Adik kandungnya, Chantika tiba-tiba saja berubah sifat. Merebut pria yang dicintainya, memonopoli cinta kedua orang tua mereka, setiap usaha yang dipegang adiknya selalu berhasil.
Hingga, pada suatu saat Chantika entah kenapa berusaha membunuh Violetta.
Dalam kematian yang hampir menjemputnya, banyak tanda tanya dalam diri Violetta.
Bagaimana pun dia berusaha tidak akan dapat menyaingi Chantika? Mengapa kekasihnya lebih mencintai Chantika? Mengapa dunia ini begitu tidak adil?
Namun.
Tiba-tiba saja layar berisikan tulisan terlihat di hadapannya. Dilengkapi seorang pemuda dengan pakaian aneh.
"Protagonis telah ditemukan dalam keadaan hidup, siap melayani."
"Ka...kamu siapa?"
"Mulai hari ini anda adalah host yang saya layani. Saya adalah sistem perbaikan dimensi."
Dunia yang ditempati Violetta adalah dunia novel. Dengan Violetta yang merupakan protagonis. Sedangkan Chantika memasuki dunia novel dan merubah cerita seenaknya.
Pertarungan antara penjelajah dan protagonis dimulai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia
"Sombong! Aku ini ibumu! Aku menyesal telah melahirkan anak durhaka sepertimu!" Bentak Dania.
Namun Galan tersenyum, kemudian berucap."Maaf, nona saya harus beristirahat saat ini. Mohon jangan menghalangi jalan."
Benar-benar kata demi kata penuh rasa hormat, begitu menawan. Tapi mengingat stik golf yang sampai saat ini masih tertancap di dinding beton. Tidak ada yang berani melawan pemuda ini.
"Kamu cuma pria penghibur yang disewa untuk membuatku cemburu. Jangan terlalu percaya diri." Sebastian mengepalkan tangannya menahan rasa kesal.
"Tuan Sebastian, anda hanya mantan kekasih nona saya. Jadi mohon jaga jarak. Agar nona merasa lebih aman..." Kalimat dari Galan yang membuat Violetta tertegun.
Apa pria ini cemburu? Apa menyukainya? Kembali melekat pada sang pemuda."Ayo kita ke kamar!" Ucapnya manja, melangkah menuju lantai dua.
Sedangkan Chantika yang menyaksikan segalanya mengepalkan tangannya. Matanya melirik ke arah kedua orang tuanya. Dania dan Prana yang begitu menyayanginya.
"Ayah...ibu... kenapa kakak begitu kejam ingin merusak bisnisku." Gumamnya terisak dalam pelukan Dania.
"Sayang...kamu tenang ya? Besok ibu akan mengundang lebih dari satu stasiun televisi swasta untuk mempromosikan butikmu." Dania berucap lembut.
"Benar! Berani-beraninya anak tidak tahu diuntung itu menggangu putriku yang paling cantik. Ayah akan membuat peraturan baru di perusahaan. Bagi karyawan yang akan menikah wajib membeli gaun di butikmu." Sang ayah menghela napas kasar, mengusap pucuk kepala putrinya.
"Chantika...jangan menangis. Aku akan menemanimu malam ini." Sebastian menghela napas kasar.
Sedangkan Chantika tertegun, perlahan tersenyum. Apa yang dimiliki protagonis wanita akan menjadi miliknya. Seperti dalam cerita novel, kedua orang tua yang menyayangi Violetta. Tunangan rupawan, dari keluarga konglomerat yang memanjakannya. Seperti milik protagonis wanita.
***
Pemuda berambut putih panjang yang melangkah mengikutinya. Sama sekali tidak boleh memberikan informasi tentang masa depan atau informasi rinci kehidupan Violetta.
Lalu bagaimana caranya mengungkapkan segalanya. Sesuatu yang bahkan tidak diketahui oleh Chantika.
"Nona, boleh saya meminta sesuatu?" Tanyanya.
"Mau minta apa? Jangan-jangan kamu jatuh cinta padaku dan ingin jadi pacarku?" Violetta menyipitkan matanya penuh harap. Mengingat Galan tersayang terindikasi cemburu padanya.
"Sebaiknya nona mendekati protagonis pria, agar mendapatkan akhir bahagia." Sebuah jawaban penuh senyuman dipaksakan.
"Lalu kamu minta apa? Kalau mobil aku belum bisa. Lagipula kamu hanya muncul 24 jam." Gumamnya tidak ingin berpisah, lebih tepatnya ingin pemuda ini tetap terlihat. Agar semua orang tidak menganggapnya bicara sendiri.
"Lukisan di gudang. Saya menyukainya." Hanya itulah jawaban dari Galan. Hal yang membuat Violetta tidak mengerti sama sekali. Tapi tidak masalah, untuk pertama kalinya makhluk yang tidak memiliki keinginan ini meminta sesuatu.
"Baik! Nanti malam kita akan mengambilnya, agar tidak ada yang tau..." Gadis yang melangkah memasuki kamarnya. Tidak mengerti sama sekali mengapa Galan menyukai lukisan kakek tua.
***
Sebagian besar lampu telah dimatikan. Saat itulah dirinya keluar dari kamar. Galan yang memimpin jalan, memegang senter. Violetta menatap punggung pemuda ini. Entah kenapa suasana mencekam terasa, seperti ada yang mengamati.
Suara tetesan air terdengar. Gadis yang menelan ludahnya, jantungnya berdegup lebih cepat. Siluet seperti bayangan yang lewat terasa. Dirinya menoleh pada lorong, tapi tidak terlihat siapapun.
