NovelToon NovelToon
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Pengantin Pengganti Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Menjelang hari pernikahannya, Amara menghilang tanpa jejak. Dengan waktu yang semakin sempit, keluarga calon pengantin pria mendesak agar pernikahan tetap berlangsung demi nama baik. Helena, adik Amara yang diam-diam mencintai tunangan kakaknya, Lucian, dipaksa menjadi pengantin pengganti.

Namun ketika ia menerima peran itu dengan hati yang penuh luka, Helena menemukan jejak kejanggalan: apartemen Amara yang terlalu rapi, koper yang tertinggal, dan waktu yang tidak sinkron dengan hari hilangnya Amara. Semakin ia melangkah ke dalam pernikahan, semakin besar pula misteri yang membayangi keluarga mereka.

Jejak-jejak ganjil tentang hilangnya Amara membuat Helena ragu: apakah ia sedang mengambil tempat seorang pengantin yang kabur, atau menggantikan seseorang yang sudah tak akan pernah kembali?

.

Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar hanyalah fiktif belaka, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

follow ig: @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Helena menatap layar ponselnya bergetar tanpa henti, jantungnya ikut berdebar setiap kali nada dering itu memenuhi ruangan sunyi. Ia menggigit bibir, tangannya hampir saja terulur untuk menekan tombol hijau. Tapi dia menghentikan tangannya sebelum menyentuh layar.

"Kalau aku angkat, dia pasti akan tahu aku tidak di rumah. Dia akan bertanya, dan aku tidak bisa menjawab."

Dengan napas ditahan, Helena membiarkan panggilan itu terus berdering hingga akhirnya berhenti sendiri. Sunyi kembali menyergap, tapi kali ini berbeda,lebih mencekam, seolah Lucian benar-benar ada di dekatnya meski hanya lewat layar.

Ia segera menutup buku catatan hitam itu, memasukkannya ke dalam tas dengan hati-hati. Lalu, tanpa menoleh lagi ke sekeliling apartemen, ia keluar dan mengunci pintu di belakangnya.

Di lorong apartemen, langkah kakinya terdengar tergesa. Helena sudah menyusun rencana kecil dalam pikirannya: kalau nanti Lucian bertanya, ia akan mengatakan habis dari perpustakaan kota. Itu alasan yang aman, tidak terlalu mencurigakan, dan sesuai dengan rutinitasnya sebagai mahasiswi.

Turun ke jalan, Helena mengatur napasnya lagi, lalu benar-benar menuju perpustakaan. Ia duduk di salah satu meja dekat jendela besar, membiarkan tasnya tetap rapat di pangkuan. Tangannya mengusap sampul buku catatan Amara dari luar, seakan mencari kekuatan dari benda itu.

Tapi di balik usahanya menjaga wajah tenang, pikirannya bergolak. Siapa pria misterius itu? Kenapa saputangan berdarah dan amplop harus diambil? Dan yang paling menghantui: Catatan di buku Amara yang amat janggal.

Helena menatap keluar jendela, menyiapkan diri. Ia tahu cepat atau lambat, Lucian akan menanyakan keberadaannya.

Helena duduk di kursi kayu perpustakaan yang dingin, berusaha menenangkan detak jantungnya. Cahaya sore yang menembus jendela besar jatuh ke meja, membuat bayangan panjang menutupi buku catatan hitam yang kini terbuka di depannya.

Ia baru saja mulai menelusuri tulisan-tulisan Amara, coretan kode angka dan kata-kata asing yang tak sepenuhnya ia pahami ketika ponselnya kembali bergetar. Kali ini getarannya lebih panjang, lebih mendesak. Nama yang sama muncul di layar: Lucian.

Helena menatap layar itu lama, jari-jarinya hampir menyentuh tombol jawab. Namun ia kembali menarik tangannya.

"Aku tidak bisa mengangkatnya sekarang, Lucian pasti marah." Helena meletakkan ponselnya kembali, ia tidak ingin berdebat lagi dengan Lucian perkara Amara. Biarlah menemukan kepingan teka-teki hilangnya kakaknya menjadi urusannya.

Panggilan itu berhenti. Sunyi. Lalu, selang tak sampai satu menit, ponsel bergetar lagi. Lucian menelpon untuk ketiga kalinya.

Helena menghela napas panjang, mencoba menimbang. Di dalam hatinya, ia bisa merasakan betapa gigihnya Lucian kali ini. Apa dia mulai curiga? Atau ada hal lain?

