NovelToon NovelToon
GAZE

GAZE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla_Matcha23

“Setiap mata menyimpan kisah…
tapi matanya menyimpan jeritan yang tak pernah terdengar.”

Yang Xia memiliki anugerah sekaligus kutukan, ia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dengan menatap mata mereka.

Namun kemampuan itu tak pernah memberinya kebahagiaan, hanya luka, ketakutan, dan rahasia yang tak bisa ia bagi pada siapa pun.

Hingga suatu hari, ia bertemu Yu Liang, aktor terkenal yang dicintai jutaan penggemar.
Namun di balik senyum hangat dan sorot matanya yang menenangkan, Yang Xia melihat dunia kelam yang berdarah. Dunia penuh pengkhianatan, pelecehan, dan permainan kotor yang dijaga ketat oleh para elite.

Tapi semakin ia mencoba menyembuhkan masa lalu Yu Liang, semakin banyak rahasia gelap yang bangkit dan mengancam mereka berdua.

Karena ada hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlihat, dan Yang Xia baru menyadari, mata bisa menyelamatkan, tapi juga membunuh.

Karena terkadang mata bukan hanya jendela jiwa... tapi penjara dari rahasia yang tak boleh diketahui siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla_Matcha23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32 - PERCAYALAH INI SANGAT BERBAHAYA

“Risiko itu sudah aku pilih sejak aku memutuskan untuk datang,” ucapnya pelan.

“Kau hanya perlu percaya padaku, Yu Liang.”

Ruangan itu sunyi.

Hanya suara mesin pemantau detak jantung yang terus berdetak pelan, seperti menghitung waktu di antara kata-kata yang tak terucap.

Yu Liang menatap langit-langit putih itu sejenak, seolah mengumpulkan keberanian. Lalu, perlahan, ia menatap Yang Xia.

“Kau ingin tahu… apa yang sebenarnya terjadi padaku, bukan?” Xia tidak menjawab.

Ia hanya menatapnya lembut, memberikan ruang agar Yu Liang bisa berbicara tanpa tekanan.

“Aku tidak seharusnya masih hidup,” suara Yu Liang terdengar pelan, nyaris serak.

“Malam itu… mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”

Xia diam, tapi jemarinya menggenggam lembut tangan Yu Liang, memberi kehangatan di antara ketegangan.

“Mereka mengatakan aku akan dibawa untuk pertemuan rutin,” lanjutnya dengan pandangan kosong.

“Tapi di tengah jalan, mobil yang kutumpangi diserang. Aku tak sempat melihat wajah mereka… hanya suara seseorang dari salah satu ponsel mereka, memberi perintah untuk ‘selesaikan di tempat’. Setelah itu, semuanya gelap.”

Ia berhenti sejenak, menarik napas yang terdengar berat. “Ketika aku sadar, aku sudah berada di tempat ini. Tapi aku tahu… ini bukan rumah sakit biasa. Orang-orang yang datang silih berganti, memeriksa tanpa bicara, dan setiap kali aku mencoba bertanya… mereka hanya diam.”

Tatapan Xia menajam, namun tetap lembut. “Jadi, bagaimana cara kau bertahan selama ini?”

Yu Liang menunduk sedikit, tersenyum pahit. “Aku tidak punya pilihan. Aku mencoba secara naluriah melihat dan mencari tahu siapa yang berada di pihakku… dan siapa yang tidak.”

Tatapan Xia menajam, tajam tapi tetap mengandung kehangatan yang menenangkan.

“Jadi… bagaimana kau bisa bertahan selama ini?” suaranya terdengar pelan, seolah takut mengusik luka lama.

Yu Liang menunduk sedikit, bibirnya melengkung dalam senyum pahit yang nyaris tak terlihat.

“Aku tidak punya pilihan,” jawabnya lirih.

“Aku hanya mengikuti naluri, membaca gerak-gerik mereka, mencari tahu siapa yang bisa dipercaya… dan siapa yang tidak.”

Xia menarik napas dalam, pandangannya tak beralih sedikit pun dari wajah Yu Liang. Ada sesuatu di matanya, campuran empati dan tekad.

“Dan sekarang?” tanyanya lembut.

“Setelah aku di sini?”

Hening sejenak.

Yu Liang memejamkan mata, seolah menimbang setiap kata.

“Aku… aku tidak tahu,” bisiknya akhirnya.

“Aku takut... Kedekatan ini justru menyeretmu ke dalam bahaya yang sama.”

