Menjebak Cinta Gus Tampan

Beberapa waktu Kimmy berada di dalam kamar mandi meskipun ia sudah selesai membersihkan diri sekitar setengah jam yang lalu.

Saking lamanya Ridwan menunggu, ia sampai numpang di kamar mandi milik Riza untuk membersihkan diri.

Sebelum Ridwan pergi ke kelas di pondok pesantren, Ridwan lebih dulu menyiapkan sarapan istrinya lengkap dengan segelas susu hangat, ia membiarkkan istrinya untuk menenangkan diri terlebih dahulu lalu ia akan berbicara nanti.

.

Kimmy mengikuti kelas suaminya, meskipun ia mendengarkan apa yang di terangkan suaminya, tapi otaknya berlarian tanpa tujuan bukan hanya masalahnya tadi pagi dengan Ridwan saja yang mengganggu pikirannya tapi ada hal lain juga yang kini mengusik pikirannya.

Saat tadi ia keluar rumah Kimmy melihat salah satu Ustadz di sana menarik tangan salah satu santri wati memasuki mobil minibus dan pergi menjauhi pondok, ini juga bukan kali pertama Kimmy melihat Ustadz itu membawa gadis yang berbeda sudah ada sekitar tiga kali. Pasti ada sesuatu yang di lakukan Ustatadz itu, sejauh ini feelingnya tidak pernah meleset.

"Kimmy, Kimmy Kau itu kenapa? dari tadi aku memanggilmu kau hanya terdiam seperti itu." Kimmy baru tersadar semua mata memandang ke arahnya begitu juga dengan Ridwan yang menghampiri tempat duduknya.

"Jangan memikirkan kejadian tadi pagi di kelas" Ridwan berbisik dan setelahnya berjata datar "Coba kau jelaskan apa yang tadi ku terangkan di depan."

"Maaf Gus Aku tadi kehilangan fokus. Katakan saja apa hukumannya nanti akan ku kerjakan, aku ada urusan penting aku mohon ijin undur diri." Kimmy bergegas meninggalkan kelas pikirannya hanya satu yatu mencari tau sendiri apa yang Ustadz paruh baya itu lakukan di luar sana.

"Kimmy, Tunggu!"

Kimmy tidak memperdulikan suaminya ia segera menuju mebilnya dan melajukannya dengan kencang membelah jalanan.

Beberapa waktu Kimmy mencari di sekitaran jalan tapi tidak menemukan mobil yang di kendarai Ustadz itu, ia lelah harus kemana ia mencari lagi sedangkan hari sudah mulai siang, Akhirnya ia putuskan untuk kembali ke rumahnya setelah shalat dzuhur di mesjid terdekat.

.

"Kau dari mana?"

"Aku habis mencari sesuatu tapi tidak ku temukan." Kimmy hanya bisa jujur sampai di situ, sungguh tidak mungkin jika Kimmy mengatakan tengah mencurigai seseorang, apa lagi itu tanpa bukti, Bisa-bisa malah timbul fitnah.

"Mencari apa? apa sangat penting hingga kau pergi terge... " Ridwan menggantung kalimatnya saat Kimmy membuka kerudungnya, mata Pria itu menatap leher Kimmy yang terdapat memar bekas cengkraman, Ridwan melupakan pertanyaan sebelumnya.

"Ini." Ridwan mendekat dan meraih leher istrinya, ia usap memar itu secara perlahan.

"Maaf, aku telah betbuat kasar." Ridwan menunduk penuh sesal.

"Ya, dan kau harus tanggung jawab mengobatinya, luka memar itu bukan hanya di sana tapi juga terdapat di tempat lain."

"Di mana lagi? Sini aku obati." Ridwan meraih laci dan mengambil sebuah kotak. "Duduklah." Ridwan menepuk kedua pahanya.

Kimmy berdiri kemudian menurunkan rel sletingnya.

"Dek, kamu mau apa? mau balik memperkosahku?"

"Sembarangan aku akan menunjukan, bukti kau telah merudapaksa diriku." Saat ujung gaminya terongok di bawah kaki Kimmy terdapat beberapa memar di pinggang dan dada, bahkan Kimmy juga membuka ********** untuk menunjukan memar di sekujur tubuhnya.

"Astaghfirullah sejak kapan aku jadi vampire?" Ridwan membatin dengan ringisan.

