"Kenapa kau menciumku?" pekik Liora panik, apalagi ini adalah ciuman pertamanya.
"Kau yang menggodaku duluan!" balas Daichi menyeringai sembari menunjukkan foto Liora yang seksi dan pesan-pesan menggatal.
Liora mengumpat dalam hati, awalnya dia diminta oleh sahabatnya untuk menggoda calon pacarnya. Tapi siapa sangka Elvara malah salah memberikan nomor kakaknya sendiri. Yang selama ini katanya kalem dan pemalu tapi ternyata adalah cowok brengsek dan psikopat.
Hingga suatu saat tanpa sengaja Liora memergoki Daichi membunuh orang, diapun terjerat oleh lelaki tersebut yang ternyata adalah seorang Mafia.
Visual cek di Instagram Masatha2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Masatha., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Daichi mengepalkan tangannya menahan amarah yang memuncak. Dia tahu Liora ngambek padanya makanya tidak mau mengangkat telponnya. Sialnya nomornya kini juga sudah diblokir.
"Wajahmu masam, ada apa?" tanya Alana.
"Nggak papa, kapan urusan kamu selesai di sini?" tanya Daichi balik.
"Bali tempat yang menyenangkan, kenapa kamu buru-buru ke Jakarta? Apakah kamu merindukan pacar kecilmu itu?" balas Alana terkekeh.
"Kau tahu, ini adalah hari liburku. Aku ingin menikmati waktu istirahat ku bersama adikku," sela Daichi.
"Jangan membawa-bawa nama adikmu, nyatanya kamu lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacar kecilmu itu. Aku tahu, awal kalian bersama karena kamu takut dia jadi sasaran kakakku bukan? Tapi sepertinya kamu mulai menyukainya, kenapa harus dia? Aku bisa memberikan apapun yng bisa dia berikan padamu," ujar Alana menatap sendu.
Daichi terdiam, dia tidak kaget Alana mengakui perasaannya padanya. Karena memang selama ini dia menyadari Alana menyukainya. Gadis di hadapannya ini memang cantik dan lincah, tapi demi apapun dia hanya menganggap Alana seperti adiknya sendiri.
"Kenapa diam saja? Katakan apa yang kamu inginkan, aku juga bisa memberikan. Kurasa aku tidak klah cantik darinya, dan yng paling penting kita berdua berada dalam dunia yang sama," tiap Alana sembari meraih tangan Daichi.
Tapi Daichi segera melepaskan tangan Alana, lalu menatapnya dengan ekpresi serius.
"Maaf, Alana. Tapi aku sudah menganggap kamu seperti adikku sendiri."
"Bukankah Liora juga teman Elvara? Dialah yang pantas kamu anggap sebagai adik, bukan aku! Usia kita sebaya!" sergah Alana tak terima.
Daichi terdiam, dia sendiri juga tidak tahu alasan apa yang membuatnya tak bisa melepaskan Liora. Apakah dia benar-benar sudah jatuh cinta pada gadis itu? Padahal awalnya dia hanya ingin bermain-main saja.
"Daichi, kenapa kamu tidak menjawab aku? Hal apa yang tidak bisa aku berikan padamu sampai kamu lebih memilih dia?" sela Alana sembari merengek.
Daichi tidak berkata-kata, tetapi tangannya menyentuh dadanya sendiri.
"Apa maksudmu?" tanya Alana tak mengerti.
"Aku juga tidak tahu dengan perasaan aku sendiri. Tapi yang aku sadari, hanya saat bersama Liora jantungku berdebar-debar. Hanya saat jauh darinya aku merasakan rindu yang menusuk-nusuk dadaku. Dan hanya dia pula—yang membuat aku tidak bisa berpikir waras," jawab Daichi apa adanya.
Dan hanya dia—yang membuat tubuhku tak terkendali.
Alana meneteskan air matanya. Lalu memeluk Daichi dengan erat.
"Jelas-jelas akulah yang lebih awal mengenalmu, aku sudah jatuh cinta padamu sejak pertemuan pertama. Tapi kenapa aku kalah oleh gadis yang baru dua minggu kamu temui? Ini terlalu menyakitkan bagiku, aku tidak bisa menerimanya," tangis Alana.
Daichi tahu, memang tak mudah bagi Alana untuk menerima. Alana sejak kecil dimanjakan oleh keluarganya. Tak ada hal yang tak bisa Alana dapatkan selama ini. Apa yang dia mau, selalu diusahakan sampai terwujud. Makanya Daichi paham bagaimana perasaannya ketika cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Dari segi apapun kamu tidak kalah dari Liora. Tapi kamu harus mengerti jika hati tidak bisa dipaksakan. Aku yakin suatu saat kamu akan mendapat lelaki yang jauh lebih baik dariku!" bujuk Daichi sembari melepaskan pelukan dari Alana.
"Tapi aku hanya mencintaimu," rengek Alana memelas.
