Nissa adalah istri yang mengalami penderitaan pada pernikahan nya. Setelah menikah karena perjodohan itu, banyak sekali rintangan dalam pernikahan nya. Suami nya yang kejam, dingin dan selalu menyakiti hati nya. Kehadiran mantan pacar suami nya lah yang membuat pernikahan itu tak mampu ia jalani lagi. Nissa yang selalu diabaikan oleh sang suami, Bagaimana kah ia bisa bahagia?
.
.
.
Penasaran? Silahkan baca novel ini.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Azizah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25 - ANGKAT LAH !!
Malam ini Andhika memutuskan akan tidur sebentar sampai William tertidur. Apapun yang terjadi ia harus melihat William baik - baik saja sekarang lalu kembali ke rumah.
"Daddy tolong bacakan cerita Anpanman dong" pinta William.
"Anpanman? Will Daddy tidak tahu Anpanman, maaf ya " Andhika kebingungan dengan permintaan William.
"Kalau begitu bisakah kita tidur sambil menonton Shinbi Hos?"
"Shinbi Hos? apa itu?"
"Itu loh Daddy Shinbi yang ada bola makhluk nya" cerita William.
"Dika, maksud nya Shinbi House, akhir - akhir ini lagi trend buat ditonton anak - anak" Jelas Ros.
"Baiklah tapi janji harus tidur setelah filmnya habis ya?" ucap Andhika.
"Siap Sir" jawab William.
"Mommy juga baringlah bersama ku dan Daddy" ucap William.
"Tidak ah sayang, mommy akan tidur di kamar sebelah, mommy tidak suka nonton Shinbi House" jelas Ros.
"Mommy tidak sayang Daddy dan Will ya?" air mata Will mulai menetes.
Andhika dan Ros mulai kelabakan.
"Bukan begitu sayang Mommy mungkin hanya lelah" bujuk Andhika.
"Mommy" Panggil William dengan lembut.
"Baiklah tapi hanya malam ini saja William, jangan menguji kesabaran Mommy" ucapnya dengan Tegas, sesuai dengan watak Ros sendiri yang terkenal angkuh.
"Baik my Lady" jawab William.
"Jangan melewati batas" ucap Andhika berbisik kepada Ros.
Andhika pun baru ingat ia harus mengabari Nissa dan mencari alasan baru untuk Nissa. Andhika pun mengambil handphone nya.
"Will Daddy mau telfon Paman Lucas di kantor dulu ya, supaya paman di kantor tidak mencari Daddy"
"Baik Daddy segera kembali ya"
Andhika pun keluar untuk menelfon Nissa. Panggilan telfon masuk namun tak kunjung diangkat. Andhika mulai kesal lantaran sudah telfon yang kedua puluh lima kali nya tak kunjung diangkat. Bahkan ia mengirim chat juga tidak dibaca. Namun notifikasi dari chat menandakan telah terkirim.
"Nissa angkatlah!" ucap nya kesal.
Apa Nissa marah karena tadi pagi aku langsung pergi ya?
Andhika pun kemudian menelfon ke Telfon Rumah. Salah satu pelayan menjawab nya, Pelayan yang menjawab telfon adalah pelayan baru dan ia tidak mengurus keperluan Nissa hanya membantu bersih - bersih di ruang tamu.
"Halo, Disini kediaman......" Belum selesai bicara ucapan pelayan itu dipotong dengan Andhika.
"Dimana Nissa?"
"Maaf Anda siapa ?" Tanya pelayan itu.
"Ini majikan Rumahmu, mulai sekarang ingat suara majikan mu atau akan ku kurangi gaji mu" teriak Andhika.
"Kemana Nissa?" tanya Andhika sekali lagi.
"Berikan telfon ini padanya, aku ingin berbicara padanya"
"Maaf tuan, Nyonya tidak di rumah sekarang" jawab pelayan itu.
"Apa!? Jam segini masih di luar?!! Sejak kapan dia pergi?"
"Sejak pagi Tuan, Nyonya pergi ke....." Belum sempat ia melanjutkan ceritanya Andhika telah memutuskan telfon itu.
"Aneh banget sih tuan nih!? Istri lagi sakit malah nggak tahu, udah gitu nggak mau dengerin orang sampai selesai bicara" cemooh pelayan itu.
