NovelToon NovelToon
PORTAL AJAIB DI MESIN CUCIKU

PORTAL AJAIB DI MESIN CUCIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Ruang Ajaib / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama / Time Travel
Popularitas:448
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

#ruang ajaib

Cinta antara dunia tidak terpisahkan.

Ketika Xiao Kim tersedot melalui mesin cucinya ke era Dinasti kuno, ia bertemu dengan Jenderal Xian yang terluka, 'Dewa Perang' yang kejam.

Dengan berbekal sebotol antibiotik dan cermin yang menunjukkan masa depan, yang tidak sengaja dia bawa ditangannya saat itu, gadis laundry ini menjadi mata rahasia sang jenderal.

Namun, intrik di istana jauh lebih mematikan daripada medan perang. Mampukah seorang gadis dari masa depan melawan ambisi permaisuri dan bangsawan untuk mengamankan kekasihnya dan seluruh kekaisaran, sebelum Mesin Cuci Ajaib itu menariknya kembali untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25: XIAN MELINDUNGI, KAISAR MENCURIGAI

Setelah perjumpaan di gua rahasia, Xian mengirim Kim dan Letnan He kembali ke paviliun cuci dengan prajurit terpercaya. Sendiri, dia langsung berjalan menuju kediaman tabib kerajaan yang terpercaya—Tabib Chen—yang tinggal di bagian utara istana, jauh dari keramaian harem. Langkahnya cepat dan tegas, tangan dia tetap memegang tas yang berisi kantong racun, hatinya penuh kekhawatiran dan tekad.

Kediaman Tabib Chen adalah rumah sederhana tetapi bersih, dihiasi dengan tanaman obat yang beragam. Tabib Chen, seorang pria berusia lanjut dengan jenggot putih dan mata yang cerdas, segera membukakan pintu ketika mendengar bunyi genta. Dia mengenali Xian sebagai Dewa Perang yang dihormati, dan wajahnya menjadi serius ketika melihat ekspresi di wajah pemuda itu.

“Tuan Xian, apa yang membawamu ke sini pada jam begini?” tanya Tabib Chen, mengundangnya masuk.

“Sayangnya, ini tentang urusan yang sangat serius, Tabib Chen,” jawab Xian, memasukkan ruang kerja yang dipenuhi dengan botol-botol obat dan alat uji. “Aku membutuhkanmu untuk memverifikasi keberacunannya ini.”

Dia membuka tas dan memberikan dua kantong beludru kepada Tabib Chen. Tabib Chen mengambilnya dengan hati-hati, memeriksanya dengan mata teliti sebelum mengambil sedikit bubuk untuk diuji. Dia menggunakan alat uji tradisional—gelas kaca, air murni, dan serbuk tanaman obat yang khusus—dan bekerja dengan kecepatan dan keahlian yang lama dia miliki.

Setelah beberapa menit, wajahnya memerah dengan kemarahan. “Tuan Xian, ini adalah racun yang paling berbahaya yang pernah aku lihat,” katanya dengan suara yang pelan tapi tegas. “Yang pertama adalah campuran hormon jahat yang merusak sistem reproduksi—bisa membuat seorang wanita tidak bisa hamil selama hidupnya. Yang kedua adalah campuran herbal langka yang menyebabkan alergi fatal—seperti yang kamu katakan, bisa membunuh dalam beberapa jam.”

Xian menghela nafas panjang, konfirmasi yang dia takuti. “Bisakah kamu membuat laporan resmi tentang ini, Tabib Chen?” tanya dia. “Kita butuh bukti yang sah untuk menuduh pelaku.”

“Tentu saja, Tuan Xian,” jawab Tabib Chen. “Aku akan menyelesaikannya sebelum matahari terbit besok. Tetapi ingat—orang yang berani menggunakan racun semacam ini pasti memiliki kekuasaan di istana. Kamu harus berhati-hati.”

Xian mengangguk, mengucapkan terima kasih sebelum keluar dari kediaman Tabib Chen. Di jalan pulang, dia mulai merencanakan langkah selanjutnya. Kim dan Selir Yen masih dalam bahaya, terutama setelah pelayan Mei memberitahu tentang kekalahan Bibi Wu dan hilangnya racun. Untuk melindungi mereka, dia perlu memasang mata-mata yang terpercaya di paviliun cuci dan di sekitar kamar Selir Yen.

