Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Memberi Pernyataan
"Aku akan menerima segala konsekuensinya," jawab Tavisha yang tiba-tiba saja sangat yakin dengan apa yang dia ucapkan.
"Apa maksudmu dengan menerima konsekuensinya. Apa kau yakin dengan semua pemikiranmu bahwa kondisinya akan jauh baik-baik saja?" tanya Kastara.
"Hanya ini yang bisa kita lakukan dan aku mohon untuk kamu mengikutinya agar kondisi pasien jauh lebih baik. Ini yang terbaik dan seperti apa yang aku katakan jika semua keamanannya aku yang akan bertanggung jawab," ucapnya lagi yang pakai berusaha meyakinkan Kastara.
Kastara terlihat berpikir dan tampak frustasi dengan semua yang ada di dalam kepalanya.
"Aku mohon! paling tidak gunakan ini hanya untuk menyelamatkan temanmu," ucap Tavisha.
Kepala Kastara bisa pecah karena mendengarkan semua perkataan Tavisha yang membuatnya memilih untuk pergi dari hadapan Tavisha.
"Kamu mau kemana?"
"Aku belum selesai bicara?"
"Bagaimana keputusan kamu?"
"Kamu harus mengambil tindakan secepatnya dan tidak bisa didiamkan begini saja dan semua ini demi kebaikan pasien. Apa kamu tidak mendengar ku?"
Tavisha yang kerap kali berteriak mencoba untuk mendapatkan jawaban dari Kastara yang tetap saja menghiraukannya dan memasuki rumah yang tidak mempedulikan Tavisha.
"Aku sudah menduga bahwa dia tidak akan setuju dengan apa yang aku katakan. Kenapa laki-laki itu begitu sangat keras kepala. Dia menginginkan temannya untuk semua Tetapi dia tidak berusaha untuk melakukannya," batin Tavisha yang benar-benar terlihat lelah menghadapi Kastara.
****
Anara yang terlihat begitu kesal karena permintaannya tidak ditanggapi oleh Kastara yang sebenarnya sebelumnya dia juga sudah tahu bahwa Kastara tidak akan setuju dengan hal itu.
"Padahal yang aku katakan kepadanya adalah demi kebaikan temannya. Dia yang menginginkan temannya untuk sembuh dan dia juga yang menghalanginya," ucap Tavisha menghela nafas yang duduk di pinggir ranjang.
Tok-tok-tok.
Tavisha melihat ke arah pintu, Tavisha langsung berdiri dan membuka pintu kamar.
"Ada apa Bi?" tanya Tavisha.
"Tuan Kastara menyuruh Anda ke ruangan tuan Damian," jawab Bibi.
"Apa dia tidak bosan terus saja menyuruhku memeriksa temannya yang hasilnya juga itu-itu saja," gumam Tavisha yang memang kalau bisa setiap detik dia harus berada di sana.
"Baiklah!" sahut Tavisha yang tidak masuk ke kamar lagi dan langsung pergi dan begitu juga dengan Bibi melanjutkan pekerjaannya.
Tavisha membuka pintu ruangan Damian yang sudah dipastikan Kastara ada di sana bersama dengan Vanya.
"Kenapa memanggil aku dan belum 30 menit aku dari kamar ini?" tanyanya.
"Kali ini aku setuju dengan saran yang kau berikan," jawab Kastara yang membuat Tavisha cukup kaget.
Sementara Vanya yang terlihat begitu bingung yang memang sebelumnya dia tidak diceritakan apa-apa.
"Saran apa Kastara?" tanya Vanya.
"Damian harus kembali dioperasi dan harus dibawa ke rumah sakit kembali," jawab Kastara.
"Apah!" pekik Vanya yang terlihat begitu kaget dan sementara Tavisha jelas merasa senang.
"Tidak Kastara! Kamu jangan gegabah mengambil keputusan itu. Ini sangat bahaya untuk kita!" protes Vanya mengingatkan Kastara.
"Ini tidak bahaya dan justru ini jalan satu-satunya. Aku juga sudah memikirkan semua ini, aku menyelidiki permasalahan yang terjadi pada teman kalian dan aku juga sudah berunding dengan Seniorku dengan memperlihatkan hasil medis pasien. Jadi tindakan ini memang harus diambil secepatnya sebelum kondisi pasien semakin parah!" tegas Tavisha yang kembali memberi keyakinan.