Hebat banget! Nissa hebat banget kamu sekarang! Mau memberontak ya? Ini sudah jam sepuluh malam dan kau masih berkeliaran ke luar rumah? Kau itu wanita! dan wanita yang sudah menikah! Bisa - bisanya pergi sampai malam. Dengan siapa dia pergi malam ini? Bahkan dari pagi...
Andhika tidak berhenti - henti ngomel di dalam hatinya. Bahkan ketika berada di samping William fikirkan Andhika sibuk dengan dirinya. Ia baru sadar bahwa selama ini Andhika tidak tahu apapun tentang Nissa kebiasaan nya, kesukaan nya, hobi nya bahkan teman nya, ia bahkan tidak kenal satu pun teman Nissa.
Mba Fatma yang teman nya Nissa aja sering di ceritakan Nissa tapi Andhika tidak punya nomor telefon nya. Tapi jika semalam ini Nissa nggak mungkin pergi ke rumah mba Fatma karena mba Fatma punya anak dan suami, nggak mungkin Nissa mau mengganggu mereka jam segini.
02:00 subuh.
Andhika tertidur sambil memeluk William. Akhirnya Andhika melihat hape nya kembali tidak ada satu pun telfon masuk atau chat dari Nissa.
Karena terburu - buru Nissa dan Bentley benar - benar lupa bahwa mereka harus membawa handphone.
Dokter Harry memasuki ruangan Nissa untuk mengecek kondisi Nissa karena sekarang adalah waktu Dokter Harry melakukan shift nya. Harry mengecek suhu tubuh Nissa, bahkan infus nya juga. Harry terus memandangi Nissa yang masih tertidur lelap. Nissa bukan saja memiliki maag yang akut tapi ia juga memiliki gejala - gejala susah tidur dan stress yang cukup berat. Jika bukan obat yang ia berikan hari ini mungkin malam ini Nissa tidak akan istirahat lagi.
Nissa, orang seperti apakah suami mu itu? Mengapa ia membiarkan dirimu mengalami semua hal ini?
Apakah selama ini pernikahan yang selalu kau impikan tidak pernah kau dapat kan dari suamimu?
Bagaimana bisa kau memberikan hidupmu untuk lelaki yang bahkan tidak tahu bahwa istri nya sedang sakit saat ini,bahkan ia tidak datang kesini.
Dulu kau selalu bercerita tentang arti pernikahan bagimu kepadaku, ku kira setelah selesai kuliah mungkin belum terlambat bagiku untuk menemui mu,di usaha ku saat mencari keberadaan mu,aku bertemu denganmu dalam keadaan kau telah menjadi milik orang lain dan bahkan kau dimiliki oleh orang yang tidak membuat mu bahagia,mana bisa aku menerima nya.
Harry dan Nissa adalah teman dekat saat SMA dulu. Mereka mengikuti klub Sains bersama bahkan mereka juga menjadi anggota OSIS bersama, kelas mereka juga sama. Harry adalah anak dari direktur Rumah Sakit Marvel. Sehingga ia harus masuk kedokteran untuk mengambil alih rumah sakit keluarga. Harry sudah lama menyukai Nissa,namun Nissa seperti nya tidak pernah merespon Harry karena tidak tahu bahwa Harry memiliki perasaan sebesar itu padanya.
Harry ingin datang dengan pantas di depan Nissa jika ia sudah menjadi dokter. Namun kenyataannya selalu pahit,saat ia berhasil jadi dokter ia semakin sibuk dan tahu - tahu wanita pujaan nya telah bersama orang lain. Nissa satu - satu nya wanita yang membuat ia merasa Hidup sebagai anak orang kaya itu tidak buruk juga. Karena Nissa selalu melihat dirinya apa ada nya tanpa melihat status orang tersebut.
06:00 Pagi
Andhika sampai di rumah lebih cepat dari perkiraan. Ia mencari Nissa namun lagi - lagi pelayan mengatakan Nyonya mereka belum pulang sejak kemarin. Andhika hanya mendengar kata belum pulang tanpa mendengar kan kata selanjutnya. Andhika pun menunggu di kamar, menunggu kepulangan Nissa. Hingga akhirnya mobil milik Andhika yang ia siapkan untuk Nissa membunyikan bunyinya. Andhika segera keluar dan menunggu di tangga sambil membawa koper Nissa. Koper kosong yang Nissa letak kan di sebelah lemari baju milik mereka.