Pada pagi hari berikutnya, Xian menyuruh Letnan He memilih lima prajurit terpercaya untuk bekerja sebagai pelayan dan penjaga di paviliun cuci. Mereka akan menyamar sebagai orang yang bertugas mencuci dan membersihkan, tetapi sebenarnya memantau setiap gerakan orang di sana—terutama pelayan yang bekerja untuk Selir Mei. Selain itu, dia juga memasang dua mata-mata di koridor yang menghubungkan paviliun harem dengan kamar Selir Yen, untuk memastikan tidak ada yang bisa mendekatinya tanpa terdeteksi.

Hari demi hari, Xian menghabiskan sebagian waktunya memeriksa laporan dari mata-matanya. Dia seringkali datang ke paviliun cuci dengan alasan memeriksa keamanan, memberikan perhatian khusus kepada Kim dan kondisi pakaian yang dicuci. Kedekatannya dengan Kim dan urusan harem Pangeran Mahkota tidak luput dari pandangan orang lain di istana—terutama Kaisar Zhao, ayah Pangeran Mahkota Hao dan Permaisuri Hwang.

Beberapa hari setelah memasang mata-mata, Xian menerima pesan dari Kaisar: dia diminta untuk hadir di ruang rapat kerajaan segera. Hatinya berdebar kencang—dia menyadari bahwa kecurigaan Kaisar telah terbangkit. Dia menyusun pikiran, mempersiapkan alasan yang masuk akal untuk mencampuri urusan istana dalam.

Ruang rapat kerajaan adalah bangunan megah dengan atap bertajuk emas dan dinding yang dipahat dengan kisah perang masa lalu. Kaisar Zhao berdiri di depan takhta yang terbuat dari kayu cendana, wajahnya tua tapi penuh kekuasaan. Di sisinya berdiri Permaisuri Hwang, yang melihat Xian dengan mata yang dingin dan penuh dendam. Xian menyadari bahwa dia adalah orang yang memberitahu Kaisar tentang kedekatannya dengan harem.

“Tuan Xian,” kata Kaisar Zhao dengan suara yang tegas, “aku mendengar bahwa kamu seringkali datang ke paviliun cuci dan menghubungi orang di harem Pangeran Mahkota. Mengapa kamu mencampuri urusan istana dalam yang seharusnya menjadi tanggung jawab permaisuri dan pelayan kepala?”

Xian melengkungkan badannya dengan sopan, wajahnya tetap tenang. “Maaf, Yang Mulia Kaisar,” jawab dia dengan kata-kata yang dipikirkan dengan cermat. “Aku tidak bermaksud mencampuri urusan istana dalam. Sebenarnya, ini adalah bagian dari tugasku memburu mata-mata yang diduga masuk ke istana.”

Kaisar Zhao mengangkat alisnya, tertarik. “Mata-mata? Dari mana?”

“Kita mendapatkan informasi bahwa musuh luar negeri telah mengirim mata-mata untuk merusak keamanan istana dan membahayakan keluarga kerajaan,” jawab Xian, membuat cerita yang masuk akal. “Beberapa dari mereka diduga menyamar sebagai pelayan di harem, karena itu adalah tempat yang sulit dipantau. Aku memasang mata-mataku di paviliun cuci untuk memantau aktivitas mereka dan mencegah kejahatan.”

Permaisuri Hwang menggeram, ingin membantah, tetapi Kaisar Zhao mengangkat tangan untuk menghentikannya. Dia memandang Xian dengan mata yang memeriksa, mencoba membaca kebenaran di wajah pemuda itu. Xian telah berjuang dengan baik untuk dinasti, dan dia memiliki reputasi yang baik sebagai jenderal yang jujur dan setia.

“Apakah kamu punya bukti tentang keberadaan mata-mata itu?” tanya Kaisar Zhao.

“Belum, Yang Mulia,” jawab Xian. “Tetapi kita sedang mengumpulkan informasi. Aku yakin kita akan menemukan bukti segera.”

Kaisar Zhao mengangguk, seolah puas dengan jawaban itu. “Baiklah, Tuan Xian. Tetapi ingat—urusian harem adalah hal yang sensitif. Jangan melampaui batas tugasmu, atau aku akan terpaksa mengambil tindakan.”