"Aku capek mendengar semua omongan kamu yang tidak ada yang benar satu pun. Kamu begitu lama menangani pasien dan kamu terus mengatakan kondisinya meningkat, ada kemajuan, baik-baik saja, melewati masa kritis dan pada nyatanya sampai saat ini Damian tidak sadarkan diri dan sekarang kamu memberi saran untuk dibawa ke rumah sakit,"
"Tunggu dulu, jangan-jangan kamu ingin menjebak kita semua dan ketika sudah berada di rumah sakit maka kamu akan melancarkan semua rencana kamu yang akhirnya kamu terbebas dan kami akan berurusan dengan orang-orang itu," ucap Vanya dengan penuh kecurigaan.
"Astagfirullah..... sumpah demi Allah saya sama sekali tidak punya pikiran seperti itu. Apa yang saya lakukan karena naluri saya sebagai Dokter demi kesembuhan pasien. Jika pada awalnya saya ingin melaporkan kalian ke polisi atas tindakan kalian yang membuat posisi saya seperti ini dan sudah membuat kekacauan di rumah sakit pasti itu udah saya lakukan sejak awal,"
"Sudah berkali-kali saya mengatakan bahwa sudah berusaha semampunya dan saya bukan Tuhan. Tetapi jika ada jalan lain kenapa tidak dan justru tindakan kalian menahan pasien disini tidak akan memberikan perkembangan apapun!" tegas Tavisha memberi pernyataan menohok kepada Vanya agar tidak menuduhnya sembarangan.
"Kau wanita yang sangat pandai merangkai kata-kata sehingga orang harus mempercayaimu dan padahal kau sendiri ingin lari dari tanggung jawab," sahut Vanya.
"Sudahlah hentikan semuanya," sahut Kastara dengan kepalanya yang hanya semakin sakit jika mendengar perdebatan yang terjadi di kamar itu.
"Kastara aku mohon kepadamu untuk kali ini tidak mengikuti apa kata wanita itu dan jangan sampai kita terjebak!" tegas Vanya mempengaruhi pikiran Kastara.
"Aku sudah memikirkan semua ini dan tidak ada salahnya kita coba. Dia juga berjanji akan mengatur seluruh keamanannya," jawab Kastara.
"Kamu percaya padanya?" tanya Vanya yang tidak percaya dengan tanggapan Kastara.
"Jika saran yang dia berikan tidak juga memberi pengaruh apapun pada Damian maka dia akan bertanggung jawab!" tegas Kastara melihat ke arah Tavisha.
Sejujurnya Tavisha sangat takut sekali mendengar kata-kata itu. Dia hanya mengeluarkan celetukan saja yang memberanikan diri untuk memastikan dan meyakinkan Kastara tentang hal itu yang padahal sebenarnya Tavisha juga bukan Tuhan yang pasti belum tentu Damian sadar.
"Jadi kita ikuti saja saran yang dia berikan!" tegas Kastara.
"Kau minta bantuan pada pelayan untuk membantu Damien agar secepatnya dibawa ke rumah sakit," ucap Kastara memberi perintah pada Tavisha yang membuat Tavisha menganggukkan kepala.
Kastara tidak banyak bicara dan berlalu dari hadapan Vanya dan Tavisha.
"Kastara ini tidak masuk akal. Kamu harus memikirkan dulu. Jangan mengambil tindakan seperti ini dan kita yang dirugikan dalam hal ini!" Vanya berteriak-teriak tidak jelas yang tidak dipedulikan Kastara yang sudah keluar dari kamar itu.
Tavisha merasa sangat bersyukur dengan permintaannya yang dipertimbangkan dan akhirnya setujui. Tavisha tidak membuang waktu yang ingin melepas seluruh anak medis yang menempel pada pasien.
"Tunggu!" tangan Tavisha tiba-tiba saja ditahan Vanya dengan memegang pergelangan tangan itu cukup keras.
"Ada apa?" tanya Tavisha.
"Apa rencanamu sebenarnya hah! Kau berusaha untuk mempengaruhinya?" tanya Vanya.
"Aku tidak harus menjelaskan dua kali dan aku hanya menegaskan bahwa melakukan semua ini demi pasien!" tegas Tavisha.
"Kenapa kau semakin hari semakin berani di rumah ini. Kau harus tahu jika kau hanya seorang Dokter dan jika Kastara murka kau juga bisa mati!" tegas Vanya.
"Jika memang aku harus mati di tangan kalian maka itu sudah takdirku," jawabnya dengan santai yang melepaskan tangannya dari Vanya.
"Kau sama sekali tidak punya hak untuk melakukan apapun di rumah ini dan termasuk berkaitan dengan Kastara. Kau bukan siapa-siapa," ucap Vanya.
Tavisha menghela nafas yang melihat ke arah Vanya.
"Jangan melupakan sesuatu jika aku adalah istri Kastara dan aku lebih punya hak atas dirinya dibandingkan dirimu!" tegas Tavisha yang pasti sudah sangat mengejutkan Vanya.
Bersambung.....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini