan melempar sorot mata kesalnya ke aku. Aaahhh! sial! apa yang sudah Kenken lakukan padaku kenapa aku jadi serba salah kayak gini sih?"
Dion kembali merasa geli lalu berkata, "belikan saja nona muda berlian atau kasih uang sepeti yang biasa tuan lakukan ke wanita-wanitanya tuan yang sebelum-sebelumnya"
"Nggak akan ngaruh ke Kenken. Aku pernah belikan dia gelang berlian tapi dia kembalikan lagi ke aku katanya, dia nggak suka pakai perhiasan, terus aku kasih uang bulanan juga belum dia sentuh sama sekali, aku lihat uang yang aku kasih masih utuh dia simpan di dalam lemari dan dia juga belum pernah menggesek black card yang aku kasih ke dia. Istriku memang lain dari yang lain itu yang membuatku pusing kalau dia marah dan ngambek kayak gini, aku kan jadi bingung membujuknya"
"Susah juga ya, emm, kalau gitu, anda pikirkan saja sendiri tuan. Saya pusing nih"
Klik......Nathan segera menutup sambungan teleponnya dengan asisten pribadinya begitu saja karena, kesal. Lalu Nathan melangkah turun dengan bergumam, "dasar Dion, nggak peka! nggak mau ngebantu aku sama sekali, cih! lihat saja nanti"
Sesampainya di meja makan, Nathan segera duduk di sebelahnya Kenes lalu menoleh ke Kenes dengan senyum tampannya namun, Kenes justru berdiri dan berpindah tempat duduk.
Nathan membuang napas dengan kesal lalu menatap Kenes dengan tajam. Nathan kemudian menatap dan bertanya ke Arga, "nenek mana?"
"Nenek berangkat ke kantor pagi-pagi buta tadi" sahut Arga.
"Oh" Nathan kemudian mendaratkan kembali pandangannya ke wajah manisnya Kenes lalu berkata, "sayang, mas mau makan nih"
Kenes diam saja dan mengabaikan Nathan.
Arga yang duduk di sebelahnya Kenes, menoleh ke Kenes dan berkata, "Bu, papa mau makan tuh"
"Papa kamu punya tangan dan udah gede kan? masak nggak malu sama kamu, kamu aja bisa ambil makanan kamu sendiri kan?" sahut Kenes sambil mengusap kepalanya Arga dan tanpa menoleh sama sekali ke suaminya.
Hiks, hiks, hiks, Kenken beneran marah dan cuekin aku, nih. Aaarrgghhh! aku mesti gimana nih biar istriku nggak marah lagi sama aku. Nathan berkata di dalam hatinya sambil terus memandangi wajah manisnya Kenes dan mengambil makanannya sendiri.
Kenes kemudian bangkit, membereskan piringnya dan piringnya Arga sambil berkata ke Arga, "tunggu ibu dan papa di ruang tamu, ya! ibu mau mencuci piring dan gelas ini dulu"
Arga bangkit sambil mengangguk dia pun memutari Kenes dan berjalan menuju ke ruang tamu.
Nathan kemudian memberikan kode ke asisten rumah tangga dan chef pribadinya untuk meninggalkannya sendirian dengan istrinya. Chef dan asisten rumah tangganya Nathan dengan segera bergegas keluar dari ruang makan tersebut.
Nathan kemudian bangkit dan mendekati Kenes, "aku bantu mencuci piringnya ya"
Kenes terlonjak kaget lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, "chef Perla dan mbok Iyem mana ya? aku hanya ingin dibantu sama mbok Iyem" tanpa memandang wajah tampannya Nathan.
"Mereka sakit perut, pergi ke toilet bersama-sama sambil bergandengan tangan tadi" sahut Nathan asal karena, kesal melihat Kenken terus mengabaikannya.
Kenes tanpa sadar terkekeh geli dengan pelan mendengar celotehannya Nathan lalu dengan segera Kenes merapatkan bibirnya kembali dan segera memasang muka cemberut di depannya Nathan.
