Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Leon yang mendengar suara tembakan itu langsung berlari sekencang mungkin bersama Vic menuju arah mobilnya.
“Poppy Yun!” teriak Leon panik.
Di dalam mobil, Poppy terengah—tangan bergetar memegang pistol. Ia menendang jasad penjahat itu hingga tubuh pria itu terjatuh ke luar mobil.
“Berani melawanku? Aku Poppy Yun! Aku tidak akan tunduk pada kalian!” serunya bergetar namun penuh adrenalin.
Leon tiba di sisi mobil dan tertegun melihat penjahat itu tewas tertembak. Namun suara tangisan dari dalam mobil menarik perhatiannya.
“Poppy… apa kau terluka?” Leon masuk ke dalam mobil, melihat Poppy menangis tersedu-sedu.
“Katakan padaku, bagian mana yang terluka?” Leon memeriksa wajah dan tangan gadis itu dengan cemas.
“Paman… kondisiku sangat buruk…” ujar Poppy lirih.
“Aku akan membawamu ke rumah sakit,” kata Leon sambil hendak menariknya keluar.
“Aku tidak terluka… lihat tangan aku… penuh darah…” Poppy mengangkat kedua telapak tangannya yang berlumuran darah penjahat tadi.
“Jadi… kau menangis karena darah ini?” tanya Leon bingung.
“Iya! Aku mau mencuci tangan!” jawab Poppy dengan wajah pucat.
Leon dan Vic menghela napas lega—namun juga kesal.
“Kau berani menembak orang sampai mati, tapi takut darah?” ujar Leon tak percaya.
“Paman… aku bisa memukul orang. Tapi aku tidak sengaja membunuh orang. Lagipula… gadis mana yang suka lihat darah? Paman tahu aku tidak bisa lihat darah. Aku bisa pingsan!” balas Poppy gugup.
“Tapi kau masih berdiri dengan baik-baik saja,” ujar Leon.
Namun belum sempat ia selesai bicara, tubuh Poppy langsung limbung. Ia pingsan seketika, jatuh ke arah Leon.
“Poppy Yun! Poppy Yun!” Leon memanggil panik sambil menopang tubuh gadis itu erat-erat.
Mansion Leon
Poppy dibawa ke kamarnya. Seorang dokter keluarga, Mark, langsung memeriksanya dengan teliti.
"Nona ini mengalami hemophobia—fobia darah," jelas Mark sambil menutup alat pemeriksaannya. "Karena itu dia bisa pingsan saat melihat terlalu banyak darah."
"Jadi dia tidak terluka?" tanya Leon, masih tampak khawatir.
"Tidak, hanya syok ringan." Mark menatap Leon sambil tersenyum geli. "Tapi kau… sejak kapan membawa gadis ke rumahmu? Apa dia calon istrimu?"
"Bukan," jawab Leon singkat. "Dia tunangan Andy. Mereka sedang membatalkan pernikahan itu."
Mark mendengus. "Baguslah. Gadis secantik ini kalau menikah dengan keponakanmu itu… habislah masa depannya."
Leon menghela napas, tetapi matanya tak lepas dari Poppy yang terbaring lemah.
"Gadis ini cukup berani ... dia berani menantang Andy. Bahkan dia satu-satunya yang berani melawan keluarga Huo. Dan dia juga… telah menyelamatkanku."
Mark menaikkan alis, senyumnya makin lebar. "Jadi ini orangnya. Kupikir hanya gosip. Leon, kalau sudah takdir… jodoh memang tidak ke mana."
Leon memutar bola matanya. "Dia terlalu muda. Baru 22 tahun."
"Dan kau baru 32. Selisih 10 tahun itu normal, Leon," bantah Mark. "Apa kau keberatan? Atau sebenarnya… kau yang takut?"
"Dia gadis muda. Mana mungkin dia mau menikah denganku. Lagipula dia memanggilku ‘paman’," jawab Leon lirih.
Mark menepuk bahu Leon. "Kalau begitu berhenti menunggu. Kejar dia. Dan… ungkapkan perasaanmu."
"Mark, aku adalah gangster Macau," ucap Leon sambil bersandar di kursi, nada suaranya rendah. "Orang yang mendengar namaku saja sudah kabur ketakutan. Mana mungkin gadis seperti dia mau menghabiskan masa depannya bersamaku?"
Mark hanya tersenyum kecil. "Gangster lalu kenapa? Kau tidak menjalankan bisnis ilegal, Leon. Kau bukan pembunuh sembarangan. Semua bisnismu bersih dan terdaftar. Orang hanya takut karena reputasimu… bukan karena sifatmu."
Leon mengalihkan pandangan ke Poppy yang masih tertidur. Matanya melembut.
"Aku tidak ingin menakutinya. Nyawaku… dia yang menyelamatkan. Selama dia di sini, aku akan membantunya semampuku."
"Karena hutang budi?" tanya Mark sambil menyilangkan tangan.
"Iya." Leon mengangguk pelan. "Tidak ada perasaan lain selain itu. Dia memanggilku paman, dan aku akan… menganggapnya sebagai keponakanku."
Mark menatap Leon lama, seolah melihat apa yang disembunyikan pria itu.
"Kau boleh berbohong padaku, Leon… tapi jangan bohongi hatimu sendiri."
"Selama hidupku tidak ada wanita," ujar Leon datar tanpa ekspresi. "Dan tidak akan pernah ada sampai kapan pun."
Mark tertawa kecil sambil menggeleng-geleng.
"Kita lihat saja nanti!" ejeknya sebelum beranjak pergi dengan senyum penuh arti.
***
Di tempat lain, suasana markas bawah tanah dipenuhi asap rokok. Sekelompok pria duduk melingkar, dan di kursi terbesar, seorang pria berwajah keras tengah mengisap cerutu dengan santai. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, namun tatapannya tajam seperti pisau.
"Bos, anggota kita dibunuh. Rencana kita gagal total," lapor salah satu anak buahnya, suara bergetar.
"Hanya menghadapi dua orang, tapi masih bisa gagal?" Pria itu mendengus. "Tidak berguna sama sekali."
"Bos," ujar anggota lain dengan hati-hati, "hari ini Leon Huo terlihat bersama seorang gadis. Tidak biasanya dia membawa perempuan. Mungkin… gadis itu penting untuknya."
Mata pria yang duduk di kursi besar langsung berubah dingin. Ia mengetukkan jarinya ke lengan kursi, perlahan namun penuh ancaman.
"Kalau begitu tunggu apa lagi?" suaranya berat dan penuh kemarahan tertahan.
"Tangkap gadis itu… dan bawa ke hadapanku."
"Baik, Bos!" jawab para anak buahnya serempak.
Pria itu berdiri, menepuk abu cerutu, dan mengulum senyum tipis yang menakutkan.
"Aku, Javier Yang, tidak akan kalah begitu saja," gumamnya dengan suara rendah namun penuh kepastian.