NovelToon NovelToon
Merebutmu Kembali

Merebutmu Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Romansa / Menikah Karena Anak / Lari Saat Hamil / Balas Dendam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Kunci dan Pewaris

Perintah Rommy Ivanov dieksekusi dengan kecepatan yang mengerikan. Hanya dalam waktu satu jam setelah fajar menyingsing, vila mewah di Mediterania itu telah berubah menjadi benteng militer. Pria-pria bertubuh besar berpakaian serba hitam, yang diyakini Megan sebagai anak buah Zeno, bergerak dengan efisien, menutup setiap celah dan memasang kamera pengawas tambahan di setiap sudut ruangan.

Megan bergegas ke kamar Axel, gemetar saat memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas ransel kecil. Kehidupan yang damai di bawah ilusi Rommy kini hancur total, digantikan oleh kenyataan bahwa mereka adalah tawanan yang bernilai tinggi. Rommy tidak memindahkan mereka ke tempat yang aman; dia memindahkan mereka ke penjara yang lebih terisolasi.

“Mama, jangan panik,” suara Axel terdengar tenang, meskipun tangannya bergerak cepat di depan laptop yang tersembunyi di bawah selimut. Ia tidak mengemas pakaian; ia sedang mengemas data.

“Bagaimana mama tidak panik, Axel? Kita akan dibawa pergi. Ayah tirimu mengatakan dia akan menyembunyikan kita selamanya!” desah Megan, meremas sepotong gaun sutra. Pakaian mahal itu kini terasa seperti rantai yang mengikatnya.

“Itu berarti kita harus lebih cepat dari dia,” balas Axel, matanya fokus pada serangkaian kode yang mengalir di layar. “Dia pikir dia bisa mengunci pintu dan menghilangkan jejak kita. Tapi, dia tidak memperhitungkan bahwa aku sudah memasang kunci cadangan.”

Megan mendekat, melihat ke layar. Itu adalah peta satelit yang sangat detail, menunjukkan rute penerbangan yang sudah diprogram. “Apa yang kau lakukan?”

“Aku meretas sistem logistiknya,” jelas Axel, tanpa mengalihkan pandangan. “Dia akan membawa kita dengan jet pribadi ke suatu tempat di Eropa Timur. Markas utama. Aku butuh koneksi internet sebentar lagi, Mama, hanya beberapa detik. Aku harus meninggalkan ‘tanda tangan’ di jaringan lokal bandara yang akan kita gunakan.”

“Tanda tangan? Maksudmu… untuk Vega Xylos?” tanya Megan, suaranya tercekat. Ia masih takut menyebut nama itu.

Axel mengangguk. “Pesan yang kusembunyikan di serangan pasar saham kemarin terlalu samar. Rommy mungkin bisa menyembunyikannya. Aku butuh sesuatu yang hanya bisa dia (King Xylos) temukan. Sebuah kode enkripsi lama, yang kuduga hanya dia yang menggunakannya. Sebuah pengakuan digital.”

“Tapi jika Rommy tahu kau mencoba menghubunginya—”

“Dia tidak akan tahu. Aku menggunakan proxy berlapis, Mama. Aku akan mengirimkannya melalui server publik yang sudah lama tidak dipakai, menempelkannya pada frekuensi radio navigasi jet. Saat King Xylos mencari kita, dia akan menemukan anomali ini. Itu seperti meletakkan selembar kertas di botol yang hanyut di lautan informasi,” jelas Axel, menggunakan analogi yang disederhanakan agar ibunya mengerti.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka tanpa diketuk. Rommy berdiri di sana, dikelilingi oleh dua penjaga berbadan besar yang membawa senjata. Wajah Rommy kini memancarkan otoritas absolut, tanpa senyum manipulatif sedikit pun.

“Waktunya habis, Megan. Penerbangan kita akan lepas landas dalam dua jam. Kemasi barangmu secepatnya,” perintah Rommy.