"Kamu ke ruang tamu aja gih sana, temani Arga biar aku yang cuci piring dan gelasnya" Nathan menggeser paksa tubuhnya Kenes yang masih berdiri kokoh di depan wastafel. Kenes bersikukuh tidak mau bergeser satu sentimeter pun.
Nathan menggeser lebih keras dan membuat Kenes terselip langkahnya dan hampir jatuh, Nathan dengan sigap segera menarik tubuhnya Kenes dan akhirnya dia berhasil memeluk tubuhnya Kenes dengan erat.
Kenes sontak membulatkan kedua matanya dan meronta ingin keluar dari pelukan suaminya namun, Nathan justru semakin mempererat pelukannya dan berkata, "kalau kamu meronta lagi maka aku akan mencium kamu"
Kenes memekik, "lepaskan aku Mas!"
"Maafkan aku dulu. Kalau kamu maafkan aku, aku akan lepaskan kamu"
"Bagaimana bisa aku memaafkan seseorang yang tidak pernah meminta maaf ke aku?" Kenes mendongakkan wajahnya untuk menatap wajahnya Nathan yang bertubuh jangkung itu, sambil melotot ke Nathan karena, kekesalannya pada Nathan sudah sampai di ujung tanduk.
Nathan menunduk untuk memandang wajah manis istrinya, istrinya yang sudah berhasil memenangkan hatinya, istrinya yang sangat dia cintai lalu dia mendesah panjang dan kemudian berkata, "maaf. Berjuta maaf aku sampaikan ke kamu untuk semua perkataan, perlakuan, dan sikapku yang membuatmu kesal selama ini"
Kenes kemudian meredupkan sorot mata tajamnya karena, merasa iba saat dia melihat penyesalan yang begitu dalam di wajah dan kedua bola mata indah milik suaminya itu. Kenes lalu tersenyum dan berkata, "baiklah Mas, aku memaafkanmu tapi, jangan diulangi lagi"
Nathan langsung sumringah dia mencium pipinya Kenes lalu berkata, "terima kasih ya, sayang" lalu mencium kembali pipinya Kenes saking gemasnya.
"Mas! jangan menciumku lagi! sekarang lepaskan aku! kita harus segera berangkat ke sekolahan"
Nathan melepaskan Kenes dari dalam pelukannya dengan wajah cerah ceria, awan mendung telah sirna dari wajah tampannya lalu dia menggandeng tangannya Kenes menuju ke ruang tamu dengan bersiul riang.
Arga bangkit lalu berlari dan melompat ke dalam gendongan papa tampannya. Nathan tertawa lepas lalu mengajak anak dan istrinya masuk ke dalam mobil. Keluarga kecilnya Nathan itu segera meluncur ke sekolahannya Arga.
Nathan memarkirkan mobilnya lalu dia keluar dari dalam mobil mewahnya mengikuti langkahnya Kenes dan Arga menuju ke kereta kelinci. Kenes menyuruh Nathan duduk di sebelahnya Arga dan dia beranjak pergi. Nathan segera mencekal tangannya Kenes, "kau mau ke mana?"
"Mau ke depan sebentar Mas, mau ngabsen anak-anak"
"Oh! tapi nanti balik lagi ke sini, kamu harus duduk di sebelahku" ucap Nathan.
"Iya. Sekarang lepaskan tanganku!" kata Kenes.
Nathan melepaskan tangannya Kenes lalu Kenes melangkah ke depan dan mulai mengabsen satu per satu muridnya.
Seorang wanita tersenyum menggoda ke Nathan dan berniat duduk di sebelahnya Nathan. Nathan menoleh dan langsung membentak wanita tersebut, "siapa yang mengijinkanmu duduk di sini, hah?!"
Wanita tersebut terlonjak kaget, secara spontan berdiri dan menghadap ke Nathan dengan bingung, "kenapa nggak boleh duduk di sini? kosong kan kursinya?"