"Sudah malam, sebaiknya kita kembali ke hotel!" tegas Daichi. " Dan besok, aku mau pulang ke Jakarta. Sebaiknya kamu besok juga pulang ke Itali, di sini tidak aman jika kamu sendirian!" timpalnya dengan tegas.
*
*
*
Kedatangan Liora dan Mada yang berduaan dan cukup mesra membuat pesta Queensha menjadi gempar, pasalnya semua tamu undangan tahu jika Queensha mengincar Mada.
Malam ini Liora sengaja membiarkan Mada menggandeng tangannya, dan itu berhasil membuat Queensha cemburu. Bahkan Liora juga dengan sengaja mendekati papanya Queensha.
"Om, apa kabar? Papa mengirimkan salam untukmu Om," ujar Liora.
"Wah, serius? Jangan lupa sampaikan salam balik untuk papamu juga ya?" balas Papanya Queensha antusias.
"Pasti, Om."
"Ya sudah, kalau gitu kalian silakan menikmati. Om mau menemui tamu yang lain dulu ya?" pamit papanya Queensha ramah.
"Iya, Om."
"Sejak kapan kamu dekat lagi dengan papamu?" tanya Queensha merasa heran.
"Pertanyaan macam apa itu," balas Liora santai.
"Yah, semua orang kan tahu kalau kamu minggat dari rumah karena papamu selingkuh dengan mantan sahabat kamu sendiri," cibir Queensha.
Liora memutar bola matanya malas, ketika Queensha kalah karena Mada maka akan menggunakan skandal orang tuanya sebagai senjata.
"Queen, ini adalah hari ulang tahunmu. Sebaiknya kamu fokus pada pestamu, jangan menyerang Liora nanti malah mempermalukan kamu sendiri!" sergah Mada.
"Kamu sendiri datang ke pesta ku tapi tidak mengucapkan selamat padaku!" sungut Queensha pada Mada.
"Selamat ulang tahun," balas Mada datar.
Walau hanya begitu, tapi Queensha sudah meleleh. " Aku senang kamu datang ke pestaku."
Mada langsung panik, dia melirik ke arah Liora lalu ke arah Queensha, " Jangan salah paham! Aku datang karena menemani Liora!" tegasnya.
Liora tersenyum smirk. Lelaki seperti inilah tipenya, yang bisa dengan tegas memilihnya saat ada gadis lain menggatal. Liora paling benci dengan lelaki yang tidak setia.
Tiba-tiba dia jadi teringat Daichi, membuat mood nya jadi berantakan lagi. Daichi selain dicap sebagai lelaki yang ingkar janji juga lelaki yang tidak tegas, karena saat ini masih berhubungan dengannya tapi malah pergi ke Bali dengan wanita lain. Apalagi saat mengingat bagaimana geragasnya Daichi, Liora yakin jika Daichi dan temannya pasti tidur bersama.
"Kenapa kamu jadi murung? Pasti gara-gara ucapan Queensha tadi ya? Jangan dipikirkan, ayo sebaiknya kita nyari duduk yang nyaman dan makan saja," bujuk Mada dengan lembut.
"Iya," jawab Liora dengan patuh.
Mereka memilih duduk ke kursi di luar ruangan, sesekali Liora memperhatikan Mada yang tatapan matanya tak pernah lepas darinya.
Mada ini sebenarnya baik, kalau aku bersamanya pasti dia akan melakukan apapun yang aku mau. Tidak seperti Kak Daichi yang liar dan susah ditebak. Tapi—sudah tahu begini kenapa aku tidak bisa menerima Mada? Kenapa aku tidak bisa tenang saat memikirkan Kak Daichi yang berduaan dengan wanita lain? Ah menyebalkan.
"Liora, kamu pengen makan apa biar aku ambilkan?" tanya Mada penuh kasih.
"Nggak usah, sebenarnya aku malas berada di sini," jawab Liora dengan jujur.
"Kalau memang nggak suka kenapa dipaksakan? Bagaimana kalau malam ini kita keliling kota aja?" tawar Mada.
"Bukan ide yang buruk," jawab Liora.
Mada langsung tersenyum sumringah, dan itu membuat Liora tidak nyaman.
Sesampainya di mobil, Liora pun menatap Mada.
"Maaf," cicit Liora menundukkan kepala.
"Maaf untuk apa?" tanya Mada heran.
"Sebenarnya, aku memanfaatkan kamu untuk membuat Queensha kesal," tutur Liora apa adanya. Dia memilih jujur dari pada kedepannya terus dihantui oleh perasaan bersalah.
Tapi bukannya marah, Mada justru tersenyum tulus. "Aku justru senang, karena setidaknya aku masih berguna untukmu. Kedepannya kalau kamu butuh bantuan apapun, jangan sungkan langsung hubungi aku?"
Liora merasa lega, tapi dia juga berpikir apakah kelak dia akan menyesal jika menyia-nyiakan lelaki sebaik ini?
semoga sehat selalu
gemes deh bacanya