Xia menatapnya lama, seolah ingin menembus dinding ketakutan yang selama ini membelenggu Yu Liang.

“Kalau begitu biarkan aku ikut menanggungnya,” ucapnya pelan, tapi suaranya sarat ketegasan.

“Kau tidak perlu lagi bertahan sendirian. Selama aku di sini, tak ada satu pun yang akan menyentuhmu tanpa melewati aku lebih dulu.”

Kata-kata itu seperti menembus ruang hampa. Yu Liang membeku, antara ingin percaya dan takut untuk melakukannya.

Dia menatap Xia, matanya yang semula redup perlahan bergetar, memantulkan secercah harapan yang sudah lama padam.

“Tapi… mereka bukan orang biasa, Dokter Xia,” bisiknya, suaranya bergetar.

“Kau tidak tahu seberapa luas jaringan itu. Mereka ada di mana-mana. Di pemerintahan, di rumah sakit, bahkan mungkin di tempat ini…”

Xia tersenyum tipis, jemarinya perlahan menyentuh punggung tangan Yu Liang.

“Bahaya itu mungkin tidak bisa kuhindari,” ucap Xia lirih, suaranya nyaris seperti desahan napas.

“Tapi… apa kau bisa percaya padaku?”

Yu Liang menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak bisa menempatkanmu dalam bahaya,” bisiknya dengan suara bergetar.

“Aku bahkan tidak tahu… sampai kapan hidupku bisa bertahan.”

Ia menunduk, jemarinya menggenggam erat ujung bajunya sendiri, mencoba menahan gemetar yang semakin sulit dikendalikan.

“Pergilah,” lanjutnya dengan napas yang terdengar patah.

“Aku mohon, Dokter… jangan buat dirimu masuk ke dalam jurang neraka ini. Karena kalau kau melangkah lebih jauh, kau tidak akan tahu bagaimana akhir hidupmu.”

Matanya perlahan menatap Xia lagi, pandangan yang penuh keputusasaan, namun juga kepedihan mendalam.

“Sama halnya denganku,” suaranya nyaris pecah.

“Dan aku tidak bisa membiarkan… sesuatu terjadi padamu.”

Kalimat terakhirnya meninggalkan keheningan yang berat, seolah waktu berhenti di antara mereka. Tatapan Xia melembut, tapi ada bara di balik ketenangannya, campuran antara rasa sakit dan tekad yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Xia menatapnya lama, begitu lama hingga Yu Liang tak sanggup menahan tatapannya. Ada sesuatu di mata Xia, bukan sekadar empati, tapi juga luka yang dalam. Luka yang datang dari perasaan tak berdaya melihat seseorang yang ingin ia lindungi, justru berusaha menjauh darinya.

Perlahan, Xia menarik nafas. Mencoba tenang, dan berbicara penuh makna. Setiap gerakan terasa seperti keputusan yang sudah ia ambil jauh sebelum kata-kata terucap.

“Berhenti bicara seperti itu,” ucapnya pelan namun tegas.

Suaranya bergetar, bukan karena takut. Tapi karena menahan emosi yang terlalu berat untuk disembunyikan.

Yu Liang diam menatap Yang Xia, Udara di antara mereka terasa padat, hangat, dan menyakitkan dalam waktu bersamaan.

“Aku sudah tahu risiko ini,” lanjut Xia, nadanya lembut tapi mengandung kekuatan yang tak bisa dibantah.

“Jika hidupmu memang sedang berada di ujung, biarkan aku setidaknya berdiri di sisimu sebelum semuanya berakhir. Jangan minta aku pergi, karena itu sama saja menyuruhku mengkhianati hatiku sendiri.” Napas Yu Liang tercekat.

Ia menatap Xia dengan mata yang bergetar, antara tak percaya dan takut berharap terlalu jauh.

Yu Liang menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun pelan namun tidak stabil. Ia menatap Xia berkali-kali, berusaha meyakinkan gadis di hadapannya untuk menjauh, untuk pergi sebelum semuanya terlambat.

Namun nyatanya, gadis itu terlalu keras kepala.

Atau mungkin… dia memang tidak tahu apa yang sedang ia hadapi.

“Kenapa kau begitu keras kepala, Dokter?” suaranya lirih, namun sarat tekanan batin.

“Kau bahkan tidak mengenalku… aku bukan siapa-siapa bagimu. Bukan kerabat, bukan sahabat, bahkan bukan temanmu. Aku bahkan tidak bisa menyelamatkan hidupku sendiri.”

