NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Di kelas 11 IPA Bu Ani tengah menjelaskan materi biologi tentang replikasi DNA , ia sudah membawa contoh gambar replikasi DNA. Ini adalah salah satu materi pelajaran yang disukai oleh Vicky. Jika ada penyuka jelas ada yang kurang suka, salah satu nya Serra.

Ia bahkan hanya sibuk memainkan pulpen di tangan nya, berharap jam pelajaran ini segera usai. Raut wajahnya murung, dan matanya sangat bosan.

"Materi kita kali ini adalah DNA , kita akan membahas tentang proses replikasi DNA. Replikasi DNA terjadi di inti sel dan bertujuan menggandakan materi genetik sebelum pembelahan sel."

"Dalam replikasi DNA , ada beberapa enzim yang berperan , yakni enzim DNA polimerase, helikase, ligase, dan primase," Ucap Bu Ani tengah menjelaskan serius.

"Serra Xaviera," Tegur Bu Ani ke arah nya.

Serra sontak terkejut, ia langsung membenarkan posisi duduk nya dan menatap ke arah Bu Ani. " Iya Bu," Jawab nya gelapan.

"Dari tadi saya menjelaskan, saya lihat kamu hanya bermain bolpoin, " Tegur Bu Ani.

Vicky menoleh ke belakang nya, ia tak bisa mengatakan apapun. Begitupun siswa dan siswi lainnya , sorot pada mereka tertuju pada Serra. Serra menoleh ke kanan dan kirinya, ia mulai gugup dengan situasinya saat ini.

"Emmmm, engga Bu,"

"Kalo kamu memang mendengarkan, Coba jelaskan enzim apa saja yang berperan dalam proses replikasi DNA ," Ucap Bu Ani memberikan pertanyaan.

Wajah Serra mulai memerah, ia sangat bingung dengan pertanyaan yang diberikannya. Ia bahkan sama sekali tidak tau apa yang dijelaskan oleh Bu Ani. Serra menunduk sejenak, memejamkan kedua matanya, menarik nafas panjang " Aduhh,, mati gue sekarang. Gimana gue tau, ketauan kalo gue memang gak dengerin ," Ucap hati nya.

"Serra, kenapa kamu diam?," Tegur Bu Ani.

"Emmmm,, "

"Maaf Bu, apa boleh saya yang menjawab . " Sela Vicky mengangkat tangannya, ia melirik pada Serra sejenak.

"Baiklah, Serra lain kali kalo kamu seperti ini lagi. Ibu akan memberikan kamu tugas tambahan. Paham,"

"Paham Bu, maaf," Ucap Serra merasa bersalah.

"Silahkan Vicky,"

"Dalam proses replikasi DNA ada, beberapa enzim yang berperan. Yakni enzim DNA polimerase, helikase, ligase, dan primase," jawab Vicky.

"Oke,, good," Sahut Bu Ani tersenyum manis.

********

Suasana jam istirahat sudah tiba, setelah melewati beberapa mata pelajaran yang cukup menguras energi. Dua sejoli, Vicky dan Serra berjalan berdampingan. Sesuai dengan tugas nya, yakni mengembalikan buku buku ke rak rak perpustakaan.

Mereka berjalan santai, tetapi raut wajah Serra nampak murung. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, tanpa suara. Jelas ini bukannya hal yang lumrah. Ia terus menatap ke depan dengan tatapan kosong.

Vicky memperhatikan ada sesuatu yang aneh dari teman di sebelah nya. Ia menoleh menatap penuh raut wajah Serra, " Lo kenapa? tumben muka Lo murung ,"

Serra menoleh polos, menghela nafas berat. " Gimana gak murung, tadi pagi hampir kena omel Bu Wati. Tadi dikelas, hampir kena hukuman Bu Ani. Hari ini ada aja gebrakan nya," Keluh Serra lesu.

"Udah. Anggap aja, itu kayak energi yang Lo kasih tiap hari. Dan sekarang Lo terlalu power,"

Serra terperangah, ia memutar bola matanya sambil berpikir. " Tunggu deh, kata kata Lo itu bagus. Tapi, kayak air laut , yang tenang dan mematikan," Jelas Serra menyudutkan.

