Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.
Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.
Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan dari Kakek Gio
Sinar mentari menembus tirai kamar besar milik pasangan muda itu, Leonardo Alvarone dan Aurelia Valenza. Udara terasa hangat, namun suasananya tidak sepenuhnya tenang. Setelah semalam terjadi ketegangan antara Aurelia dan papanya, kini pikirannya masih kacau. Ia duduk di pinggir ranjang, menatap kosong pada lantai marmer, Suara dering ponsel tiba-tiba memecah kesunyian. Aurelia meraihnya dari meja nakas. Di layar tertera nama: Kakek Giovanni.
Dengan segera ia mengangkat panggilan itu.
“Selamat pagi, kek,” suaranya lembut namun masih terdengar lelah.
“Selamat pagi cucuku,” terdengar suara berat penuh wibawa dari ujung sana. “Kakek tidak ingin mengganggu pagimu, tapi ada hal penting yang ingin kakek sampaikan.”
Aurel berdehem pelan, mencoba menormalkan nada suaranya. “Ada apa, kek?”
“Kakek akan mengadakan acara ulang tahun tiga hari lagi di vila keluarga. Dan di acara itu, kakek juga akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan menjadi CEO Valenza Group selanjutnya.”
Mendengar itu, Aurelia langsung terdiam. Jantungnya berdegup cepat.
“Tapi, kek...” ucapnya pelan. “Apakah itu tidak terlalu cepat? Bukankah sebelumnya kakek bilang ingin menunggu waktu yang tepat?”
Di seberang, Giovanni menghela napas panjang. “Kakek pikir ini sudah waktunya, Aurel. Kakek tidak bisa menunggu lebih lama. Dunia bisnis sedang tidak stabil, banyak yang mengincar posisi dan kekuasaan keluarga Valenza. Kakek harus memastikan kendali tetap di tangan keluarga yang bisa dipercaya.”
Aurelia menelan ludah, mengingat apa yang baru terjadi semalam. papanya, Alessandro, menyerahkan perusahaan keluarga mereka kepada Bianca. Luka itu masih terasa segar di dadanya.
“Kakek dengar,” lanjut Giovanni dengan nada sedikit berat, “ayahmu sudah menyerahkan Alessandro Group pada Bianca.”
Aurel menghela napas panjang. “Iya, kek. Dan Aurel... Aurel tidak bisa menerimanya. Meskipun Bianca adik Aurel tapi itu perusahaan yang dibangun papa dan mami dari nol. Tapi sekarang...”
“Sstt... cukup, cucuku,” potong Giovanni dengan suara menenangkan. “Jangan biarkan emosimu menguasaimu. Kadang dalam keluarga, keputusan yang salah bisa membuka mata kita tentang siapa yang benar-benar pantas memimpin.”
Aurel menunduk, suaranya serak. “Aku hanya... kecewa, kek.”
“Kakek tahu.” Giovanni tersenyum tipis meski tak terlihat. “Itulah kenapa kakek ingin kamu datang ke pesta nanti. Siapkan dirimu. Karena malam itu... akan menjadi malam penting dalam hidupmu.”
Sebelum Aurel sempat bertanya lebih jauh, panggilan itu terputus. Ia menatap layar ponsel lama, seolah berusaha membaca makna di balik kata-kata kakeknya barusan.
Saat itulah pintu kamar terbuka. Leonardo keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk di pinggang, rambutnya masih basah, dan aura dominan khasnya langsung memenuhi ruangan.
“Siapa yang menelpon pagi-pagi begini?” tanyanya sambil menyeka rambutnya dengan handuk kecil.
Aurel menoleh sekilas. “Kakek Giovanni.”
Alis Leo terangkat. “Kakek Gio? Ada apa?”
“Kakek akan mengadakan pesta ulang tahun tiga hari lagi. Katanya, di acara itu kakek juga akan mengumumkan CEO baru Valenza Group.”
Leo mendekat, menatap istrinya dengan mata tajam tapi datar. “Jadi... waktunya sudah tiba, huh?”
Aurel mengangguk. “Sepertinya begitu.”
Leo hanya mendecak pelan. “Kakekmu selalu tahu kapan harus bergerak. Tapi...” ia berhenti sejenak, menatap Aurel yang menunduk, “kau kelihatan tidak tenang. Kamu Masih Kepikiran soal ayahmu? "
Sebelum percakapan mereka berlanjut, terdengar ketukan di pintu.
“Tok... tok...”
“Masuk,” sahut Leo.
Seorang pelayan perempuan masuk dan menunduk sopan. “Maaf mengganggu, tuan muda, nyonya. Nyonya Isabella memanggil Anda berdua untuk sarapan bersama.”
“Baik, Bi. Kami segera turun,” jawab Aurel sopan. Pelayan itu lalu undur diri dengan langkah tenang.
Leo berdiri, mengenakan kemeja putih sambil berkata santai, “Kalau begitu, mari kita turun sarapan dulu.”
Aurel tersenyum tipis, kemudian bangkit dan berjalan menuju lemari pakaian. Ia memilih gaun simpel berwarna gading, menata rambutnya seadanya.
Di ruang makan bawah, aroma kopi hitam dan roti panggang memenuhi udara. Isabella, ibu Leo, duduk anggun di ujung meja, sementara Adriano membaca koran dengan kacamata di hidung. Begitu pasangan muda itu turun, Isabella langsung menoleh dan tersenyum hangat.
“Selamat pagi, sayang,” sapa Isabella pada Aurel.
“Selamat pagi, Mom. Pagi juga, Dad,” jawab Aurel sopan.
Adriano mengangkat kepalanya sejenak. “Pagi, nak. Duduklah, mari sarapan.”
Mereka berempat pun duduk di meja besar itu. Suasana awalnya tenang, hanya terdengar suara alat makan beradu dengan piring.
Setelah sarapan selesai, Aurel pamit untuk menghubungi asistennya di Valenza Group guna mempersiapkan keperluan pesta ulang tahun kakeknya. Sementara Leo kembali ke ruang kerjanya.
Di dalam kamar Aurel menatap laptop sambil berbicara di telpon
"siapkan semua dokumen laporan keuangan terakhir Valenza Group. Aku ingin memastikan semuanya aman sebelum pesta. Jangan ada kesalahan sedikit pun.”
“baik Bos,” jawab Rania.
Aurel menutup telpon dengan senyum tipisnya.
Bersambung....
sebaiknya di apain tuh org kaya si Bianca 🤔
di bunuh/di siksa secara perlahan-lahan
king mafia dan Queen mafia,