Ia menekan tombol bisu, meletakkan ponsel di samping buku, dan memilih menunduk kembali menatap halaman yang penuh tulisan Amara. Namun, meskipun matanya terbuka, ia hampir tidak bisa membaca apapun. Semua pikirannya tertuju pada panggilan itu.

“Lucian… apa sebenarnya yang kau sembunyikan?” gumamnya pelan.

Ponselnya bergetar lagi, kali ini hanya pesan singkat yang masuk. Helena menelan ludah sebelum membuka layar.

[Lucian : Di mana kamu? Aku sudah di rumah.]

Helena menatap layar ponselnya lama, sebelum akhirnya mengetik balasan dengan hati-hati. Jemarinya sempat ragu, lalu ia menulis:

[Helena : Aku di perpustakaan kota. Ada tugas yang harus aku cari.]

Ia menekan kirim, lalu meletakkan ponsel di atas meja, berusaha menenangkan diri. Beberapa detik terasa sangat panjang. Dan benar saja, ponselnya kembali bergetar, balasan dari Lucian.

Helena membuka layar.

[Lucian: Pulang sekarang.]

Singkat. Dingin. Tak ada tambahan kata lain.

Helena menggenggam ponsel itu erat, matanya menatap pesan singkat itu lama. Ia tahu, jika ia menolak atau menunda, Lucian akan curiga. Tetapi di sisi lain, ia merasa baru saja menyentuh pintu menuju rahasia Amara melalui buku catatan hitam ini.

Helena menghela napas, menutup buku dengan perlahan dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Baiklah. "Aku akan pulang. Tapi suatu saat aku harus membuka semua isi catatan ini tanpa gangguan."

Ia berdiri, merapikan kursinya agar tidak menarik perhatian, lalu berjalan keluar dari perpustakaan.

Langit mulai meredup ketika ia melangkah menuju jalan utama, dengan tas di pelukannya seolah sedang membawa sesuatu yang sangat berharga. Dan di dalam benaknya, Helena sudah bersiap untuk tatapan Lucian yang menunggunya di rumah.

"Clara? itu dia kan?" Helena berhenti di bawah lampu jalan ketika matanya tak sengaja melihat Clara sedang berdiri gelisah di seberang jalan.

Helena mengepalkan tangannya, lalu menyeberang dengan hati-hati. Jika Lucian tidak mau memberikan jawaban, Helena akan bertanya pada Clara.

"aku harap dia bukan alasan kak Amara pergi." Kata Helena dingin. Clara yang tiba-tiba muncul kembali membuat Helena meletakkan kecurigaan lebih banyak pada wanita itu.

Helena berhenti dua langkah di samping Clara yang sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Clara,"

Clara menoleh. Ia tersurut mundur mendapati Helena yang tiba-tiba muncul.

"kau! apa yang kau lakukan disini?" tanya Clara tidak ramah.

"kita perlu bicara, Clara." Helena menekankan namanya sebagai tanda bahwa ia sedang serius sekarang.

"kita nggak dekat jadi nggak ada yang perlu dibicarakan," Clara cepat-cepat menyetop taksi, hendak masuk namun di tahan oleh Helena.

"ini tentang Amara dan Lucian, aku yakin kau tahu sesuatu."

Tatapan tajam Helena membekukan Clara. Clara menelan ludah lalu mengangguk kaku.

"maaf nggak jadi pak," Clara meminta maaf pada supir taksi.

"buang-buang waktu saya aja," gerutu supir taksi kemudian pergi dengan cepat.

Lalu, seolah Helena dan Clara saling memahami, keduanya berjalan menuju kafe kecil yang ada di ujung jalan. Untuk sesaat Helena lupa dengan Lucian, lupa dengan perintah pria itu yang menyuruhnya untuk segera pulang.

...***...

...Like, komen dan vote....

...💙💙💙...

1
kalea rizuky
skip males cwk nya oon
kalea rizuky
males bgt muter aja ne cerita
kalea rizuky
Helena ngapain ngemis ngemis pergi jauh aja bodohh bgt benci MC lemah
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
nonoyy
siapa yaa laki2 itu? smg sgr terungkap yaa misteri soal amara
nonoyy
kamu tau harapan mu ttg lucian sangat menyakitkan, tapi kenapa kamu masi saja berharap lucian akan menoleh ke kamu helena, berhentilah karena itu semua menurut mu tidak mungkin..
nonoyy
masih misteri dan teka teki.. dibuat gemusshh dgn ceritanya
Nda
luar biasa
Lunaire astrum
lanjut kak
Nyx
Jangan-jangan hilangnya Amara ada hubungannya dengan Rafael😌
olyv
nexttt thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!