Megan segera menutup laptop Axel dan menyembunyikannya di balik bantal. “Kami sudah siap,” jawab Megan, suaranya berusaha keras terdengar patuh.

Rommy melangkah masuk, matanya menyapu ruangan, mencari tanda-tanda pembangkangan. Matanya berhenti pada tas ransel kecil Megan.

“Hanya itu? Kau pikir kau akan berlibur?” Rommy mendengus. “Semua yang kau butuhkan sudah ada di markas. Ini bukan liburan, Megan. Ini adalah relokasi keamanan. Kau tidak akan membutuhkan ponsel, atau koneksi ke dunia luar. Zeno, ambil semua perangkat komunikasi mereka.”

Salah satu penjaga, yang dipanggil Zeno (bukan tangan kanan Vega, melainkan kepala keamanan Rommy), segera mengambil ponsel dan iPad Megan, serta laptop Axel yang tersembunyi. Axel hanya diam, raut wajahnya tetap datar.

“Kenapa kau mengambil laptop Axel? Dia menggunakannya untuk membantumu!” protes Megan, merasa nyawanya ditarik keluar dari tubuhnya.

“Tepat sekali,” Rommy menyeringai dingin. “Dia membantuku. Dia tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk membantu musuhku, walau pun tidak sengaja. Di markas baru, dia akan memiliki akses ke sistem utama, di bawah pengawasanku langsung. Kejeniusannya akan sepenuhnya menjadi milikku.”

Rommy memandang Axel yang hanya berdiri tegak. “Axel, Ayah punya kejutan besar untukmu di sana. Sebuah lab komputer pribadi. Semua yang kau butuhkan untuk menjadi ahli strategi terbaik di dunia. Kita akan membangun kerajaan bersama.”

“Apakah kita akan kembali ke sini, Ayah?” tanya Axel, nadanya polos, seperti anak kecil yang merindukan mainannya.

Rommy berlutut, menatap mata tajam Axel. “Tentu saja, Nak. Setelah kita menyelesaikan ‘masalah investor’ ini. Tapi untuk saat ini, kau harus ikut. Keamananmu adalah prioritas utama.” Rommy menepuk bahu Axel dengan rasa kepemilikan yang menjijikkan.

Megan tahu, kata-kata itu hanyalah bualan. Rommy tidak akan pernah membiarkan mereka pergi. Mereka adalah umpan, kunci, dan aset terbesarnya.

“Ayo pergi,” Rommy bangkit, mencengkeram lengan Megan dengan kuat, hampir menyakitinya. “Aku tidak punya waktu untuk drama. Perang sudah dimulai, dan aku harus memastikan ratuku berada di dalam benteng sebelum badai tiba.”

...****************...

Perjalanan ke bandara pribadi yang tersembunyi terasa seperti mimpi buruk. Megan dan Axel dikawal ketat, diletakkan di kursi belakang mobil anti-peluru. Megan melihat ke luar jendela, berusaha menghafal setiap detail jalan, meskipun ia tahu itu tidak berguna. Bandara itu jauh, tersembunyi di balik pegunungan.

Saat mobil melambat mendekati landasan pacu, mata Axel bergerak. Dia melihat lampu navigasi di gerbang utama bandara. Itu adalah targetnya.

“Mama, aku haus,” rengek Axel tiba-tiba, suaranya kembali menjadi anak-anak yang manja.

“Minumlah ini, Nak,” kata Megan, memberikan botol air yang disiapkan Rommy.

Axel mengambil botol itu, tetapi bukannya minum, ia menjatuhkannya ke lantai mobil. Air membasahi karpet.

“Ups. Maaf, Ayah,” kata Axel, menatap Rommy di kursi depan.

Rommy mendengus kesal. “Bersihkan nanti. Kita sudah sampai.”