Ridwan mengobati luka istrianya meskipun di akhir akhir Ridwan meminta upah berupa nirwana yang hanya bisa ia lakukan pada Kimmy, Ridwan selalu menggunakan dalil hanya untuk menakut-nakuti istrinya dan itu berhasil membuat Kimmy pasrah menuruti keinginan sang raja.

.

Entah ada angin apa Kimmy meminta ijin pada suaminya untuk mendatangi asrama putri, saat suaminya ada acara bersama Abi dan Uminya keluar pesantren. tapi saat berada di asrama Kimmy menghampiri salah satu kamar yang dari tadi terdengar ringisan dari dalam kamar, padahal hampir semua santri tengah mengaji. dan alangkah terkejutnya Kimmy mendapati seorang santri yang usianya Kimmy perkirakan baru menginjak belasan dan ia yakin gadis ini yang Kimmy lihat bersama Ustadz itu tempo hari di salah satu mini market. Namun yang jadi perhatiannya kini ia melihat selimut yang di gunakan gadis itu berlumuran darah. Kimmy yakin darah itu bukan darah menstruasi.

"Ning, Ning Kimmy tolong aku!" Lirihnya dengan menahan sakit.

Kimmy segera mendekat kemudian mengambil ponselnya dan merekam, bukan untuk ia sebar atau aibkan melainkan ia harus memiliki bukti untuk kecurigaannya.

Kimmy segera memanggil Riza adik iparnya untuk membawa gadis itu kerumah sakit, sebisa mungkin Kimmy harus tenang jangan sampai ada yang curiga dengan penyelidikannya atau ia akan gagal.

"Riza bawa mobilku ke depan asrama putri, pastikan jangan ada yang melihatmu, bawajuga karpet dan gelar di di jok belakang."

"Ada apa kau mengajakku selingkuh saat Mas Ridwan tak ada, lalu karpet itu untuk alas kita bercinta." Riza berseloroh tanpa filtet.

Kimmy di buat meradang. " Lakukan saja perintahku, jangan membantah nanti juga kau akan tau."

Karna tak ingin ada Fitnah Riza membawa juga kakak perempuannya.

"Mbak tunggu di sini, Kimmy bilang ini misi rahasia jangan bertanya, sebelum adik iparmu mengatakan dengan sendirinya."

"Risma hanya mengangguk patuh." Riza pergi kedalam asrama sesuai arahan Kimmy.

Risma segera membuka pintu belakang saat adiknya membawa seorang gadis yang berlumuran darah di area bokongnya.

"Mbak duduk di belakang dengan Nita. Kimmy kau saja yang menyetir aku kurang pandai mengendarai mobilmu."

"Dasar payah."Kimmy mencibir.

Gadis yang bernama Nita itu di larikan kerumah sakit terdekat, dari keterangan dokter gadis itu mengalami keguguran dan sepertinya itu sengaja di lakukan mengingat ada beberapa rekaman jejak kimia di darah gadis itu.

"Untuk sementara, biarkan Nita di rawat di sini dengan identitas samaran untuk memaskikan kondisi dan keamanannya." Kimmy menerangkan kepada kedua iparnya.

"Sebenarnya ada apa Kimmy? kenapa aku merasa kau mengetahui sesuatu?"

"Sebelum itu aku mau bertanya apa jabatan Ustadz Jaelani di pesanten?"

"Ketua logistics." kali ini Risma yang menjawab, keluarganya, anak dan istrinya tinggal di rumah tak jauh dari pondok.

"Apa mbak tau jika Ustadz itu kadang pergi dengan santriwati yang berbeda?"

"Ya dek, untuk berbelanja perlengkapan pesantren."

"Kenapa yang di ajak bukan santri pria saja?"

"Sebenarnya kadang santri pria kadang pula keduanya."

"Kimmy sebenarnya ada apa? "Riza bertanya dengan tidak sabar.

"Aku beberapa kali mendapati Ustadz Jaelani pergi berdua diluar sana dengan para santri wati yang berbeda, awalnya aku tidak merasa terganggu, sampai ada kejadian yang menurutku janggal. Aku harus hati-hati dalam bertindak jangan sampai salah kangkah. Dan beberapa hari lalu aku melihat Nita dan Ustadz itu."

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

"Mbak cukup diam dan mengikuti rencanaku."

"Riza aku membutuhkan bantuanmu."