NovelToon NovelToon
Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Dilahirkan dalam keluarga kaya, Alea Lily Armstrong tumbuh dalam penolakan. Dianggap pembawa sial, ia dikucilkan dan dibenci. Luka hati mengubahnya menjadi wanita dingin. Pertemuannya dengan Alexander, ketua mafia terluka, membawanya ke dunia gelap.
Lea menjadi "Ratu Mafia Tersembunyi," menyembunyikan identitasnya. Dendam membara, menuntut pembalasan atas luka lama. Di tengah intrik mafia, Lea mencari keadilan. Akankah ia temukan kebahagiaan, ataukah dendam menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Pengakuan Hati dan Gelombang Kehancuran

Pagi itu, rumah keluarga Dirgantara dipenuhi aroma kue dan tawa riang. Alea dan Axel duduk di taman belakang, ditemani Rio dan Rina yang sedang bermain mobil-mobilan di rumput. Matahari pagi menyaring di antara dedaunan, menciptakan suasana yang damai.

Axel menoleh ke arah Alea, tangannya mengusap lembut punggung tangan gadis itu. "Boo," panggilnya pelan.

Alea menoleh, menatap mata Axel yang memancarkan ketulusan. "Ada apa, Yang?"

"Aku... aku tahu mungkin ini terlalu cepat, atau kau merasa terpaksa karena pertunangan kita," Axel memulai, suaranya sedikit gugup. "Tapi, aku ingin kau tahu. Aku tidak pernah merasa terpaksa sedikit pun. Sejak kau masuk ke hidupku, semuanya berubah. Kau membuatku ingin menjadi orang yang lebih baik, membuatku merasakan hal-hal yang tidak pernah kubayangkan. Aku... aku mencintaimu, Alea."

Alea terdiam, jantungnya berdebar. Selama ini, ia hanya fokus pada balas dendam dan adaptasi dengan kehidupan barunya. Perasaan Axel memang sudah terlihat jelas, namun ini adalah kali pertama Alea mendengarnya langsung. Perasaannya campur aduk: haru, bahagia, dan sedikit takut. Tapi, melihat ketulusan di mata Axel, Alea tahu dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaannya sendiri. Hatinya yang dulu beku oleh kepedihan kini perlahan mencair karena kehangatan yang diberikan Axel dan keluarganya.

"Axel..." Alea memulai, suaranya pelan. Ia menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya lagi, menatap Axel. Sebuah senyum tulus terukir di bibirnya, senyum yang jarang sekali ia tunjukkan pada siapa pun. "Aku juga... aku juga mencintaimu."

Mendengar itu, mata Axel langsung berbinar. Wajahnya berseri-seri, seolah ia baru saja memenangkan lotre terbesar di dunia. Tanpa ragu, Axel merengkuh tubuh Alea ke dalam pelukannya, memeluknya erat seerat-eratnya, seolah tak ingin melepaskannya. Kepalanya menunduk, mengubur wajahnya di rambut Alea yang wangi. Ia ingin sekali mencium bibir Alea, merasakannya. Tapi ia tahu, Alea masih di bawah umur, dan orang tuanya pasti akan sangat marah jika ia melakukan hal-hal yang melewati batas. Jadi, Axel hanya bisa puas menciumi pelipis Alea, lalu merambat ke rambut gadis itu, mengecupnya berkali-kali dengan penuh sayang.

"Terima kasih, Boo," bisiknya, suaranya tercekat menahan haru. "Terima kasih sudah mau menerima perasaanku."

Alea membalas pelukan Axel, menyandarkan kepalanya di dada bidang pemuda itu. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Alea merasa benar-benar dicintai dan aman. Kebahagiaan yang murni menyelimuti hatinya.

Tiba-tiba, Axel melepaskan pelukannya. Dengan senyum lebar yang tak bisa luntur dari wajahnya, ia melompat, meloncat-loncat kegirangan seperti anak kecil. Dia bahkan melakukan salto, jumpalitan di tengah rumput, membuat Rio dan Rina yang sedang bermain menatapnya dengan mata berbinar penasaran. Lalu, tanpa aba-aba, Axel berlari menuju kolam renang yang terletak tak jauh dari sana, dan menceburkan diri dengan suara 'byur!' yang keras, menciptakan cipratan air besar yang membuat Alea, Rio, dan Rina tertawa terbahak-bahak. Axel muncul dari dalam air, wajahnya basah kuyup namun senyumnya selebar mungkin. "Aku mencintaimu, Alea!" teriaknya, suaranya bergema di seluruh taman.

Pada saat yang sama, di pusat kota, badai sesungguhnya sedang menerjang Amstrong Corp. Seminggu setelah peretasan Alea, dampak dari kekacauan sistem itu mulai terlihat jelas dan fatal. Bukan hanya operasional internal yang terganggu, tetapi reputasi perusahaan di mata publik dan investor ikut rontok.

