Sinopsis
Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.
Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.
Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.
Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25
Tuan Banu menatap layar ponsel, wajahnya tegang membaca perintah Bima. Perubahan fokus dari pengadaan aset B-Grade massal kembali ke Diversifikasi Suku Cadang A-Grade hanya dalam hitungan menit adalah keputusan yang sangat agresif.
{Bos tidak hanya membaca pasar, dia membaca niat musuh. Pak Tejo menyerang jantung efisiensi kita, bukan sekadar margin keuntungan. Suku cadang adalah alur darah Yura.}
Di sampingnya, Rio baru saja selesai mengorganisir tumpukan kecil aset B-Grade. Ia menghela napas, menyadari semua perhitungan Time-to-Restoration (TTR) yang baru ia buat menjadi sia-sia.
"Suku cadang A-Grade, Tuan Banu?" tanya Rio, suaranya mengandung campuran kekagetan dan penghormatan. "Bukankah itu yang paling diblokir oleh Pak Tejo? Kita kembali ke titik awal."
Tuan Banu menggeleng cepat. "Tidak, Rio. Kita tidak kembali ke titik awal. Kita maju dengan pemahaman yang lebih dalam. Fokusnya bukan pada unit, tapi pada flow restorasi. Jika kita bisa mengamankan alur pasokan suku cadang A-Grade, sistemmu bisa mengubah B-Grade manapun menjadi uang."
Ia mengambil jaketnya. "Saya harus menggunakan jaringan pasokan lama, yang paling tidak formal. Jalur-jalur yang terlalu kecil dan remeh untuk diblokir oleh strategi korporat Pak Tejo."
"Saya akan mulai dengan TTR ulang, berfokus pada aset yang membutuhkan suku cadang minimal," kata Rio, kembali ke papan tulis. Ia harus memastikan bahwa bahkan dengan pasokan yang terbatas, pekerjaan restorasi harian tetap berjalan.
Sementara Rio larut dalam kalibrasi ulang operasional, Tuan Banu tiba di sebuah gudang kecil di pinggiran kota. Tempat itu milik seorang pensiunan distributor yang dikenalnya hanya sebagai Pak Sastro, seseorang yang selalu beroperasi di bawah radar perusahaan besar.
Pak Sastro, dengan kemeja lusuh dan senyum tulus, menyambutnya. "Tumben, Banu. Kupikir kau sekarang sudah bermain di level pabrik."
"Saya memang di level pabrik, Pak Sastro," jawab Tuan Banu, langsung ke intinya. "Tapi pabrik tidak bisa berfungsi tanpa baut yang tepat. Saya mencari suku cadang A-Grade: layar, baterai, motherboard vital. Dalam volume kecil, tapi mendesak."
Pak Sastro tertawa. "Semua orang mencarinya, Banu. Harganya naik tiga puluh persen. Ada 'orang besar' yang menyapu bersih semua stok sejak kemarin."
"Saya tahu tentang 'orang besar' itu," kata Tuan Banu. Ia menarik napas. "Saya tidak akan membayar harga premium Pak Tejo. Saya akan membayar harga rasional, tapi saya akan membeli semua yang Bapak miliki yang tersembunyi, semua yang tidak terdata dalam buku besar."
{Nilai Tersembunyi Pak Sastro adalah likuiditas mendesak dan janji kesetiaan jangka panjang. Saya harus membeli $value$ di atas harga pasar.}
Tuan Banu mengeluarkan sebuah kartu nama Yura, yang mencantumkan detail Kontrak Pasokan Primer dengan raksasa telekomunikasi. Ia meletakkannya di atas meja.
"Sistem Yura baru saja memenangkan Kontrak Pasokan Primer, Pak Sastro. Itu artinya volume restorasi kami akan meledak," jelas Tuan Banu, menunjuk kartu itu. "Saya tidak hanya membeli suku cadang hari ini. Saya membeli gerbang pasokan kecil yang akan menjadi mitra permanen Yura di masa depan."
Mata Pak Sastro menyipit. Informasi itu adalah mata uang yang kuat. Ia tahu bahwa bermitra dengan entitas yang baru saja mendapat validasi korporat jauh lebih berharga daripada keuntungan sekali pukul dari Pak Tejo.
Setelah hening sejenak, Pak Sastro tersenyum lebar. Ia menunjuk ke pintu besi di belakang gudang.
"Saya punya stok lama, Banu. Suku cadang yang dibeli lima tahun lalu. Kualitas A-Grade, tapi sudah lama teronggok di belakang. Saya menjualnya dengan diskon dua puluh persen karena masalah logistik dan debu," ungkap Pak Sastro.
"Saya ambil semuanya," potong Tuan Banu, tanpa ragu. "Saya akan memberikan deposit tunai sekarang, lima puluh juta rupiah. Sisanya besok pagi."
{Ini adalah Acquisition of Obscure Asset. Suku cadang lama yang tidak dilihat Pak Tejo. Itu adalah flow yang tidak bisa diblokir musuh.}
Kemenangan mikro ini, meskipun hanya mengamankan volume kecil yang cukup untuk lima ratus unit restorasi A-Grade, adalah bukti bahwa Sistem Yura memiliki lapisan pertahanan yang dalam.
Sementara Tuan Banu melakukan akuisisi, Bima sudah kembali ke markas Yura. Ia mengabaikan meja kerjanya dan langsung menuju Rio, yang kini fokus pada proses pembongkaran.
"Bagaimana TTR kita, Rio?" tanya Bima, suaranya tenang namun menuntut data.
Rio menunjuk papan tulis. "Dengan asumsi pasokan suku cadang A-Grade masuk hari ini, saya telah memodularisasi prosesnya. Unit TTR rendah, yang hanya butuh perbaikan kosmetik dan baterai, bisa kita selesaikan dalam empat puluh menit."
"Empat puluh menit," ulang Bima. "Itu bagus. Tapi Pak Tejo tidak akan berhenti di suku cadang. Dia menyerang flow kita. Kita harus membalas dengan menyerang fondasi Kekayaan Terlihat-nya."
"Maksud Bos, apa kita akan menyerang pasokan unitnya?" tanya Rio.
Bima menggeleng. "Tidak perlu membuang modal. Kita akan menggunakan Kontrak Pasokan Primer kita sebagai senjata. Kita akan mempublikasikan angka kinerja Yura dari kontrak tersebut secepatnya. Begitu investor melihat sistem kita menghasilkan margin yang efisien di bawah tekanan, mereka akan mulai mempertanyakan stok aset stagnan Pak Tejo."
{Perang ini adalah perang $Narrative$. Pak Tejo menimbun barang yang dia anggap berharga. Kita akan membuat barangnya terlihat tidak berharga karena tidak mampu menciptakan $flow$ uang yang cepat dan efisien.}
"Pak Tejo fokus pada Kekayaan Terlihat, stok fisiknya. Kita akan fokus pada Kekayaan Fungsional, kecepatan rotasi modal kita," simpul Bima. "Rio, siapkan tim. Kita akan menjalankan operasi restorasi tercepat yang pernah kita lakukan. Lima ratus unit harus selesai dalam waktu kurang dari empat hari."
Itu adalah target yang gila, tetapi Rio mengangguk, matanya menyala. Itu bukan lagi tantangan restorasi, melainkan operasi militer untuk memvalidasi sistem mereka.