"Enak aja kosong. Kursi ini aku siapkan khusus untuk istri tercintaku, bukan untuk wanita sembarangan, cih" sahut Nathan dengan wajah kaku dan datar.
"Terus kalau bangku ini untuk istri anda, mana istri anda?"
"Tuh yang lagi ngabsen tuh istriku" ucap Nathan dengan wajah kakunya sambil menunjuk kenes.
Wanita itu mengikuti arah telunjuknya Nathan dan seketika melotot lalu dengan segera menatap Nathan, "Bu Kenes istri anda?"
"Hmm" Nathan kemudian melipat tangannya.
"Oh! maafkan saya, emm, saya akan cari tempat duduk yang lain saja, maaf"
Arga menoleh ke papanya dan berkata, "Pa, kata Ibu kalau sama orang lain harus sopan dan nggak boleh galak"
"Hmm" sahut Nathan.
"Ngerti kan?" tanya Arga.
"Hmm"
Arga kemudian menghela napas dan berkata, "memang susah ngobrol sama orang tua"
Dan Geeeerrrr.......orang tua murid yang duduk di dekatnya Arga dan Nathan, semuanya langsung melepas tawa renyah mereka mendengar celotehan polosnya Arga dan Nathan langsung merasa kikuk, dia terpaksa mengulas senyum ke semuanya untuk menutupi rasa malu-nya. Dan dengan segera dia mengambil ponselnya dan menatap ponselnya itu untuk menutupi rasa canggungnya.
Kenes kemudian duduk di sebelahnya Nathan setelah selesai mengabsen lalu kereta kelinci itu pun mulai berjalan menuju ke museum yang letaknya tidak jauh dari sekolahannya Arga.
Arga terlihat begitu menikmati perjalanan tersebut dan berbanding terbalik dengan Nathan. Nathan mulai merasakan keanehan di perutnya, dan pundaknya pun mulai terasa pegal dan kepalanya pun terasa pening. Keringat dingin mulai keluar namun, dia tidak mau memberitahukan ke Kenes apa yang dia rasakan. Dia tidak ingin Kenes kerepotan mengurusnya dan dia juga nggak mau malu untuk yang kedua kalinya kalau sampai Arga berucap papa kok manja banget sih sama mama, dia bisa merasa malu sampai tujuh turunan nanti.
Nathan diam saja saat Kenes dan Arga melihat ke arah jalan dengan bersendau gurau. Di dalam hati sebenarnya Nathan merasa kesal karena, Kenes selalu menatap jalan raya dan bersendau gurau dengan Arga. Namun, untuk melempar protes, Nathan tidak berdaya, tubuhnya terasa lemas.
Ahhhhh sial! sepertinya aku masuk angin karena, baru kali ini aku naik kereta terbuka seperti ini. Kalau sampai aku lemas tak berdaya dan nggak bisa turun, terus gimana dong? aahhh sial! dasar angin sialan! sesuka hati dan tanpa permisi masuk begitu aja ke tubuhku. Umpat Nathan di dalam hatinya.
Kenes kemudian memangku Arga yang mulai terlalu bersemangat menjulurkan kepalanya ke arah jalan raya, "sayang, jangan menjulurkan tangan dan kepala kamu ke jalan! berbahaya"
Arga tertawa riang lalu dia mencium pipi ibunya sambil berkata, "baik Bu" lalu Arga menoleh ke papanya, "Pa, papa kenapa? kok diam saja?"
Kenes segera menoleh ke suaminya dan bertanya, "Mas, kamu pucat lho, kamu nggak apa-apa?"
Nathan menggelengkan kepalanya dengan lemah sambil mencoba untuk tersenyum.
Kenes kemudian memegang tangannya Nathan, "tangan Mas dingin banget. Mas beneran nggak apa-apa?"
Nathan berkata lemas, "sebenarnya ada apa-apa sih. Kepalaku pusing banget nih dan perutku terasa aneh"
"Sayang, kamu duduk di kursinya papa ya! biar aman kamu, nggak duduk di pinggir dekat jalan lagi" ucap Kenes ke Arga sambil berpindah tempat duduk.