"Nyonya, akhirnya Nyonya kembali" ucap para pelayan yang mulai ketakutan sejak kepulangan Andhika.
Para pelayan juga khawatir melihat Nissa yang harus dibawa ke Rumah Sakit.
"Maaf membuat kalian khawatir"
Braakk.... Sebuah koper dijatuhkan dari tangga dan berguling tepat di hadapan Nissa. Koper miliknya terlempar di hadapan nya. Yang bisa Nissa lihat ujung koper nya hancur dan pecahan nya ikut mengguling dari tangga.
"Baru pulang?" Tanya Andhika dingin.
"Tentu saja, aku..."
"Tidak usah pulang sama sekali jika kau hanya pandai keluyuran saat suami mu tidak ada" Teriak Andhika.
"Apa maksudmu?"
"Kau wanita tidak tahu diri! Berani sekali kau mengabaikan ku! Kau itu ku nikahi karena ku beli! asal kan kau tahu aku bisa melenyapkan perusahaan orang tua mu saat ini juga!"
Kata - kata itu muncul sendiri di mulut Andhika. Perkataan itu di saksikan oleh semua pelayan di rumah itu. Nissa hanya terdiam mendengarnya dan berjalan mendekati Andhika. Nissa memandang Andhika dengan tatapan kesal.
"Aku puas dengan bermain keluar semalaman dari pada berada di rumah dan menunggu sampah seperti dirimu"
Setelah mengatakan hal itu Nissa masuk kembali ke kamarnya. Efek obat masih ia rasakan di tubuh nya sehingga Nissa memilih untuk tidur di kamar.
"Tuan kenapa anda mengatakan hal kejam seperti itu pada nyonya?" tanya Bentley.
"Bentley jangan membela wanita itu! Aku tau kau juga menemani nya, Diam! sebelum ku potong gaji mu!"
"Silahkan potong gaji saya tuan!! tapi anda harus tahu, saat Anda pergi nyonya mengalami rasa sakit yang parah, Dan saya membawa nyonya ke rumah sakit dan sejak kemarin nyonya harus dirawat di rumah sakit semalaman, apakah anda tidak bisa melihat wajah nyonya ang pucat? harus nya nyonya di rawat semalam lagi tapi nyonya menolak karena takut tuan khawatir! saat nyonya pulang kenapa harus disambut seperti ini?"
Semua pelayan yang lain menatap Andhika dengan tatapan setuju akan ucapan Bentley. Andhika sadar bahwa ia tak memperhatikan wajah Nissa yang pucat dan tubuh nya yang terlihat berjalan dengan lemah. Hati Andhika seketika sakit mendengar hal itu.
"Apa?! Nissa sakit dan dirawat di rumah sakit? Tidak ada yang memberi tahukan padaku?"
"Semuanya tahu tuan, bahkan saat tuan menelfon kemarin malam saya mau mengatakan itu tapi tuan segera menutup telfon nya, dan Kepala pelayan dan Nyonya tidak membawa Handphone Karena buru - buru ke rumah sakit" jawab pelayan itu.
"Bentley kalau boleh tau, sakit apa kah Nissa?" Tanya Andhika khawatir.
"Nanti saja tuan, saya sekarang sangat kesal pada tuan Karena baru kali ini perilaku tuan memancing emosi saya, saya akan bicara ketika amarah saya reda! Saya juga capek dan butuh istirahat! tolong jangan bangunkan nyonya, obat nya masih bekerja dan ia harus banyak istirahat"
Bentley sudah tidak perduli jika harus di cap kurang ajar. Ia kasihan pada nyonya rumah ini dan juga sekarang Bentley benar - benar lelah. Setelan mengatakan hal itu Bentley pun pergi dan meninggalkan Andhika sendirian terduduk di tangga tersebut.
Nissa sakit? Sakit apa dia? Ya Tuhan apa yang kulakukan? Padahal harus nya aku melihat wajahnya yang pucat saat dia masuk ke rumah. Nissa maafkan aku.
-Bersambung-
"Jangan pernah menyimpulkan sesuatu dengan perasaan kita karena kesimpulan yang kita buat bisa membuat kekeliruan baru"