Semenjak kematian 'DIA' Aqila makin brutal dan makin bringas. Ia tak segan-segan untuk membunuh mereka yang sudah mengusik ketenangannya. Dia tak akan pernah menyerah dan berhenti untuk mencari seseorang yang sudah membunuh 'DIA.
"Darah dibalas dengan darah."
"nyawa dibalas dengan nyawa."
"penghianat tetaplah penghianat, mereka hanya sampah masyarakat yang hanya bisa membuat meresahkan. Jika hidupnya tak guna kenapa tidak mati saja?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuniar Febriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Di taman belakang sekolah
"Oy," ucap Gibran sambil menepuk bahu Arjuna yang sedang menatap taman dengan tatapan yang kosong.
Arjuna yang ditepuk pun hanya menatap datar ke arah Gibran.
"Apa lo masih cemburu atau gak terima kalo gua nikah sama Aqila?" tanya Gibran kepada Arjuna.
"Lo juga pasti tau kan jawabannya," sinis Arjuna kepada Gibran.
"Kalem Nyet, kan apa kata gua dulu. Gua gak bakalan rebut Aqila kalo misalnya Aqila bahagia sama lo, tapikan nyatanya enggak. Aqila malah tersakiti kalo sama lo terus," ucap Gibran dengan jujurnya.
Arjuna yang mendengar ucapan Gibran ia pun menghela napas, dia pun merasa benar dengan apa yang diucapkan oleh Gibran.
"Jaga Aqila baik-baik ya," ucap Arjuna menepuk bahu Gibran.
"Tanpa lo suruh gua pasti jaga Aqila," ucap Gibran tersenyum tipis dan Arjuna pun menganggukan kepalanya.
"Lo bakalan jadi pergi sama Tante Manda dan Om Adam?" tanya Gibran.
"Kayanya sih iya," jawab Arjuna dengan tatapan kosongnya.
"Terus geng TENGKORAK GIMANA?" tanya Gibran.
"Kayanya bakalan dipimpin oleh Aland, tapi dengan ketentuan dan syarat yang udah berlaku dari dulu," jawab Arjuna.
"Ouh oke, terus lo bakalan lama di sananya?" tanya Gibran lagi.
"Iya," jawab Arjuna dengan menatap taman dengan tatapan yang kosong.
Gibran yang baru menyadari tatapan Arjuna dia pun bertanya.
"Lo ada masalah apa?" tanya Gibran.
"Gak papa," jawab Arjuna sambil menggelengkan kepalanya.
"Anjir kaya cewe aja lo, sekarang jawab dengan jujur kenapa lo murung gitu?" tanya Gibran sekali lagi.
Arjuna pun menghela napasnya pelan, "gua ngehamilin anak orang," ucap Arjuna dan Gibran melototkan matanya.
"HAH YANG BENER LO? KOK LO JADI COWO GOBLOK BENER," ucap Gibran dan menggellak kepala Arjuna agar dia waras.
"Sakit anying, gua gak bohong," ucap Arjuna.
"Lo ngehamilin siapa sialan? terus kapan?" tanya Gibran beruntun.
"Gua ngehamilin Aina pas hari di mana lo bilang lo udah nikah sama Aqila," ucap Arjuna samnil menundukkan kepalanya.
"Gua tau Jun, lo pasti kecewa tapi lo juga jangan ngelampiasin kekecewaan lo sama cewe lain. Mau gimana pun lo harus tanggung jawab sama Aina, kalo lo emang laki-laki yang sejati," ucap Gibran sambil menepuk pundak Arjuna.
"Gua pasti tanggung jawab sama Aina, dan gua juga pasti bakalan jujur sama ke dua orang tua gua. Oh ya gua mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Arjuna sambil menatap serius ke arah Gibran.
"Iya bener lo harus jujur sama ortu lo. Btw lo mau ngomong apa?" tanya Gibran.
"Lo nanti ajak semua orang ya, ke markas geng TENGKORAK. Karena ada hal penting yang mau gua omongin," ucap Arjuna dan Gibran pun menganggukan kepalanya.
"Ya udah gua pergi ya, thanks ya lo mau dengerin curhatan gua," ucap Arjuna dan bangkit dari duduknya.
Gibran pun menatap kepergian Arjuna dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gua harap lo bisa menerima kenyataan ini ya Jun, lo yang berbuat dan lo juga harus berani buat tanggung jawab." ucap Gibran yang masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Arjuna yang pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Rasanya Gibran sendiri masih kecewa dengan kelakuan Arjuna yang memang sudah kelewatan, tapi apa boleh buat meksipun kecewa dengan Arjuna tapi semuanya sudah terjadi bukan? Jadi apa gunanya marah-marah kepada Arjuna yang Gibran sendiri itu hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga saja.