Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Ini Poliandri?
".. Aaah. Ya, di situ. Hmmm... Enak banget."
"...."
"Lanjutin, Sayang! Jangan berhenti."
"...."
Di sofa apartemennya, Alia tengkurap sambil bergeliat. Sementara itu, tangan Arya bergerak-gerak di atas tubuhnya.
"Kamu jago banget, Sayang. Kita harus sering-sering melakukan hal seperti ini."
"...."
Arya merasa mentalnya sedang diuji. Dia yang duduk di sebelah tubuh Alia, merasa hawa apartemen itu kian panas meski Ac menyala.
"Pijitan kamu enak banget," desah Alia di tengah nafas yang terengah-engah.
Ya. Arya hanya sedang memijit Alia dengan normal. Tapi ujung-ujungnya malah jadi terasa tak normal karena reaksi Alia yang berlebihan.
"Kapan-kapan, giliran aku yang mijitin kamu," kata Alia.
Arya membayangkan kalau dirinya benar dapat pijatan dari Alia. Arya merasa situasi itu bisa malah lebih panas dari pada situasi saat ini.
Tapi, Arya tak mengatakan penolakan. Mungkin karena jauh di dalam hatinya, dia juga mengharapkan hal tersebut terjadi padanya.
Dan yang perlu diketahui, Arya sudah tinggal di apartemen Alia genap satu minggu. Sejak Lena menelpon Arya, beberapa hari sudah terlewati.
Arya tinggal di sana seperti sudah menjadi hal lumrah. Tanpa Alia ajak menginap, Arya pun tetap tak pulang ke rumahnya. Bahkan Arya sudah lebih terbiasa dengan empuknya ranjang Alia, serta lupa seperti apa rasanya ranjang dia yang dulu.
Dan tak lupa, karena sudah satu minggu terlewati, berarti waktu Alia menyewa Arya tinggal sekitar tiga mingguan lagi.
Arya jadi terus memikirkan hal yang sama berulang-ulang.
Apa sampai waktu aku bersama Tante Alia berakhir, kami tetap tidak akan melakukan apa-apa?
Sang gigolo merasa aneh karena wanita yang menyewa jasanya tidak kunjung 'menyentuh' dia.
"Hm?"
Alia yang sedang menikmati gerakan jemari mendadak Arya memasang ekspresi aneh.
"Ada apa, Tante?" Arya bingung.
Alia di sisi lain hanya geleng-geleng kepala kecewa. "Bukan apa-apa. Cuma, aku harus pergi menemui seseorang dulu."
"Menemui siapa?"
"Menemui kamu."
"???"
Arya mana paham kalau saat ini ada angin hangat yang menyelimuti tubuh Arya. Pertanda, kalau waktu Alia di dunia keempat sudah berakhir.
...****************...
Alia sekarang mendapati dirinya di dalam mobil, dan Arya sang CEO berada di sampingnya.
"Apa maksud kamu tadi?" Arya menatap Alia aneh.
"Apa?" Alia yang diberi pertanyaan bingung. Baru tiba di dunia kedua, dia tiba-tiba ditanyai seperti itu oleh Arya.
Arya ingin terus menatap Alia karena wanita di sampingnya itu bersikap aneh. Hanya saja, peringatan Alia tentang konsentrasi saat berkendara membuatnya harus tetap fokus ke jalan.
"Tadi sebelumnya kamu bilang kalau aku bakal bagus saat pake baju SMA. Kenapa kamu bicara seperti itu?"
Barulah Alia ingat kalau sebelum dia pergi dari dunia ini, memang itulah yang dia katakan. Maklum, Alia sudah menghabiskan waktu lebih dari seminggu dunia lain, dia jadi lupa apa yang terakhir dia bicarakan dengan Arya di dunia ini.
"Enggak. Aku cuma nyesel aja gak bisa satu sekolah sama kamu. Aku yakin pasti bakal seru menghabiskan masa remaja sama kamu." Alia berkelit.
Beruntung, Arya percaya.
"Aku pas zaman SMA cuma anak culun yang kebanyakan belajar. Aku yakin kamu gak akan tertarik padaku jika kita bertemu di zaman itu."
Alia jadi membayangkan Arya versi culun. Dia pun tertawa kecil. "Menurutku sih, kamu tetap bakal imut. Aku yakin aku bakal tetap jatuh hati sama kamu."