"Hahahah, kata kata Lo udah kayak pakar kata kata bijak. Udah ayo cepet, nanti Bu Wati tambah murka," Vicky dan Serra mempercepat langkah nya.

******

El, Devan dan Adit berjalan bersama melewati lorong lorong kelas. Ya, seperti biasanya mereka tak lepas dari mata mata gadis gadis SMA High school. Selalu ada yang menyapa, sampai ujung sana. " Kalian duluan aja, gue mau ke perpustakaan," Jelas El.

Pendengaran Adit sedikit bergeser , ia tak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh El. " Ha?? Apa ?? Gue gak denger ,"

Devan melirik tajam, ia kemudian menoyor kepala Adit cukup keras. " Aduhh..... Apaan sih Van," Lirih Adit memegang kepalanya.

"Punya telinga dipake, jangan cuma fokus ke mereka ,"

Adit merengut sinis, ia menyipitkan kedua matanya dan membuang wajahnya. " Ya, nama nya juga ga denger. " Terka nya kesal.

"Udah. malah adu omongan, gue mau ke perpus kalian duluan aja ke kantin,"

"Ouhhhhhh... Eh, ngapain Lo ke perpustakaan ngomong ngomong?," Tanya Adit penasaran.

"Ada yang gue cari,"

"Hemmmmm,,,, bener nih???,"

"Eh,,,ehhh... lo mau bawa gue kemana Van. Gye kan belum selesai ngomong, " Devan dengan sengaja merangkul Adit dengan keras, ia mengunci nya sampai tak diberi selah, ia segera menarik paksa mengikuti langkah kaki nya.

"Woi Van,, lepasin...." Lirih Adit memukul tangan Devan berkali kali. Tetapi usaha itu tak ada hasil, Devan tetap berjalan dengan cool dan cepat. El hanya tersenyum kecil, menggeleng perlahan kemudian beranjak pergi.

*******

Di perpustakaan Serra sudah mulai mengembalikan beberapa buku kembali ke tempatnya, kerutan kerutan halus nampak jelas di dahi nya. Ia bahkan mencari satu persatu rak buku yang sesuai. " Ya ampun, nyusun satu buku aja. Udah kayak ngerjain tugas berhari hari," Keluh nya tak tahan dengan situasi ini.

"Mending gue ngerjain tugas aja kalo gini, "

Sementara Vicky baru mengambil tumpukan buku dan melangkah cukup hati hati mengarah pada rak di sebrang sana. Tanpa diketahui tangan seseorang tiba tiba mengambil alih buku tersebut dari tangan Vicky. " Biar gue yang bawa,"

Suara itu, terdengar tidak asing. Sorot mata Vicky tertuju pada pria di sampingnya. Pria dengan tatapan yang sama, beserta senyum nya. " Sesuai yang gue omongin tadi, gue bantu Lo," Ucap El tersenyum.

"Okeyyy,," Sahut Vicky memulai langkah nya, dengan diikuti El dibelakangnya.

Mereka berdua berjalan menuju rak rak buku di sebrang sana. Terlihat susunan buku yang tampak rapi, berbagai jenis sesuai dengan tipe dan tema buku. Vicky mulai mencari susunan buku yang sejenis.

Sedangkan El hanya mengikuti dibelakangnya, sembari membantu Vicky mencari rak rak yang sesuai. Vicky sudah menemukan rak pertama, ia segera mengambil beberapa buku yang sejenis dan menyusun nya kembali.

"Lo secepet itu, buat menganalisa sesuatu?. Termasuk rak rak buku," Ucap El cukup tak menyangka.

"Engga, kecepatan menganalisa pasti akan mudah jika kita mengasah nya. Semua orang tau itu,"

El mengangguk, " Ya, mungkin. Tapi ada sesuatu yang engga orang tahu,"

Vicky menghentikan langkah nya, pembicaraan ini mulai sedikit serius. Ia membalikkan tubuhnya, menatap El dengan serius. " Misalnya?,"

"Misal nya, ketika seseorang memiliki bakat dalam bidang ini. Dia akan lebih mudah belajar dan menangkap sesuatu hal yang berkaitan dengannya,"

"Terkadang orang jarang mengetahui itu, mereka mengira ini terjadi karena suatu kebiasaan, atau belajar yang extra," Ucap El.

