Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Pertemuan Yoda Dan Kedua Orang Tua Amira
Suasana ruang rawat klinik malam itu terasa tenang. Hanya bunyi detik jam dinding dan langkah kaki perawat yang sesekali lewat terdengar samar. Amira terlelap dengan perban di lutut dan sikunya. Di samping ranjangnya, Yoda masih duduk, bersandar lelah. Namun, matanya tetap terbuka. Ia tak sanggup benar-benar tidur sebelum memastikan Amira baik-baik saja.
Pintu kamar tiba-tiba berderit. Yoda refleks menoleh. Dua sosok masuk dengan wajah penuh kecemasan, ternyata Daisya dan Ferdi, orang tua Amira.
“Amira!” seru Daisya, buru-buru menghampiri putrinya. Suaranya bergetar antara lega dan panik. Ferdi menutup pintu perlahan, lalu ikut mendekat.
Mereka tertegun sejenak ketika melihat ada sosok pria berseragam TNI duduk di sisi ranjang. Yoda segera berdiri, memberi salam sopan. “Assalamu’alaikum, Tante, Om.…”
Daisya dan Ferdi saling pandang, sedikit terkejut. Mereka memang belum kenal atau bertemu langsung dengan Yoda. Saat Pak Harimurti bertemu dengan Dallas, Daisya dan Ferdi, Yoda tidak diikutkan. Jadi, sudah dipastikan mereka belum tahu kalau pria berbaju TNI itu Yoda.
“Wa’alaikumussalam….” jawab Ferdi dengan nada hati-hati. “Kamu, siapa, Nak?”
Yoda menundukkan kepala dengan hormat. “Perkenalkan, saya Yoda, Om. Temannya Amira. Tadi saya kebetulan ada di jalan saat kecelakaan itu terjadi.”
Daisya menatap putrinya yang masih tertidur lelap. Sementara Ferdi melangkah mendekat, menatap Yoda tajam, seolah mencari kebenaran dari matanya. “Kamu yang menolong Amira?”
“Iya, Om,” jawab Yoda tenang tapi tulus. “Saat saya datang, Amira sudah dikerumuni orang-orang. Kata saksi, motornya tersenggol truk dari samping, lalu ia jatuh terseret. Saya langsung membawanya ke sini.”
Suasana hening beberapa detik. Hanya terdengar napas teratur Amira. Daisya memegang tangan putrinya dengan air mata yang jatuh. “Ya Allah … putriku.”
Ferdi menghela napas panjang, lalu menatap Yoda lagi. "Terima kasih sudah menolong Amira. Kalau tidak ada kamu, mungkin kami tidak tahu apa jadinya."
“Itu sudah kewajiban saya, Om. Siapa pun pasti akan melakukan hal yang sama," balas Yoda.
Ferdi dan Daisya tersenyum lega. Dia merasa berterimakasih atas pertolongan Yoda terhadap Amira.
"Terimakasih banyak, Nak ...." Kalimat Ferdi menggantung, dia ingin menyebut nama Yoda, tapi justru tidak tahu namanya.
"Sama-sama, Om. Perkenalkan nama saya Prayoda Pratama, atau bisa dipanggil Yoda." Yoda langsung menyebutkan namanya.
Ferdi tersenyum, ternyata maksudnya begitu dipahami oleh Yoda.
Di sisi lain, Daisya seakan diingatkan kembali dengan pertemuan salah satu rekan kerja adik dari Daisya yaitu Dallas.
"Jangan-jangan anak muda ini merupakan anak dari temannya Dallas. Ah, aku ingat, sepertinya Yoda adalah anak dari Pak Harimurti yang kala itu menawarkan perjodohan anaknya dengan Amira."
Daisya yakin kalau Yoda merupakan anak dari salah satu rekan Dallas. Daisya diam-diam mengamati gerak-gerik Yoda. Dia menilai dalam dekat ini sikap Yoda baik dan santun juga penuh tanggung jawab.
Tiba-tiba Amira menggeliat pelan, matanya terbuka samar. “Bunda … Ayah …” suaranya lirih.
Daisya langsung mengusap rambut putrinya. “Iya, Sayang, Bunda sama Ayah di sini.”
Amira tersenyum lemah, lalu matanya beralih pada Yoda yang berdiri sedikit menjauh. Ada rasa hangat, tapi juga canggung. "Kak Yoda masih di sini?”
Yoda mengangguk pelan, lalu memberikan senyum yang tulus.
Amira menunduk, pipinya memerah. Ia tidak menyangka Yoda benar-benar setia menunggunya sampai orang tuanya datang. Daisya dan Ferdi memperhatikan interaksi kecil itu. Ada sesuatu yang membuat mereka diam, seakan sedang menilai.
Daisya beberapa kali bertanya pada Yoda tentang kronologi kejadian. Yoda menjawab jelas, tanpa melebihkan atau mengurangi. Ferdi hanya sesekali menimpali, masih berusaha mengenali sosok di depannya.
Hingga akhirnya, ketika suasana mulai tenang, Yoda pamit. “Om, Tante, saya pulang dulu. Biar Amira bisa istirahat dengan nyaman. Kalau besok diperlukan untuk mengurus motor atau laporan, saya siap bantu.”
Ferdi mengangguk. “Baik, Nak Yoda. Sekali lagi, terima kasih.”
Sebelum keluar, Yoda menatap Amira sejenak. Senyum tipisnya penuh arti. “Istirahat ya, Amira. Semoga cepat pulih."
Amira hanya mampu mengangguk kecil. Matanya mengikuti langkah Yoda hingga pintu tertutup.
semoga amira yoda lolos babak 40🤲🤲🤲🤲🤲
Semoga dokter Serelia gak buat ulah ya 😡🙏🏻
bisa bahaya