Saat Rommy dan pengawal di depan sibuk dengan prosedur bandara, Axel membungkuk, pura-pura mengambil botol air yang jatuh. Dalam gerakan yang hampir tidak terlihat, ia menarik sebuah kartu memori nano yang diikatkan dengan benang tipis di pergelangan tangannya. Kartu itu berisi ‘tanda tangan’ digitalnya.

Megan, yang menyadari apa yang dilakukan putranya, menutupinya dengan tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, takut pengawal Rommy melihat.

Axel mengulurkan tangannya di bawah kursi. Ia telah melihat kabel pengisi daya ponsel yang longgar di sana—saluran listrik kecil yang terhubung ke sistem navigasi darurat mobil.

Satu sentuhan. Kartu nano itu terhubung dengan kabel. Transfer data dimulai. Axel hanya butuh 10 detik.

Rommy membuka pintu mobil. “Keluar! Jet sudah menunggu.”

Axel segera menarik kembali kartu itu, memasukkannya ke dalam saku celananya, dan berdiri. Wajahnya kembali polos.

“Ayah, aku mau lihat pesawatnya,” pinta Axel.

Rommy, yang bangga dengan jet pribadinya, tersenyum lebar. “Tentu saja. Jet terbaik yang pernah kau lihat, Nak. Di dalamnya, kau akan aman dari siapa pun.”

Mereka berjalan di landasan pacu menuju jet hitam yang megah. Tepat saat mereka menaiki tangga pesawat, Axel merasakan getaran di saku celananya. Kartu nano telah menyelesaikan transfernya ke jaringan navigasi bandara, meninggalkan jejak digital yang tersembunyi di frekuensi radio darurat.

Megan menaiki tangga dengan pandangan kosong. Ia merasa seolah-olah semua udara telah dihisap dari paru-parunya. Mereka pergi. Mereka benar-benar menghilang ke dalam benteng musuh Vega.

Saat pintu jet ditutup, Axel melirik ke belakang. Dia berharap 'King Xylos' cukup pintar untuk membaca pesan dalam botol yang baru saja ia lempar.

...****************...

Ratusan mil jauhnya, di pusat komando operasional Vega Xylos, layar utama yang biasanya memantau pergerakan pasar saham Rommy Ivanov berkedip merah terang.

Zeno, tangan kanan Vega yang asli, segera mendekati Vega yang sedang menganalisis peta strategi.

“Tuan Vega, kita kehilangan Rommy di Asia Tenggara. Semua aset keuangan yang kita targetkan telah dipindahkan secara besar-besaran, tampaknya untuk menutupi jejak relokasi fisik,” lapor Zeno.

Vega Xylos, mengenakan kemeja hitam yang rapi, memutar kursinya. Matanya yang tajam memancarkan kekecewaan dingin. “Dia membawa mereka. Rommy bergerak cepat.”

“Kami memindai setiap frekuensi komunikasi yang mungkin digunakan. Tidak ada yang terdeteksi. Rommy telah mematikan semua jejak digital mereka. Gadis itu dan putranya hilang, Tuan.”

Vega Xylos bangkit, berjalan ke jendela antipeluru. Tangannya mengepal. Delapan tahun mencari, dan kini, saat ia hampir meraihnya, Megan kembali ditarik menjauh.

“Terus cari. Hubungi semua agen di Eropa Timur. Rommy pasti membawa mereka ke benteng lamanya di dekat pegunungan Karpatia,” perintah Vega, suaranya rendah dan mengancam.

Tiba-tiba, sebuah alarm sekunder berbunyi di komputer cadangan Zeno—sebuah unit yang dirancang khusus untuk memantau enkripsi aneh dan tidak terpakai. Layar menampilkan pola kode kuno, hampir menyerupai dialek program lama.