"Saham kita anjlok, Pak Richard!" teriak seorang analis keuangan, suaranya panik saat Richard memanggil rapat darurat. Grafik di layar proyektor menunjukkan penurunan tajam yang mengerikan. "Beberapa jam yang lalu, ada laporan di media massa tentang kebocoran data klien. Dan... dan juga isu tentang inefisiensi operasional kita!"

Richard Amstrong membanting tinjunya ke meja kaca, membuat semua orang terlonjak. "Kebocoran data? Inefisiensi? Omong kosong apa ini?! Itu pasti ulah pesaing yang ingin menjatuhkan kita!" Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya.

"Tidak hanya itu, Pak," tambah Kepala Divisi Pemasaran, suaranya gemetar. "Beberapa kontrak kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar, seperti Grup Samudera dan Loka Jaya Bersama, telah ditangguhkan sampai waktu yang tidak ditentukan. Mereka bilang ada masalah kepercayaan terkait stabilitas internal perusahaan kita."

Richard terhuyung mundur, nyaris jatuh ke kursinya. Ini adalah pukulan telak. Grup Samudera dan Loka Jaya Bersama adalah dua klien terbesar Amstrong Corp., menyumbang hampir 40% pendapatan mereka. Penangguhan kontrak ini bisa berarti kehancuran finansial yang serius. Kepercayaan para rekan bisnisnya yang selama ini kokoh, kini menipis bagai kertas yang terbakar. Richard panik, otaknya berputar mencari cara untuk menyelamatkan perusahaannya dari kehancuran yang tak terlihat ini.

"Panggil semua ahli IT! Bayar mereka berapa pun yang mereka mau! Aku ingin tahu siapa yang berani melakukan ini pada Amstrong Corp.! Cepat! Sebelum semuanya hancur!" raung Richard, kini benar-benar putus asa. Dia merasa terpojok, diburu oleh musuh tak kasat mata yang entah bagaimana berhasil meruntuhkan kerajaannya dari dalam. Dia masih belum sedikit pun mencurigai Alea, yang di matanya hanyalah seorang gadis tanpa kekuatan.

Tak lama kemudian, di kediaman Alexander, suasana jauh lebih kelam dan mencekam. Harun dan Indira telah kembali, membawa amplop cokelat penuh bukti yang mereka temukan. Mereka duduk di ruang kerja Alexander, yang kini tatapannya setajam elang, namun wajahnya tetap tenang, menakutkan. Arman berdiri di sampingnya, rahangnya mengeras.

"Jadi... Richard Amstrong," suara Alexander terdengar rendah, nyaris berbisik, namun memiliki kekuatan yang mematikan. "Dia yang merencanakan semua ini."

Harun mengangguk. "Ya, Alexander. Bukti-bukti yang dikumpulkan Pak Budi sangat kuat. Saksi-saksi, rekaman, transaksi mencurigakan. Semuanya mengarah padanya. Dia memodifikasi rem mobil yang menewaskan orang tuamu, dan juga terlibat dalam kecelakaan Edward."

Indira menambahi dengan suara bergetar. "Dan kecelakaanmu juga, Alexander. Supir taksi itu melihat mobil yang menabrakmu berasal dari perusahaan sub-kontraktor Richard. Dan supir itu... meninggal secara misterius seminggu kemudian."

Alexander menutup matanya sejenak, mengepalkan tangan di atas pegangan kursi rodanya. Kemarahan yang membara namun terkendali terpancar dari setiap pori-porinya. Selama ini, ia hanya bisa menduga, kini ia memiliki bukti nyata. Richard Amstrong tidak hanya merebut warisan keluarga Callahan, tetapi juga nyawa orang-orang yang paling dicintainya.

"Richard Amstrong..." Alexander membuka matanya, menatap lurus ke depan. Sorot matanya kini dipenuhi dendam yang dingin dan perhitungan. "Dia akan membayar ini dengan sangat mahal. Bukan hanya dengan kehancuran perusahaannya, tapi dengan seluruh hidupnya."

Arman melangkah maju. "Apa perintahmu, Alexander?"

"Arman, siapkan tim hukum terbaik kita. Aku ingin semua bukti ini dianalisis secara forensik, dipastikan tidak ada celah. Dan siapkan juga tim media kita," perintah Alexander. "Kita tidak akan menyerang Richard Amstrong hanya di satu front. Kita akan menghancurkannya dari segala sisi. Hukum, bisnis, reputasi, dan sosial."

"Baik, Alexander," jawab Arman tegas. Wajahnya menunjukkan emosi yang sama dengan Alexander. Edward adalah adiknya, dan Rosalind, juga adik Alexander, adalah ibu kandung Alea. Kebenaran ini sungguh kejam.

"Let's play the game," bisik Alexander, senyum tipis yang menakutkan terukir di bibirnya.

1
Naruto Uzumaki family
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!