Selma, pewaris utama keluarga konglomerat terpandang, dikhianati di malam pengantinnya. Dengan mata kepalanya sendiri, Selma menyaksikan suami yang dia cintai malah beradu kasih di atas ranjang bersama saudari tirinya.
Hati Selma semakin pedih mengetahui ibu tiri dan kedua mertuanya juga hanya memanfaatkannya selama ini. Semua aset keluarganya direnggut sepihak.
"Kalian semua jahat, kalian tega melakukan ini..."
Di tengah laut yang disertai badai dan hujan deras, Selma dibuang oleh suami dan adik tirinya, lalu tenggelam.
Namun, sebelum air menguasai penuh paru-parunya, seorang perempuan sekecil tinkerbell bercahaya biru muncul di hadapannya dengan suara mekanis yang bergema di kepala Selma.
[Ding! Sistem Waktu Eri Aktif. Apakah Anda ingin menerima kontrak kembali ke masa lalu dan membalas dendam?]
IYA!
Begitu Selma membuka mata, dia terbangun di tubuhnya saat berusia 16 tahun. Di kesempatan keduanya ini, Selma berjanji akan menghancurkan semua orang yang mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Tidak Sesosiopat Itu
Di kelas khusus bahasa asing yang berada di sayap timur lantai dua, Selma mengikuti pelajaran bahasa Prancis yang dibawakan oleh guru bernama Miss Camille.
Pelajarannya tentang mengenali idiom dan slang ringan dari sebuah film Prancis yang ditayangkan di papan presentasi, makanya ruangan dibuat gelap. Semua mata tertuju pada layar di depan mereka, kecuali Selma. Gadis itu malah menyenderkan pipi di satu telapak tangannya, sementara tangan lainnya memainkan stilus pen.
Di pundak Selma, Eri duduk sambil makan popcorn terbuat dari hologram biru miliknya. Malah si kecil itu yang fokus nonton.
"Filmnya seru, Selma," sahut Eri, mengayunkan kakinya bergantian, sambil ngemil.
Selma mendengus halus. Dia menjawab Eri dalam hati. "Aku udah nonton, entar si FL bakalan bawa kabur kotak magic milik si ML, terus end."
Eri menekuk wajah mungilnya. "Tega kamu, Selma. Eri tidak suka spoiler sekarang."
Selma mengangkat alisnya jahil. "Aku juga sekarang nggak suka diganggu kalau lagi mikir."
Eri terbang ke hadapan wajah Selma. "Kamu mikirin apa? Kenapa Eri tidak bisa mendengarkan suara pikiran kamu?"
Selma tersenyum. "Karena aku emang nggak bersuara dalam hati. Aku inget cowok yang di RS yang aku nggak bisa baca pikirannya. Nah, pasti ada alasannya dong, so aku cari tahu sendiri dan hipotesis aku itu karena dia emang nggak suka bicara dalam hati, dan aku coba sendiri ternyata works yah."
"Baiklah, Selma, tapi Eri perlu tahu suara pikiran atau hati kamu supaya Eri tetap bisa mengawasi kamu dengan baik, ingat kamu terikat kontrak."
"Iya, Eri, aku paham kok." Selma meletakkan stilus pen di dekat tabletnya. "Kan cuma nyobain dan jawabannya, counter kemampuan baca pikiran ini ya dengan nggak suaraain pikiran dalam hati or let's say ngosongin pikiran."
"Lalu kamu memikirkan apa?" tanya Eri lagi.
"Cara dapetin bukti ketiga," jawab Selma.
"Ohhh, Debora dan Julio."
"Iya, apa lagi, perasaan kamu deh yang tadi ngingetin aku soal misi."
"Hehe, iya yah, jadi apa kamu sudah menemukan caranya? Jangan meminta bantuan Eri, kamu ingatkan kalau kamu harus level 10 jika mau bantuan Eri." Sosok mungil itu melipat tangan di dada.
Tak sengaja, lirikan Selma tertuju pada Debora yang duduk satu baris di depan Selma. "Iya aku tahu, Eri. Aku masih mikirin sendiri caranya. Sekarang kamu diem dulu, lanjut nonton aja."
"Kamu sudah memberi Eri spoiler, jadi Eri sudah tidak mood nonton film itu."
"Yaudah kamu bikin bioskop sendiri aja kayak yang di RS waktu itu."
"Ide bagus." Si kecil bercahaya biru itu turun mendarat ke permukaan meja depan Selma.
Sementara, Selma memperhatikan Debora. Sahabat sok polosnya itu tampak senyam-senyum memandang layar tablet di depannya.
Selanjutnya, sudut mata Selma mengarah ke Julio yang duduk di sebelahnya. Pacarnya itu juga diam-diam senyum, lalu mengetuk keyboard tablet dengan stilus pen di tangannya.
Selma curiga mereka berdua sedang chattingan. Untuk memastikan, Selma membuka aplikasi WA di tablet. Tapi, Julio maupun Debora tidak ada yang online.
"Mereka chattingan di mana kalau gitu?"
Sebentar berpikir, akhirnya Selma membuka aplikasi internal sekolah. Dalam aplikasi itu ada ruangan untuk chattingan.
Dia kemudian memeriksa akun Julio dan Debora.
Sama-sama aktif.
"Ohhh, jadi kalian chatan di sini, makanya WA kamu bersih banget yah Julio."