"Ya. Lo benar. Itu luar biasa,"

"Apanya? Gue?," sahut El, sedikit memancing.

Vicky terdiam, ia menunduk mengalihkan pandangannya. Ia kembali melanjutkan langkah nya untuk mencari rak rak berikutnya. El tersenyum kecil, memperhatikan gerak gerik gadis di hadapannya, jelas terlihat ia sedang mengalihkan pembicaraan. El tanpa bertanya kembali, akhirnya mengikuti langkah Vicky dari belakang.

"Astaga, dari tadi gue muter muter tapi gak Nemu. Ini sebenernya di rak mana buku ini gue ambil ya, kok gue jadi pikun gini. " Serra meletakkan kedua tangannya di pinggang, ia mulai berkeringat untuk mengembalikan satu persatu buku tersebut.

Ia menoleh ke arah tumpukan buku di bawah, pandangannya berkaca kaca. Pinggang nya rasanya encok sebentar lagi, harus naik turun memeriksa setiap rak disini. " Ya ampun, apa gak ada yang bisa bantu gue nih. Tuhan please , kali ini tolong gadis manis ini," Gumam nya mengeluh.

"Huhhhhhh, rasanya pengen kabur secepat kilat dari sini," Lirih Serra kembali melanjutkan langkah nya. Kali ini dia mengambil langkah mundur, agar mempermudah mencari posisi rak rak buku tersebut.

Dengan wajah lesu dan lelah, sekaligus bercampur keringat. Kaki nya melangkah terus, dengan mata sayu yang sudah lelah. Perlahan tetapi pasti, di ujung rak rak buku tanpa sengaja tubuhnya menabrak sesuatu yang berbeda.

Serra menghentikan langkah nya, " Tunggu deh, perasaan ini seharusnya ujung. Kenapa sekarang ada sesuatu dibelakang gue," Duga Serra bingung.

Tangan nya mulai berjalan, meraba raba sesuatu dibelakangnya tanpa melihat. Ia memejamkan keduanya matanya, sambil tangannya teruss bergerak. " Loh, kok agak empuk ya. Terus ada kancing nya, dan seperti kain baju," Jelas Serra.

"Ehemmmm," Tiba tiba terdengar suara besar dan berat, Serra segera menjauhinya ia membalikkan badannya segera dan mendongakkan kepalanya.

Bibir manis itu kini terbuka perlahan, kedua matanya membesar sempurna. Tangan kanan dan kiri nya mulai menggenggam rok pendek nya dengan erat. Nafas Serra mulai berangsur angsur, keringat nya mengucur tetapi kali ini keringat dingin. " K----ak, Devan," Ucap Serra terbata bata.

"Emmmmm,,, M---af kak, tadi gak sengaja. Dan gak bermaksud aneh aneh," Jelas Serra menunduk, ia tak berani menatap pria tinggi gagah di hadapannya itu.

Devan dengan wajah tegas dan tanpa ekspresi hanya diam dan menatap Serra. Tatapan yang sama pada saat dia menabrak nya di kantin waktu itu, Serra semakin ketakutan. Ia tak mengerti lagi harus melakukan apa.

"Oke, gue tau," Buka Devan menjawab Serra.

Serra hanya bisa berdiam diri, tanpa melakukan apapun. Hal yang membuatnya semakin ketakutan, ketika tiba tiba kaki Devan mulai melangkah, dan langkahnya seperti mengarah pada dirinya.

"Aduhhhh,,, kak Devan kira kira mau ngapain ya. Kok malah makin deket," ucap Serra memperhatikan langkah nya.

Serra melirik di kanan dan kiri nya, hanya ada rak rak yang menjepit dirinya, pikirannya mulai terpikirkan hal yang tidak tidak. Ia mulai merasa tidak nyaman, tak hanya berdiam diri. Serra akhirnya mengambil langkah kecil untuk mundur, walaupun sebenarnya ia sedang gugup.

Langkah Devan semakin dekat, apalagi sekali langkah bisa 3 kali langkah Serra. Jelas ia kalah, Serra mulai memejamkan kedua matanya, degan segala kemungkinan ia tak bisa lagi melanjutkan langkah mundur nya. Ketakutan nya sudah semakin besar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!