Ganjaran Bagi Suami Dan Keluarga Pengkhianat

Talita merasa sangat kesal karena panggilan telpon langsung di tolak oleh sang suami. Dan tak putus asa wanita itu kembali menelpon. Lagi-lagi panggilannya di tolak. Padahal dirinya hanya ingin memberitahu Delon tentang hadiah pernikahan dari orang tuanya yang memberikan tiket untuk ke Bali.

"Arrrgghhh ! Dasar! Semua pria sama saja. Baru saja tiba di sana ia sudah tak perduli pada ku lagi." Gerutu Talita penuh kemarahan. la melempar handphonenya ke atas kasur dengan frustrasi. Hatinya begitu cemburu membayangkan sang suami mungkin saat ini sedang berduaan dengan istri tuanya. Apalagi setahu dia,rumah Delon tak memiliki ART. Itu berarti hanya ada sepasang suami istri dalam rumah tersebut,yaitu Delon dan Zeline.

"Aku akan membuat dirimu menjadi suami ku satu-satunya Mas. Aku nggak rela berbagi suami dengan istri tuamu itu." Kini Talita tersenyum licik membayangkan rencana busuknya. Ia kini semakin bebas melakukan apapun karena sudah tak lagi menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Dan kedua orang tua Talita tersebut sudah kembali ke daerahnya. Pak Beni sebagai ayah kandung Talita sangat percaya dengan menantunya,sehingga tanpa ragu langsung bergegas pulang paginya setelah acara pernikahan anaknya selesai.

Tak ingin larut dalam kemarahan nya,Talita akhirnya membaringkan tubuhnya di kasur dan perlahan-lahan mulai tertidur.

...----------------...

Delon yang sangat panik karena tak melihat istrinya di rumah,pada akhirnya langsung menghubungi nomor Zeline. Akan tetapi nomor wanita yang masih dicintai itu tak bisa dihubungi. Maka semakin panik lah pria itu.

Di tengah kepanikannya itu timbul rasa bersalah dalam dirinya karena telah pergi meninggalkan istrinya sendirian di rumah tanpa ada yang menemaninya. Jika sampai terjadi sesuatu pada Zeline maka itu semua adalah kesalahannya.

"Ya Tuhan,semoga Zeline baik-baik saja. Atau mungkin ia sedang di rumah ibu ?" Gumam Delon dengan binar bahagia. Ada secercah harapan bahwa istrinya mungkin sedang ke rumah sang Ibu karena sebelumnya wanita itu ingin mengunjungi Berti. Tanpa membuang waktunya lebih banyak,Delon segera meletakkan koper yang ia bawa dan keluar dari rumah. Tujuannya saat ini adalah rumah sang ibu.

"Nggak ada. Emangnya kamu nggak nelpon tanya di mana dia sekarang ?" Tanya Berti dengan wajah dongkol. Sungguh ia tak ingin mau tahu tentang menantunya itu. Ia kini sedang berbahagia dengan adanya Talita sebagai menantu barunya.

"Udah aku hubungi Bu,tapi nggak bisa." jawab Delon dengan wajah lesu. Pria itu benar-benar terlihat sangat lelah. Setelah pernikahan ia belum mendapatkan istirahat yang cukup karena sering mendapatkan gangguan dari Talita.

"Udah,ngapain juga kamu mikirin wanita itu. Kan udah ada Talita. Daripada sama dia, pelit banget. Ibu sampai sekarang nggak dikasih uang sama Zeline ."

"Tapi Bu,Zeline juga istri aku. Aku takut terjadi sesuatu padanya." ujar Delon dengan wajah yang sangat kuatir. Berti yang melihat sang putra masih saja memikirkan menantu yang tidak disukainya itu merasa lelah berdebat dan langsung melengos pergi begitu saja.

Sementara itu,Zeline ternyata telah pulang dari kediaman Lindri dan tiba di rumah. Waktunya hanya berselisih beberapa menit setelah Delon pergi mencarinya ke rumah Berti.

Dari koper yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamar,Zeline sudah tahu bahwa sang suami telah kembali. Namun ia tak ambil pusing dan langsung menuju kamar untuk membersihkan tubuhnya.

Saat baru saja selesai berdandan dengan menggunakan make tipis di wajah cantiknya,tiba-tiba di luar rumah terdengar bunyi mobil memasuki halaman. Zeline sudah sangat hafal bahwa itu suaminya.

"Sayang,kamu di mana saja tadi ? Aku mencari mu sana-sini." Delon langsung menghambur memeluk tubuh wanita yang masih sah menjadi istrinya itu.

"Lepas Mas! Aku gerahhh...." Sebisa mungkin Zeline melepaskan tubuhnya dari pelukan Delon. Tiba-tiba saja rasa jijik menjalar dalam dirinya saat membayangkan bahwa kini suaminya itu sudah menikah dengan wanita lain.

"Kamu kenapa sayang ? Kok nggak suka aku peluk ? Tanya Delon kebingungan mendapatkan penolakan dari sang istri.

"Maaf Mas,aku gerah." jawab Zeline beralasan. Untuk lebih meyakinkan suaminya ia sengaja mengipasi wajahnya dengan telapak tangan.

"Pertanyaan ku tadi belum kamu jawab sayang. Dari mana saja hmm ?" Tanya Delon dengan lembut. Pria itu merasa sang istri terlihat pucat namun tak terlalu memperdulikan hal itu.

"Aku keluar sebentar untuk membeli kebutuhan bulanan." Bohong Zeline yang tak ingin Delon mengetahui hubungannya bersama Lindri. Ia tak ingin semuanya menjadi berantakan ketika Delon dan keluarganya mengetahui bahwa Lindri adalah teman Zeline. Apalagi jika mereka mengetahui bahwa Zeline menginap di rumah Lindri. Bisa-bisa Berti semakin murka padanya.

"Ohhh .. Baiklah. Lain kali diam saja di rumah. Biarkan aku yang keluar." Ucap Delon sambil tersenyum lembut.

"Iya Mas."

Namun dalam hati yang paling dalam,Zeline berjanji tidak akan mengikuti saran suaminya itu yang bisa saja akan menghabiskan semua uang yang ia titipkan. Kini tak ada lagi Zeline wanita patuh seperti dulu. Namun Delon masih tak menyadari hal ini. Pria itu berpikir bahwa semuanya masih berada di bawa kendalinya.