“Tuan, tunggu. Ada anomali,” kata Zeno, matanya membesar saat ia menganalisis pola itu. “Ini… ini bukan dari Rommy. Ini adalah enkripsi tingkat tinggi yang disematkan ke dalam frekuensi radio navigasi publik. Itu adalah ‘tanda tangan’ digital yang sangat spesifik, Tuan. Teknik yang tidak pernah digunakan siapa pun, kecuali… Anda.”

Vega segera mendekat, menatap kode yang terpampang di layar. Dia mengenali polanya. Itu adalah kode yang ia gunakan di markasnya untuk komunikasi internal, yang sudah ia tinggalkan sepuluh tahun yang lalu. Tidak mungkin ada orang lain yang tahu teknik itu.

Namun, di tengah-tengah enkripsi yang rumit itu, ada pesan yang lebih sederhana. Itu bukan dari Megan. Itu terlalu matematis, terlalu cerdas.

Zeno berhasil memecahkan pesan inti dalam hitungan detik. Dia membacanya dengan nada tidak percaya.

“Tuan Vega… Pesannya berbunyi: ‘Aku diangkut. Ikuti koordinat 46.8181° N, 19.6644° E. Dia adalah tawananmu, bukan milikku. Aku punya mata yang sama denganmu. — Hacker Cilik.’”

Vega Xylos terdiam. Dia melihat koordinat itu: itu adalah lokasi di dekat markas rahasia Rommy di Hongaria. Dan yang lebih penting, ia membaca bagian akhir pesan itu: ‘Aku punya mata yang sama denganmu.’

Sebuah seringai tipis, dingin, dan mematikan muncul di bibir Vega. Putranya. Pewarisnya. Axel tidak hanya genius; dia adalah mata-mata yang sempurna, ditempatkan di jantung benteng musuhnya. Rommy Ivanov telah menculik seorang anak yang ternyata adalah kunci yang akan membuka pintu kehancurannya.

“Zeno,” perintah Vega, suaranya kini penuh kuasa dan tujuan. “Batalkan semua rencana invasi. Kita tidak akan menyerang. Kita akan melakukan penyelamatan. Siapkan tim terbaik. Kita akan pergi ke Hongaria, dan kita akan mengambil kembali ratu dan pewaris kita. Rommy berpikir dia menangkap umpan. Dia salah. Dia baru saja menangkap bom waktu yang akan meledak di wajahnya sendiri.”

“Ya, Tuan Xylos,” jawab Zeno, menyeringai. Perburuan telah berubah menjadi perang rahasia, dan kini, mereka punya informan dari dalam.

"Dia... sangat genius!"

1
YuWie
Luar biasa
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Trima kasih banyak kak untuk bintang limanya. Lanjut terus ya makin seru deh. 😍🙏👍 sehat selalu kakak. Bagi vote dan gift juga ya kak. Lope lope sejagat kakak 😍
total 1 replies
YuWie
disuruh jaga kesehatan krn warisan anak kok malah megan kerja keras di peternakan bu rosa... piye tho gan vegan
YuWie
nahhh..tambah bingung aku... semakin kontrakdiksi dg bab2 sebelumnya.
YuWie
di bab ini aku bingung... megan membela diri di depan jose..padahal dia sadar skenario dibuat jose dan wina sebelum dia di bawa ke club. Trus yg tambah binging..vegan yg katanya berkuasa membeei perintah u menghancurkan jose dan wina tapi kok msh fine2 aja mereka... berkuasa, yapi sampe 2bln gak bisa nemuin megan..seriusly
YuWie
megan2..
YuWie
sampe bab ini..menarik u dibaca lanjut
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kak. udah mampir. kiranya kakak suka kisah kisah author yang lain juga. 🙏 sehat selalu dan jangan lupa berikan vote,gift dan bintang limanya. Biar author makin rajin update nya. 😍👍🙏 lope lope sejagat. thx all.
total 1 replies
YuWie
malah marani tuan V kau meg
YuWie
apakah megan yg punya perusahaan ..kenapa hrs ada plan menyingkirkan megan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!