Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 32
"... Apa Daddynya Allo sunduh tida menyutai Allo dan Mommy?"
Jeeeng
Semua yang ada di meja makan pagi itu sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Arlo. Terlebih Gryas, selama ini Arlo masih bisa diberi pengertian. Pembicaraan mereka terkahir tentang 'ayah' di taman waktu itu pun Arlo juga masih bisa memahaminya. Tapi entah mengapa sekarang mendadak Arlo bertanya demikian.
"Sayang, Daddy nya Arlo tidak tahu kalau Mommy memiliki Arlo. Dan juga Mommy tidak tahu dimana Daddy nya Arlo sekarang berada. Lagi pula di sini ada Opa, Oma, ada Om dan Tante dan juga kakak-kakak. Arlo banyak temannya di sini, jadi apa yang membuat Arlo begitu resah."
Arlo terdiam, apa yang dikatakan oleh ibunya itu tentu benar adanya. Di sini lebih menyenangkan ketimbang saat mereka di Nijmegen. Banyak orang dan suasananya juga lebih ramai. Sang ibu juga tidak bekerja jadi bisa selalu ada di sisinya.
Namun Arlo ternyata merasa ingin seperti ketiga kakaknya yang memiliki ayah dan ibu. Dia ingin seperti mereka juga yang disayang oleh sosok yang bernama ayah.
"Sayang?"
"Iya Mommy, benal di sini lebih menyenantan. Hanya saja, Allo penen tahu siapa daddy nya Allo."
Gryas menghela nafasnya panjang, dia tidak pernah menyangka bahwa masa ini akan datang juga.
Arlo, putranya ini memang cerdas. tampilan keluarga yang lengkap dari kakak dan kakak iparnya serta ayah dan ibunya memancing anak itu untuk berpikir lebih kritis lagi.
"Sayang, kalau Arlo lebih besar sedikit dan juga berjanji akan selalu sehat, Mommy akan ceritakan tentang siapa daddy nya Arlo."
"Apa benal beditu? Mommy mau celita siapa daddy nya Allo? Bait Allo janji atan selalu sehat, Mommy janji ya atan celita sama Allo."
Gryas mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan. Ya dia mau tidak mau harus mengatakan itu kepada Arlo.
Melihat putranya sangat bersemangat membuat Gryas menurunkan ego dirinya. Bagaimanapun Arlo memang harus tahu tentang Aiden.
Setelah makan pagi, Arlo meminum obatnya dan kembali beristirahat. Efek obat itu tetap membuat Arlo kembali terlelap.
Gryas keluar dari kamar Arlo secara perlahan. Ia memijit lehernya yang terasa sangat kaku itu sambil membuang nafasnya kasar.
Haaah
"Sayang, Gryas."
"Ah Mommy."
Rupanya sedari tadi Ayesha sudah menunggui putrinya itu di depan kamar. Tatapan iba dan sedih terlihat dari mata Ayesha.
Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya seperti ini. Meski apa yanh dilakukan anaknya adalah sebuah kesalahan, namun tetap saja Ayesha merasa kasihan terhadap putrinya.
Sebagai ibu, dia ingin putra putri nya hidup dalam kebahagiaan dengan keluarga yang lengkap. Layaknya Gael yang mendapatkan istri baru yang lebih baik, Ayesha pun ingin Gryas bisa memiliki suami yang baik juga.
"Apa kamu tidak berpikir untuk menikah?"
Dengan cepat, bahkan tanpa berpikir lebih dulu, Gryas langsung menggelengkan kepalanya. Dia sungguh tidak terbersit ingin melakukan itu.
"Tapi jika pria itu datang dan memintamu, juga meminta Arlo, bagaimana?"
Pertanyaan kedua dari Ayesha ini membuat Gryas diam. Dia tidak mengiyakan tapi juga tidak menolak. Ayesha sebagai ibu langsung mengerti apa yang ada di pikiran putrinya tersebut.
"Istirahatlah sayang, berbaringlah di sisi Arlo. Dia pasti senang ketika bangun nanti jika melihat kamu."