"...."
Arya juga jadi menerka-nerka, akan seperti apakah masa SMA-nya jika bersama Alia.
Pasti hidupku bakal lebih gila kalau ada Alia.
Tanpa sadar, Arya juga tertawa pelan.
"...."
Di tengah Arya melamun, Alia memandanginya. Arya di hadapan dia ini berbeda dengan Arya yang baru ia tinggalkan. Tapi, perasaannya pada kedua Arya tetaplah sama.
Kalau semua Arya yang ada di dunia paralel bisa aku dapatkan, apa itu bisa anggap poliandri atau tidak?
Pertanyaan aneh itu mulai melayang-layang di kepala Alia.
...----------------...
Mobil Arya sampai di depan apartemen Alia.
"Apa kamu gak mau mampir dulu, Mas?" tawar Alia sebelum keluar dari mobil.
"Enggak usah," tolak Arya.
"Kenapa gak mau? Apa kamu takut aku apa-apain?"
"...." Arya pun tak bisa menyanggahnya.
"Hmph! Kamu kira aku cewek apaan!? Aku gak akan sampai bertindak sejauh itu. Palingan, aku cuma bakal ajak kamu masuk ke kamar. Terus Ac-nya aku matiin, dan kita jadi harus buka baju karena gerah. Lalu setelah itu aku secara tak sengaja mendorong kamu, kemudian ... ya kita bisa melakukan beberapa aktivitas untuk membakar kalori."
"...."
Arya tak tahu apa Alia bercanda atau tidak. Tapi untuk jaga-jaga, mending dia langsung pulang aja.
Alia pun akhirnya turun dari mobil, namun tanpa rasa kecewa karena dari awal dia tahu Arya tak akan menerima ajakannya.
"Dadah, Sayang!"
Alia mengucap panggilan sayang karena terbiasa menggunakannya saat di dunia keempat.
Arya yang mau menginjak gas sampai terhenti karena panggilan tersebut. Dia lanjut menginjak gas dan memacu mobil setelah menatap Alia selama beberapa saat.
Di dalam mobil yang melaju, Arya memikirkan semua kejadian di hari ini. Pertemuan Alia dengan keluarganya, sampai bagaimana Alia bisa menaklukkan hati ibu dan neneknya adalah hal yang tak pernah ia sangka.
Arya harus mengakui bahwa Alia bukanlah wanita biasa. Hatinya mulai goyah. Dia tak lagi yakin bisa terus menolak Alia.
...****************...
Sekian hari terlewati sejak Alia tiba di dunia kedua. Semua terasa berjalan mulus. Baik pekerjaan mau pun usaha dia mendekati Arya tak mengalami hambatan yang berarti. Malah, Alia bisa melihat kalau pertahanan Arya tak setebal dulu.
Sampai di satu hari, pas Alia yang baru kembali dari meeting dengan klien tiba di kantor, dia menemukan keanehan di sikap berapa karyawan.
"Ada apa?" Alia mendatangi sekumpulan karyawan yang sedang bisik-bisik di depan resepsionis.
"Eh? Bu Alia? A-Anu Bu, tadi ada tamu buat Pak Arya."
"Tamu? Ada apa dengan tamu itu?" Kalau tamu biasa, mereka takkan bereaksi seperti tadi.
"Mmmm ... Tamu tadi adalah seorang wanita. Dan dia mengaku sebagai calon istrinya Pak Arya."
"!?"
Calon istri!? Siapa!?
Setahu Alia, Arya tak punya calon serius di saat ini.
Tapi ... Tunggu dulu! Apa jangan-jangan ... Wanita yang datang ini adalah wanita yang dulu meninggalkan Mas Arya!?
Bertepatan dengan itu, Alia justru mendapat telepon dari Arya.
"Hallo? Ada apa, Mas?" tanya Alia setelah dengan cepat mengangkat telepon tersebut.
"Kamu ada di mana?" tanya balik Arya.
"Di lantai bawah."
"Oke. Kalau begitu segera datang ke ruanganku!"
Alia tak tahu alasan Arya memanggilnya. Namun dia tetap langsung berjalan cepat menuju lift.
Mungkin Mas Arya butuh bantuan untuk mengusir wanita jalang itu!
Alia bersiap. Dia sebentar lagi akan bertemu dengan wanita yang dulu menyakiti hati Arya.