Selma mengembuskan napas kasar. Lagi-lagi dia kesal karena baru tahu hal baru lagi soal perselingkuhan dua manusia lucknut itu.
Tapi, beberapa detik kemudian, Selma menyeringai. Sebuah lampu pijar tak kasat mata muncul di atas kepalanya.
Sekarang, dia tahu bagaimana menemukan bukti ketiga perselingkuhan Debora dan Julio di sekolah.
***
Begitu bel tanda semua kelas selesai pada hari itu berbunyi, para siswa keluar dari ruangan kelas masing-masing untuk bersiap mengikuti kegiatan ekstrakurikuler masing-masing.
"Aku mau langsung ke gimnasium yah, babe," kata Julio saat menuntun Selma keluar.
"Yahhhh," Selma menekuk bibirnya, "hmmmm, kamu nggak mau nemenin aku ngerjain tugas dulu di perpus?"
"Mau baby, tapi sekarang tim basket lagi gencar latihan, aku sebagai kapten harus bisa disiplin juga dong, babe," Julio mengelus rambut merah Selma. "Hmmm?"
"Iyaaa deh," kata Selma. Lantas pandangan Julio berpindah ke Debora sebentar lalu ke Selma lagi.
"Kamu ditemenin Debora aja yah, ke perpus."
"Eumm, aku juga mau ke studio balet sih sebenernya," sahut Debora dengan nadanya yang halus. "Tapi aku bisa nganterin kamu sampai perpus kok, Sel."
"Awkeyyyy," ujar Selma cemberut. Tapi dalam hatinya dia bersorak. Dia sudah tahu kalau dua orang ini sudah pasti berencana ketemuan.
"Nanti aku jemput di perpus lagi yah," kata Julio.
"Nggak usah, baby," tolak Selma.
"Kenapa?"
"Kamu pasti sampai malem, aku jam 5 udah mau balik kok, babe, aku juga belum bisa ikut kegiatan ekskul karena keadaan aku sekarang."
Debora mengangkat tangan mengelus pundak Selma. "Kamu pasti bisa pulih lagi Selma, nggak sabar liat kamu nunggang kuda lagi."
Selma menyunggingkan senyum, "makasih, yah, Deb."
"Yaudah, ayok, aku anterin kamu ke perpus." Debora merangkul lengan Selma.
***
Di sudut perpustakaan yang sepi di lantai dua, Selma fokus mengerjakan tugas ketertinggalannya. Sekitar tiga puluh menit berikutnya, Kyrann muncul dari dari balik rak yang menyatu di dinding.
Selma terkejut pastinya. "Wahhhh," suara Selma cukup nyaring. Spontan Kyrann mengangkat telunjuk ke bibirnya sendiri, meminta Selma menekankan suara.
Oh iya…
Ini perpustakaan, tidak boleh berisik.
Mata kecokelatan Selma berbinar menyambut Kyrann yang mendekat. "Ternyata ada pintu rahasia juga yah di perpus ini," bisik Selma. "Kamu bisa muncul di mana-mana kayak teleportasi aja."
Kyrann tidak berkomentar.
"Kalau tahu jadi ketos bisa dapet privilege banyak kayak kamu, aku pasti daftar jadi kandidat," sambung Selma. Gadis ini memang suka yapping yah. Ada saja yang dia ucapkan.
"Kamu udah selesai?" tanya Kyrann yang sudah duduk di hadapan Selma.
"Belum," Selma melipat bibirnya.
"Jadi meeting soal projectnya nggak jadi?" tanya Kyrann.
"Jadi dong, toscu," kata Selma.
"Tapi bentar yah, aku selesain tugas matematika dulu. Tadi Mr. Ramond minta ketinggalan aku harus masuk hari ini."
Kyrann menatap Selma lama, memperhatikan gadis itu mengetuk pelipis dengan ujung stilusnya yang ia genggam.
"Terus kenapa kamu nggak lanjut kerjain?" tanyanya.
"Hmmmm, aku bingung soal nomor 8," sahut Selma.
"Coba mana," Kyrann menjulurkan tangannya.
Selma tersenyum memperlihatkan jejeran gigi putihnya yang rapi. "Kamu mau bantuin aku?"
"Iya, tapi nggak usah salah paham, ini biar kita cepet meeting soal project computer science, aku ada meeting OSIS juga bentar lagi."
"Emmm, bukannya waktu lunch break tadi kamu bilang mau meeting OSIS dulu sebelum meeting sama aku?"
"Meeting OSIS diundur."
Selma manggut-manggut. "Ahhh… I see…"
"Ehhh, nanti pas kamu meeting OSIS aku bisa minjem PC kamu yang di ruangan ketos nggak?" tanya Selma.
"Sure," sahut Kyrann.
Selma mendorong tabletnya mendekat ke Kyrann, sementara cowok berkacamata itu memajukan badannya sedikit.
Kyrann mulai menjelaskan cara singkat mengerjakan soal yang sulit menurut Selma itu. sementara, Selma melipat tangan di atas meja. Sorot matanya tertuju pada wajah Kyrann.
"Dia nggak nanya aku mau ngapain minjem PCnya, langsung oke oke aja, ternyata si toscu ini nggak sesosiopat yang dibicarain orang-orang."
yg datang kyrann pasti