Ia berhenti sejenak, menunduk, lalu menatap Xia lagi dengan mata yang bergetar. Tatapan itu begitu rapuh, seperti seseorang yang sudah terlalu lama berjuang sendirian.

“Untuk apa kau membuat dirimu masuk ke dalam bahaya seperti ini?” ucapnya, suaranya mulai pecah di ujung kata.

“Percayalah, ini sangat berbahaya.”

Ia menarik napas berat, jemarinya meremas seprai di sisi tubuhnya dengan sisa tenaga yang ada.

“Orang-orang di balik semua ini… mereka punya kekuasaan besar, dan mereka sangat kuat. Mereka bukan manusia, Dokter.”

Suara terakhir itu keluar dengan getir, bergetar di udara seperti bisikan keputusasaan yang menembus kesunyian kamar rawat.

“Mereka bahkan lebih dari iblis…”

Setelah kata-kata itu, hanya suara mesin pemantau detak jantung yang terdengar. Xia menatapnya diam-diam, mata yang tadi lembut kini berubah tenang namun dalam, seolah menyimpan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

“Dokter… Xia…”

Hanya itu yang sanggup keluar dari bibir Yu Liang. Suaranya serak, nyaris seperti bisikan di antara napas yang tertahan.

Xia menatapnya lembut, lalu menggeleng pelan. “Bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan ‘dokter’ saat kita berdua seperti ini?”

Nada suaranya tenang, tapi ada getaran lembut di baliknya, campuran antara kehangatan dan rasa pedih yang tak ia ungkapkan.

Yu Liang terdiam.

Matanya mencari makna di wajah Xia, seolah takut salah memahami permintaan sederhana itu. Setelah beberapa detik yang terasa panjang, ia mengangguk perlahan.

“X… Xia?” panggilnya ragu, suaranya nyaris tenggelam di udara.

Senyum samar muncul di sudut bibir Xia. Ia mengulurkan tangan, menyentuh tangan lemah Yu Liang kembali dengan lembut. Gerakan kecil, tapi cukup untuk menenangkan badai yang mengamuk di dalam dada keduanya.

“Begitu lebih baik,” ucapnya pelan. “Kau boleh lemah, boleh takut… tapi jangan pernah merasa sendirian lagi.”

Yu Liang menatapnya lama.

Dalam diam, sesuatu di dadanya bergetar. Perasaan yang tak semestinya tumbuh di tengah bahaya, tapi justru terasa paling nyata di saat seperti ini.

“Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi,” katanya dengan suara rendah.

“Sekalipun aku harus melawan dunia untuk itu.”

1
Rama 23
Baru baca 3 Bab, sampai disini menarik. Tapi mau nabung bab dulu, biar bacanya gak nanggung dan penasaran. Soalnya author nya baru. Jangan lelah nulisnya ya, Thor. Aku menunggu cerita selanjutnya. jangan sampai gak update! SEMANGAT THOR ✍🏻💪🏻🔥🔥
Rama 23
Yu Liang kamuuu
Rama 23
Dokter Yang Xia, AKU PADAMU/Angry//Kiss/
Rama 23
Menyimak
Rama 23
Masih awal, sepertinya menarik.
Zerine Leryy
/Determined/ Kemarin absen mau nabung BAB dulu. Gak nyangka author update setiap hari. /Good//Good/ ditunggu kelanjutan nya thor, sekarang aku mau panen BAB dulu/Joyful//Applaud/
Om Ganteng
Lanjut thorrr💪
Om Ganteng
Yang Xia
Om Ganteng
Chen Wei
Om Ganteng
Yang Xia/Determined/
Om Ganteng
Yu Liang/Sob/
Om Ganteng
Thor... apa ini Yu Menglong?
Rama 23: Ya..ya sepemikiran.
total 1 replies
Zerine Leryy
Thor, Yu Liang... seperti Yu Menglong/Sob//Sob/
Zerine Leryy
Guang Yi keren...
Zerine Leryy
Bagus, lanjutkan Thor... Semoga ceritanya bagus sampai akhir/Good//Ok/
Zerine Leryy
Yang Xia dibalik Yang Grup, Guang Yi dan Feng Xuan 👍 perpaduan keragaman yang keren
Zerine Leryy
Ceritanya bagus, Sangat jarang ada Ceo wanita yang tangguh seperti Yang Xia.
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jelek nggak banget!
Yue Sid
Aduh, cliffhanger-nya bikin saya gak tahan nunggu, ayo lanjutkan thor!
Gladys
Asik banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!