Kembali berjalan melewati lorong lain. Saat itu lah dirinya melihat siluet bayangan hitam itu lagi. Tidak berani untuk menoleh sama sekali.
"Tekanan darah nona naik, detak jantung tidak stabil. Apa nona ketakutan? Bayangan yang nona lihat adalah bayangan kita sendiri." Jawaban dari sang pemuda tanpa menoleh ke belakang.
Wajah Violetta memerah karena malu. Benar-benar menahan rasa gengsinya.
"Ekhm...Galan, aku ingin bertanya apa sebenarnya tugas utamamu?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Membimbing host menuju akhir yang bahagia. Saya tidak dapat membantu secara langsung. Hanya membimbing dan membantu sesuai poin yang ditukarkan." Lagi-lagi Galan tidak menoleh, membuat Violetta menghela napas, mengapa jadi begitu serius hanya demi lukisan.
Krieet...
Pintu gudang yang tidak terkunci sama sekali, perlahan terbuka. Lukisan yang dicari benar-benar berada di sana.
"Apa istimewanya lukisan ini." Violetta mengangkat sebelah alisnya, mengambil lukisan sang kakek tua.
"Ini akan berguna, jika nona mendapatkan emas di aliran sungai." Hanya itulah jawaban dari Galan penuh senyuman.
***
Lukisan yang pasa akhirnya dibawa ke dalam kamar Violetta. Kala Galan tengah membersihkan dirinya, Violetta benar-benar penasaran ingin mengintip. Apa Galan manusia? Setidaknya memiliki alat perkembangbiakan seperti manusia.
Rasa penasaran yang membuatnya sedikit mengintip. Masih berada di bawah derasnya air shower, Violetta pernah membayangkan. Tapi tidak mengetahui bentuk tubuh Galan akan seindah ini.
Menelan ludahnya, pemuda yang memunggunginya.
"Nona, jika ada yang anda butuhkan. Mohon katakan setelah saya berpakaian." Ucap Galan masih membersihkan diri seperti tidak peduli.
"A...aku hanya memastikan kamu baik-baik saja!" Violetta menutup pintu cepat. Merasa benar-benar malu setengah mati.
Tapi bagian depannya apa ada alat untuk membuat anak? Entahlah! Violetta menjambak rambutnya sendiri. Mengapa dirinya dapat berfikiran negatif?
Pada akhirnya dirinya kembali duduk, menatap ke arah lukisan yang diinginkan oleh Galan. Setahunya dari dulu lukisan ini memang berada dalam gudang.
Menatap ke arah lukisan dengan seksama. Apa jangan-jangan Galan menyukai pria tua? Tidak! Pasti bukan!
Mengamati tanggal lukisan dengan seksama. Lukisan yang diselesaikan sekitar 30 tahun lalu. Itu artinya tiga tahun sebelum hari kelahirannya. Cukup tua...
Menatap ke arah bagian belakang kanvas. Ada sebuah catatan kecil.
'Hadiah ulang tahun untuk kakekku yang pemarah. Aku harap ayah dan kakek memaafkanku yang sudah mencintainya. Aku akan mencari cara, meyakinkan kalian bahwa dia wanita yang baik.'
Violetta mengangkat salah satu alisnya, hadiah ulang tahun? Untuk siapa? Apa orang yang ada dalam gambar?
Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Benar-benar malas rasanya. Tidak begitu peduli dengan hal yang ada dalam lukisan.
Kembali membuka akun media sosial butiknya. Benar saja, banjir komentar.
Ditambah dengan chat para influencer dan konten kreator lain yang ingin mengunjungi butiknya. Mungkin ini yang dinamakan fomo.
***
Berbagai alat terpasang di tubuhnya. Wajah yang keriput, air matanya mengalir. Usianya kini telah menginjak usia 98 tahun.
Jemari tangan terangkat, menatap ke arah putranya yang terlihat putus asa.
"Biarkan Glen kembali. Ka...ka... katakan, kakeknya ini tidak akan me... menentang lagi keputusannya." Ucap seorang kakek tua terdengar tidak jelas. Alat pernapasan masih terpasang di hidungnya.
Seorang pria mendengarkan permintaan ayahnya. Meneteskan air mata."Ayah...Glen sudah meninggal 27 tahun yang lalu."
"Apa karena wanita itu?" Tanya sang pria tua.
Pria yang menggeleng, menghela napas kasar."Entahlah, tapi semua hasil kerja keras Glen kini dikuasai wanita ular itu dan suami barunya. Mereka juga memiliki dua orang anak perempuan. A...aku akan menghancurkan mereka. Mereka bahagia sedangkan putraku terkubur dalam tanah."
Sang pria tua itu menggeleng."Jangan hidup dengan dendam. Glen tidak akan menyukainya." Ucapnya lirih.
Pria yang mengangguk pada akhirnya."Ayah, aku pergi dulu."
Hanya anggukan dari pria tua yang telah berusia 98 tahun.
Melangkah menelusuri lorong. Usianya kini 68 tahun, tidak lagi muda. Bahkan putra tunggalnya yang memilih memutuskan hubungan keluarga hanya karena wanita picik telah meninggal.
"Glen..." Gumam Derry, salah satu orang terkaya di negara ini. Mengelus foto tua mendiang putranya. Andai saja putranya sadar hanya dimanfaatkan.
Andai saja putranya datang untuk meminta maaf dan kembali pulang. Tidak! Andai saja dirinya menurunkan ego, dan memohon agar putranya kembali.