Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.
Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.
Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?
ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?
Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Lukas Terhempas lagi dan lagi
"Jalankan sesuai instruksi. Jangan meninggalkan jejak. Ayah tidak akan membiarkan kalian hidup jika ada jejak yang tertinggal," kecam Benjamin.
"Bos tenang saja, kami lakukan sesuai arahan," ujar pria berwajah sangar di depannya.
Benjamin menepuk pundak pria itu.
Benjamin lalu kembali ke dalam mobil, menghidupkan mesin mobil, dan meninggalkan area yang bertuliskan "Akses ke Gunung Purro" itu.
**
Ivy terkejut atas kunjungan Sofia.
"Kakak," seru Sofia begitu melihat Ivy yang sedang duduk di tempat tidur sambil mengotak atik hp nya.
Ivy segera meletakkan hp nya di tempat tidur. Dan merentangkan kedua tangannya.
Sofia masuk dalam pelukan Ivy. Keduanya berpelukan erat.
"Aku kangen Sofia," ujar Ivy begitu selesai berpelukan.
"Aku juga kangen kakak. Tadi kak Lukas menelpon katanya Kakak sakit. Jadi aku sempatkan datang ke sini dulu karena aku ada acara jurusan tiga hari di luar," tandas Sofia.
"Kamu mau kemana?," Ivy memperhatikan penampilan Sofia yang sangat casual dari biasanya.
"Kami ada acara camping bersama di Gunung Purro. Itu agak jauh dari sini. Hanya tiga hari. Tapi kakak jangan bilang kak Lukas yah, dia tidak akan mengizinkan kalau tahu,"
"Tapi ibu tahu?,"
"Tahu," Sofia mengangguk, "By the way, kenapa waktu lalu kakak tidak bicara padaku di telpon soal kak Lukas yang datang ke rumah?,"
Ivy menarik napas.
"Aku kesal sama kakakmu, Sof. Sorenya dia bilang ingin ke club malam karena ada janjian dengan temannya. Dia pulang subuh. Dia bilang dia ditemani wanita-wanita saat minum-minum di club. Nyatanya dia tidak ke club. Dia hanya ke Mansion. Aku kesal," Ivy merengut.
Sofia tertawa terbahak-bahak,
"Kak Ivy, kak Ivy. Kakak lucu juga kalau cemburu,"
"Aku tidak cemburu, Sof. Aku hanya tidak ingin Lukas menyia-nyiakan waktunya dengan pergi ke club malam. Itu saja,"
Tawa Sofia lebih keras.
"Kakak ipar ku sayang, kakakku itu memang orang yang keras dan keluarga kami memang keluarga mafia, tapi kak Lukas bukan pria penyuka club malam,"
Ivy mengernyitkan keningnya.
"Kak Lukas itu beda. Dalam hidupnya itu yang dia tahu hanya kantor-rumah-kantor lagi-rumah lagi. Dia beda dengan kak Rafael. Kak Rafael dulu yang sering ke club malam. Coba bayangkan di usianya saat ini, mantan pacar kak Lukas hanya satu. Si wanita tidak tahu malu itu," Sofia memparodikan gaya Carmen, "Malah dulu, kak Rafael yang beberapa kali mengenalkan pacar-pacarnya ke aku,"
"Aku pikir Lukas memang biasa ke club malam karena dia sering minum-minum, Sof,"
"Kak Lukas itu kalau minum yah hanya di rumah kak. Itu pun jarang. Akhir-akhir ini saja aku dengar dari Damon kakak sering minum. Mungkin beban pikirannya lagi banyak,"
Ivy merenung mendengar semua penuturan Sofia. Semua penilaian nya tentang Lukas salah besar.
"Kak Ivy, aku ke kampus dulu ya. Kami harus berkumpul di auditorium lalu lanjut ke Purro,"
"Jaga diri baik-baik di sana, Sof. Kabari kalau ada apa-apa,"
"Pasti. Sepulang dari Purro aku ke sini lagi ya," Sofia memeluk erat Ivy.
**
"Batalkan semua janji malam ini, Damon. Aku harus pulang cepat. Ivy belum pulih betul,"
"Baik, Tuan. Ehm Tuan, maaf sedikit ingin tahu, apakah peristiwa Madame menghilang itu ada hubungannya dengan ucapan Tuan tentang cemburu cemburu itu?,"
"Ya. Aku tidak tahu efek nya akan sebesar itu untuk Ivy. Dia sangat marah dia pikir aku minum-minum di club malam,"
Damon tertawa kecil,
"Madame belum mengenal Tuan dengan baik. Kalau sudah kenal, Madame akan tahu bahwa itu mustahil untuk Anda lakukan, Tuan,"
"Setidaknya aku tahu Damon, di hati Ivy ada sedikit harapan untuk ku. Jika tidak ada harapan, untuk apa dia marah hari itu,"
"Tetap semangat, Tuan,"
"Kenapa bilang begitu, seperti mengasihani ku,"
Tuh kan. Berurusan dengan pria bucin yang di mabuk cinta memang tidak boleh salah bicara. (Damon).
**
Lukas tersenyum melihat Ivy sudah berganti pakaian tapi masih tetap di tempat tidur. Ivy dilarang beraktivitas oleh Ethan setidaknya sampai hari ini. Dia harus bed rest penuh. Dan Ivy membalas senyuman itu.
Lukas melihat signal baik dari Ivy segera berjalan menghampiri Ivy.
"Bagaimana hari ini?," tanya Lukas
"Aku sudah mulai merasa lebih baik," jawab Ivy.
"Obatnya tidak lupa diminum, kan?,"
Ivy menganggukan kepala.
"Lukas, aku minta maaf,"
"Untuk?,"
"Aku sudah merepotkan mu. Aku juga sempat marah. Aku minta maaf,"
Tidak apa-apa Ivy, sungguh tidak apa-apa. Marah mu karena cemburu dan aku suka. (Lukas)
"Aku tahu aku tidak boleh melakukan itu,"
"Melakukan apa?," hati Lukas berbunga-bunga.
"Aku tidak boleh seolah-olah melarangmu melakukan hal yang membuat hatimu senang. Ke depannya, ke mana pun kamu pergi, dengan siapa pun itu, Aku tidak akan marah lagi,"
Please, marah lah kalau soal itu Ivy. Aku tidak apa-apa. (Lukas)
"Baguslah kalau seperti itu. Artinya, aku bisa ke mana saja dan pulang jam berapa," Lukas tersenyum nakal.
"Iya. Aku tidak akan marah. Dan soal wanita-wanita, aku juga tidak akan mempersoalkannya. Kamu bisa pergi dengan wanita mana saja. Aku akan memposisikan diri sesuai perjanjian. Pernikahan ini hanya sementara,"
Lukas terhempas dari awan ke Padang pasir lagi.
"Aku datang ke makam Rafael dan meminta Rafael agar roh nya menolong mu menemukan wanita yang tepat,"
Lukas membuang wajahnya.
"Oh ya, aku lihat, Victoria wanita yang menarik. Dia juga seperti perhatian padamu,"
Lukas beranjak berdiri,
"Aku mandi dulu. Tubuhku gerah," lanjutnya, "Oh ya, malam ini tidur di sini saja. Aku yang akan menemani Aiden tidur supaya kamu bisa istirahat sepenuhnya,"
Di kamar mandi Lukas ingin meninju dinding kamar mandi dengan tinjunya mengingat perkataan Ivy. Lukas berdiri cukup lama di bawah shower untuk mendinginkan kepala nya.