Di dunia ini manusia terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu fells, Aether, dan Halflings. Fells merupakan manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun, dan hanya menjalani hidup seperti manusia biasa Sedangkan Aether adalah manusia yang memiliki kemampuan pengendalian elemen, setiap orang hanya bisa mengendalikan 1 elemen. Namun ada spesies khusus di dalamnya yaitu dark dan light yaitu pengendali elemen kegelapan dan cahaya Halflings adalah manusia yang bisa merubah dirinya menjadi hewan Dan itulah penjelasan singkat tentang cerita ini selanjutnya akan dibahas didalam
Bagian 5
Beberapa minggu telah berlalu dengan normal di Akademi Aetheris, dan esok merupakan hari upacara pembukaan Turnamen Aetheris.
Namun hari itu terasa sangat lambat bagi Arsen yang tidak sabar menunggu akan hari esok.
Sudah lama ia direndahkan dan dicaci. Kini ia akan menunjukkan pada semua orang bahwa ia juga bisa menjadi kuat dengan caranya sendiri.
Ia benar benar mulai semuanya dari nol. Jadi tak heran mengapa ia sangat bangga dengan pencapaiannya sekarang.
Ia sekarang sedang belajar di perpustakaan namun yang membedakan hari ini adalah ia dihimpit oleh dua titan yang tak punya kerjaan.
“Kalian sedang apa disini?” Tegur Arsen dengan kesal.
“Hey. Aku yang sudah menemanimu belajar selama beberapa minggu terakhir, aku juga tidak tau mengapa dia ada disini” jelas Axel.
“Tak apalah, kau butuh tenaga untuk esok hari jadi aku inisiatif untuk menemanimu belajar dan membawakanmu snack” Rize langsung menaruh beberapa snack yang ia bawa ke meja belajar.
Mata Arsen langsung berbinar melihat snack yang dibawa Rize.
“Axel kau bisa kembali saja sekarang!” Titah Arsen.
Axel pun terkejut, ternyata harga dirinya bisa dibayar dengan snack murahan.
Kebetulan ia juga membawa satu hal yang tidak bisa ditolak oleh Arsen.
Ia menaruh susu pisang diatas meja.
“Yasudah kalian boleh ada disini tapi jangan menggangguku!” Terang Arsen.
Ia kembali belajar dengan hening dan terus terpaku dengan pelajarannya.
Sedangkan Axel dan Rize hanya diam memperhatikan Arsen belajar.
Hingga akhirnya Axe memberi kode kepada Rize agar keluar dari perpustakaan dan meninggalkan mereka berdua.
Rize awalnya jengkel karena disuruh meninggalkan mereka sampai akhirnya ia ingat perkataan Razen tentang Axel dan Arsen.
“Arsen aku harus segera kembali, karena aku ada beberapa urusan yah, lagipula bukan aku yang akan mengikuti turnamen” ucap Rize sambil berdiri dari tempat duduknya.
“Oh, oke, apakah aku boleh menyimpan snacknya?”
Arsen mendongak menatap Rize meminta jawaban.
“Aku memang membawakannya untukmu” ungkap Rize dengan senyum tulus kemudian meninggalkan mereka berdua.
Kemudian Arsen kembali belajar sedangkan Axel yang mulai kesal karena dari tadi tidak dianggap.
Axel mengambil buku manipulasi kodra yang sedang dibaca oleh Arsen dan menaruhnya di belakangnya.
“Heii, kita sudah sepakat kalau kau tidak akan menggangguku” tegur Arsen dan mencoba mengambil buku dari tangan Axel.
“Perhatikan aku juga, kau dari tadi hanya memperhatikan buku tanpa menghiraukan diriku. Apakah buku ini lebih menarik dibanding aku?” Ungkap Axel.
“Tentu saja, buku itu memiliki ilmu yang bisa menjamin masa depanku” jawab Arsen.
“Aku adalah masa depanmu Arsen!” ucap Axel.
Arsen pun tertegun sesaat.
Ia kembali mencerna apa yang baru saja diungkapkan oleh Axel.
Ia kemudian menyadarkan dirinya.
“Jangan mulai menggodaku, aku tidak suka kalau kau bercanda seperti ini.
Kau boleh menggangguku di dalam pelajaran tapi jangan kau beri aku harapan kemudian menjatuhkanku kembali” jelas Arsen.
Axel pun tersadar dengan ucapannya.
Apakah benar ia mempermainkan Arsen?.
Ia memang menolak Arsen kemarin lalu mengapa sekarang ia tidak terima jika Arsen tidak memperhatikannya?.
Hatinya sudah mantap waktu itu menolak Arsen lalu mengapa sekarang ia kembali bimbang?.