Tanpa ba bi bu, Gryas masuk kembali ke dalam kamar. Sedangkan Ayesha, dia berjalan dengan cepat untuk menemui sang suami.
Drap drap drap
"Mas, apa perlu kita menyeret pria itu ke hadapan Gryas."
Fyuuuuh
"Ada apa?"
"Mas, Gryas. Dia pasti masih cinta sama pria itu. Aku tahu anakku, Mas. Dia adalah orang yang sulit untuk mencintai seseorang. Tapi sekalinya cinta, dia juga sulit melupakan."
Dengan lembut, Ryder menarik tangan istrinya dan membawanya duduk. Saat ini Ryder paham betul bahwa Ayesha tengah merasa kesal dan panik akan Grays. Tapi meskipun begitu bukan berarti harus langsung membawa pria itu kemari. Hal tersebut tentu menguntungkan pihak sana.
"Jangan terburu-buri, sayang. Tanpa harus di seret kemari dia akan datang kok. Hanya saja, biarkan dia berjuang. Meski Gryas sungguh masih mencintai pria itu, tapi aku yakin dia tidak akan menerimanya dengan mudah. Mengingat apa yang sudah dialaminya sekarang ini. Luka yang tertoreh, haruslah disembuhkan lebih dulu. Kita lihat saja, dan jangan ikut campur, oke."
Huuuft
Ayesha menghela nafasnya panjang. Apa yang dikatakan suaminya itu benar adanya. Ini adalah urusan anak-anak. Mereka sudah dewasa dan sudah bisa mengambil sikap atas permasalahan yang ada.
"Ya baiklah kalau begitu."
"Dan ingat sayang, jangan mudah memberi hati kepada pria itu kalau dia benar datang. Dia juga harus berjuang untuk bisa merengkuh Gryas dan Arlo."
"Aku mengerti. Fyuuh."
Ayesha sungguh hanya ingin menghabiskan masa tua nya dengan tenang. Tapi itu bukan berarti dia memaksakan sekitarnya untuk baik-baik saja. Setiap manusia pasti memiliki permasalahan yang mana tingkat penyelesaiannya ada yang mudah ada yang sulit, ada yang cepat dan ada yang lama. Semua membutuhkan prosesnya.
Termasuk apa yang sekarang dialami oleh Gryas. Ayah, ibu dan kakaknya sangat tahu siapa Gryas. Dari sorot mata dan gesture pun mereka paham betul jika Gryas sangat menaruh cinta terhadap Aiden.
Tapi, mereka yakin Gryas tak akan mudah menerima pria itu jika pria itu datang. Akan ada waktu dalam proses penerimaannya.
"Jika dia datang, apa yang harus aku lakukan? Tapi kayaknya tidak mungkin deh dia datang. Orang dia denial parah kok. Haah terserah lah. Terserah dia, aku besok hanya perlu memberitahu Arlo, bahwa nama ayahnya Aiden. Itu sudah masuk dalam kategori memberitahu informasi bukan?"
Di dalam kamar, Gryas yang duduk di sisi Arlo tidur ternyata tidak terlalu memikirkan Aiden. Memang benar rasa cintanya itu terhadap pria tersebut masih besar. Hanya saja untuk kembali bersama Aiden lalu hidup bersama, Gryas sama sekali belum memikirkannya.
Jadi sebenarnya, Ayesha tidak perlu meresahkan hal tersebut. Gryas saat ini sungguh hanya ingin fokus dengan Arlo. Dia ingin menghabiskan banyak waktu dan mengganti waktu yang hilang bersama putranya tersebut.
"Mommy harap kamu tidak lagi merasa sakit, sayang. Kamu harta Mommy yang sangat berharga. Jadi tolong untuk selalu sehat ya? Ayahmu, ya Mommy akan menceritakannya. Bagaimana pun kamu juga memiliki hak untuk tahu tentang dia."
TBC
keturunan india belom ada nongol lagi nih kak, boleh lah di ceritain.
tapi dia Kehilangan arah nggak ada yang nasehatin hidup semau dia sendiri untung nggak terjerumus ke hal yang negatif
semoga langgeng ya.....