Arga merosot turun dari pangkuannya Kenes dan bertukar tempat duduk dengan papanya.
"Mas pasti masuk angin nih. Sebentar ya" Kenes segera mengambil minyak aromaterapi dan dia oleskan di lehernya Nathan sambil dia pijit-pijit kepalanya Nathan. Nathan menaruh kepalanya yang terasa pening di atas pundaknya Kenes dan Kenes terus memijit-mijit kepalanya Nathan.
Lalu Nathan berkata, "perutku juga begah nih rasanya aneh"
Kenes kemudian berkata, "buka kaos Mas!"
Nathan berbisik ke Kenes, "kalau mau minta jatah jangan di sini dong"
"Siapa yang minta jatah?" Kenes bergumam lirih dengan kesal ke Nathan.
"Kamu minta aku buka kaos, itu apa namanya kalau nggak minta jatah?" bisik Nathan dengan polosnya.
"Dasar gila! aku mau oleskan minyak ini ke perut kamu. Dasar otak mesum" bisik Kenes dengan kesal ke Nathan.
"Oh seperti itu, hehehehe" sahut Nathan sambil membuka kaosnya lebar-lebar.
Kenes menurunkan kaosnya Nathan lalu melotot ke Nathan, "jangan terlalu ke atas buka kaosnya! mau pamer badan kamu yang bagus itu ke ibu-ibu di sini?"
"Kamu cemburu ya?" sahut Nathan dengan seringai khas-nya.
"Bukannya cemburu tapi kamu mau ditempeli ibu-ibu yang ada di sini kayak ibu yang tadi, yang mau duduk di sebelahmu, mau?"
Nathan segera menutup kembali kaosnya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu Arga yang berinisiatif membantu papanya membuka kaos sampai sebatas perut dan berucap, "papa tuh manja, buka kaos aja nggak bisa"
Nathan tersenyum lebar ke Arga lalu berkata, "jangan keras-keras bilang manja-nya"
Arga dan Kenes tersenyum geli lalu Kenes segera mengoleskan minyak aromaterapi di perutnya Nathan setelah itu Arga menutup kembali kaos papanya dan dia pun kembali duduk di bangkunya.
Kenes kemudian mengelus-elus perutnya Nathan dan Nathan tersenyum bahagia penuh cinta merasakan tangan hangat istrinya mengelus lembut perutnya. Kenes menoleh ke Nathan dan dia segera bertanya saat melihat senyuman mulai nampak di wajah tampan suaminya, "udah mendingan?"
"Udah terima kasih ya Kenken, emm, tapi jangan hentikan elusannya! aku takut begah lagi entar kalau nggak kamu elus-elus"
"Kalau Ibu capek, biar Arga yang lanjutin ngelusnya"
"Terima kasih, sayangku" sahut Kenes dengan senang hati.
Nathan segera menoleh ke Arga dan menggelengkan kepalanya ke Arga sebagai kode untuk Arga supaya Arga tidak menggantikan Kenes mengelus perutnya namun, Arga tidak memahami maksud gelengan kepala papanya. Kenes pun segera mengangkat tangannya dan digantikan dengan tangan mungilnya Arga yang kemudian mengelus perutnya Nathan.
Nathan hanya bisa mendesah kecewa dan kembali mendaratkan kepalanya di pundak istrinya.
Mampir juga dong di novel aku
"Pernikahan impian"
Makasih
salam dari Sekretaris Pilihan Milik Ceo Tampan
ditunggu feedbacknya 👋
salam dari Sekretaris Pilihan Milik Ceo Tampan
Sehat, bahagia & semakin sukses ya 🥰
Semangaaaatt ⭐❤️❤️❤️❤️❤️⭐
Sehat, bahagia & sukses selalu ya 🥰
Semangaaaatt ⭐❤️⭐❤️⭐❤️⭐