“Terima kasih, Yang Mulia Kaisar,” jawab Xian dengan sopan. “Aku akan patuhi perintahmu.”

Setelah keluar dari ruang rapat kerajaan, Xian menghela nafas panjang. Dia telah berhasil melewati bahaya pertama, tetapi dia tahu bahwa Permaisuri Hwang tidak akan berhenti. Dia akan terus mengawasinya dan mencari kesempatan untuk membahayakan Kim dan Selir Yen. Xian merasa tekanan yang semakin berat—dia harus mempertaruhkan reputasinya sebagai jenderal yang terhormati untuk melindungi orang yang dicintainya, dan permainan politik ini semakin sulit setiap hari.

Seiring berjalannya waktu, Xian semakin ahli dalam bermain permainan politik. Dia belajar bagaimana berbicara dengan kata-kata yang ambigu, bagaimana membaca ekspresi orang lain, dan bagaimana memanfaatkan situasi untuk keuntungannya. Dia tidak lagi hanya jenderal yang hebat di medan perang—dia menjadi pemain politik yang cerdas, yang siap melakukan apapun untuk melindungi Kim dan Dinasti Naga Langit.

Beberapa hari kemudian, setelah laporan Tabib Chen selesai, Xian mengirimnya ke Kim melalui Letnan He. Kim membaca laporan dengan hati-hati, merasa lega karena ada bukti resmi tentang keberacunannya. Dia menyimpan laporan di lemari tersembunyi, bersiap untuk saatnya menuduh Selir Mei dan Permaisuri Hwang ke Kaisar.

Kemudian, Kim kembali ke ruang cuci untuk melanjutkan pekerjaannya. Semua berjalan lancar—pakaian bangsawan dicuci dengan baik, dan prajurit yang menyamar sebagai pelayan terus memantau aktivitas di paviliun. Kim merasa sedikit lebih aman, meskipun dia tahu bahwa bahaya masih ada.

Saat dia selesai mencuci seikat pakaian sutra, dia mengambil cermin saku ajaibnya dari saku dan membukanya. Dia ingin memantau aktivitas Selir Mei dan Permaisuri Hwang, untuk melihat apakah mereka membuat rencana baru. Namun, yang dia lihat membuat detak jantungnya berdebar kencang.

Cermin menampilkan visual waktu nyata dari sudut istana yang jauh. Di sana, berdiri seorang wanita muda dengan wajah cantik tapi penuh dendam, mengenakan baju kerajaan berwarna ungu yang megah. Rambutnya terikat rapi dengan perhiasan emas, dan matanya mematuhi setiap gerakan Kim dengan perhatian yang tajam. Kim mengenali wanita itu: Putri Yong Lan, putri perdana menteri Yong yang merupakan musuh lama Xian. Ayahnya, perdana mentri Yong, telah mengendalikan Dinasti Naga Langit selama bertahun-tahun, dan Putri Yong Lan juga memiliki dendam pada Xian karena dia telah mengalahkan pasukannya di medan perang.

Kim melihat Putri Yong Lan menyampaikan pesan kepada seorang pelayan, yang segera berlari ke arah paviliun harem. Dia menyadari bahwa Putri Yong Lan telah mengetahui keberadaannya dan hubungan dia dengan Xian. Dia datang ke istana bukan hanya untuk mengunjungi, tapi untuk mencari kesempatan untuk membahayakan mereka.

Kim menyimpulkan cermin, hatinya penuh waspada. Bahaya yang dia hadapi sekarang semakin besar—selain Selir Mei dan Permaisuri Hwang, dia juga harus waspada terhadap Putri Yong Lan, yang memiliki kekuasaan dan pengaruh di luar istana. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian—dia membutuhkan bantuan Xian lebih dari sebelumnya.

Di sudut ruang cuci, prajurit yang menyamar sebagai pelayan memberi sinyal ke Kim, menunjukkan bahwa seseorang sedang mendekati. Kim segera kembali ke pekerjaannya, menyembunyikan ketakutannya di balik wajah yang tenang. Dia tahu bahwa perjuangan yang sebenarnya baru saja dimulai, dan dia harus siap menghadapi semua tantangan yang akan datang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!