“Ya aku salah” Axel kemudian mengembalikan buku yang tadi ia ambil.
Ia beranjak dari tempat duduknya.
“Aku memang salah, kali ini aku patenkan, sepertinya kita memang tidak butuh satu sama lain.
Aku ingin menjadi kuat, dan kau pula ingin menjadi kuat, namun berteman denganmu hanya akan menghambat kemajuanku, itulah mengapa aku menolakmu
Untuk sedikit waktu aku berpikir bahwa kita bisa membantu satu sama lain, namun ternyata aku salah, kita tidak cocok satu sama lain”
Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Arsen yang terkejut dengan ungkapan dari Axel.
Axel benar benar menganggapnya sebagai hambatan.
Sama seperti orang lain diluar sana yang meremehkannya.
Ia tidak jauh beda.
Rela memutus persahabatan mereka hanya demi kekuatan.
Sedangkan Axel.
Ia kembali termenung di dalam kamarnya.
Ia ingat ap yang diucapkan ayahnya sebelum memasuki Akademi Aetheris.
“Kau harus menjadi permata dewa, dan demi melakukannya kau harus menjalin hubungan baik dengan orang orang yang memiliki pengaruh besar, dan juga kekuatan besar.
Jangan hanya kembangkan kekuatanmu, tapi juga otakmu dan pola pikirmu.
Dan untuk melakukan itu kau harus menjauhi orang orang yang akan menghambatmu, karena hanya dengan menjadi permata dewa lah kau bisa menjaga keluargamu dan orang orang yang penting bagimu”
Apakah ia harus sejauh ini untuk menjadi permata dewa?.
Mengorbankan persahabatannya meskipun ia tidak tau pasti mana orang yang menghambatnya.
Arsen selalu memaksanya belajar ketika di perpustakaan. Namun ia saja yang membangkang.
Ia harap ini adalah jalan yang benar.
Menjauhi Arsen agar ia bisa berkembang di jalannya sendiri.
////////
Malam sudah tiba.
Arsen masih rebahan di atas kasurnya dan memikirkan ucapan Axel tadi ketika di perpustakaan.
Apakah benar ia hanya menghambat seseorang?.
Padahal maju mundurnya seseorang ditentukan oleh diri mereka sendiri.
Dan kini Axel menyalahkannya karena kemajuan dirinya sendiri yang seharusnya itu menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Sama seperti orang diluar sana yang dulu menyalahkannya atas perbuatan yang tidak ia lakukan.
Seperti dulu ia didorong oleh anak bangsawan dan menabrak dagangan seseorang hingga terjatuh dan tidak layak dimakan kembali.
Kemudian ia yang disalahkan karena mereka tidak berani menyalahkan anak bangsawan tersebut.
Tak peduli lah.
Arsen tidak ingin menyalahi Axel. Kalau memang itu pilihannya maka biarkanlah.
Yang perlu ia lakukan adalah mendukung apapun pilihan Axel dan membuktikan kepada semua orang bahwa orang yang mereka anggap rendah pun bisa maju di jalannya sendiri.
Ia akan membuktikan kepada Axel bahwa ia tidak menghambat siapapun.
Arsen kembali memejamkan matanya dan berharap akan tidur.
Namun ketika ia masih setengah sadar ia mendengar suara tepat di samping telinga kanannya berbisik.
“Zeno”
Suara itu kemudian membangunkannya. Ia bergegas mengeceka setiap sudut kamarnya dan mencari orang yang baru saja berbisik di telinganya, namun nihil.
Ia tidak menemukan siapapun yang membisikkan kata itu ditelinganya.
‘Lagi lagi tentang Zeno, aku harus segera mencari tau tentang kebenaran dari nama Zeno’
////////
Sedangkan di tempat lain.
Kepala Akademi Gaetry sedang memantau persiapan untuk turnamen esok hari sampai akhirnya tiba seorang penjaga gerbang yang menghampirinya.
“Tuan Gaetry, saya ingin melaporkan bahwa lima permata dewa yang akan menyaksikan turnamen esok sudah tiba”
Gaetry langsung berbalik menatap penjaga tersebut.
“Langsung arahkan mereka ke tempat penginapan yang sudah kita sediakan!”
”baik tuan” jawab sang penjaga.
‘Pantas saja aku merasakan hawa yang berbeda di Akademi ini, ternyata mereka sudah sampai yah’
Kekuatan yang para permata dewa punyai memang tidak bisa dibandingkan dengan orang lainnya.
Bahkan yang terlemah dari mereka saja bisa membunuh semua orang yang ada di akademi ini dan keluar tanpa ada luka di tubuhnya.
Dan begitulah para murid tidur dengan adanya aura yang kuat di akademi ini.