Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 25
Dara langsung berhambur, saat mengetahui Dante-lah yang tertidur di teras kediamannya.
Pria itu memincingkan matanya begitu mendengar deru mesin mobil memasuki halaman kediaman Dara.
Sejak siang tadi, setelah ia lama duduk termenung di terminal. Dante memikirkan semua kenangan yang pernah terjadi diantara dirinya Dara. Dante membatalkan keberangkatannya dan kembali ke kediaman Dara untuk menanyakan...
"Dante, jangan pergi!" ucap Dara lirih sembari memeluk Dante dengan erat. "Aku tidak ingin bercerai darimu, aku sangat mencintaimu, aku masih menginginkan pernikahan ini."
Dante membalas pelukan Dara, ia sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan pertimbangan perceraian mereka, karena Dante pun masih begitu menginginkan Dara.
Dara melepaskan pelukannya, ia mendekatkan wajahnya ke bibir Dante, namun Dante menahannya. "Bagaimana jika di dalam saja?"
Dara tertawa, ia langsung merogoh kunci di tasnya, kemudian ia membuka pintu sembari menarik Dante masuk. Dara menarik Dante hingga ke kamar tidurnya yang mungil dan bernuansa serba merah jambu. "Kau tidak keberatan?" tanya Dara, merentangkan tangannya kesekeliling.
"Asalkan bersama dirimu," Dante mendaratkan bibirnya kebibir Dara, kemudian membopong tubuh Dara menuju tempat tidur yang sama mungilnya dengan tubuh istrinya.
Tidak ada keraguan, mereka bahu-membahu menanggalkan pakaian yang menempel di tubuh mereka tanpa melepaskan ciuman panas mereka.
Dante begitu mengagumi tubuh polos istrinya, ia hampir tak bisa berkedip menatap Dara yang sudah tak mengenakan sehelai benang pun.
"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak sesexy Angel," protes Dara sembari menutup kedua dadanya.
Dante menyingkirkan tangan Dara. "Aku berani bersumpah kau sangat indah melebihi apapun," ia melahap kedua dada Dara dengan lahap, hingga Dara menggeliat merasakan kenikmatan yang tak terkira.
Dante menatap Dara lekat-lekat. "Satu hal yang perlu kau tau, aku tidak pernah tidur dengan siapapun selain dirimu."
Perlahan Dante memasukan tubuhnya ke tubuh Dara. "Sakit?" tanyanya, ia baru memasukan sebagian.
Ia teringat sesaat setelah mereka bercinta untuk pertama kalinya, ia melihat Dara berjalan ke arah tangga sembari meringis kesakitan, ingin sekali Dante membantu Dara saat itu, namun Angel yang mengamuk di hadapannya membuatnya tak bisa menghampiri Dara, itulah penyesalan yang selama ini Dante simpan.
Dara menggeleng. "Tidak," ia tersenyum menikmati sensasi kenikmatan yang di berikan suaminya.
Dante memasukan seluruhnya, ia kemudian memacu dengan ritme sedang, dan terus menambah kecepatannya setelah Dara beberapa kali melakukan pelepasan, hingga Dante pun akhinya menyemburkan lahar panasnya ke rahim Dara untuk kedua kalinya.
"Terima kasih, istriku," Dante mengecup kening Dara dan mendekapnya dengan hangat.
Wajah Dara bersemu memerah, mendengar Dante memanggilnya 'Istriku' dengan mesra, ia membalas pelukan Dante dan terlelap dalam dekapan hangat suaminya.
Rasa lelah yang luar biasa atas kejadian satu hari ini, sirna seketika di gantikan dengan kebahagiaan yang Dante berikan untuknya.
***
Dante bangun lebih awal, ia memandangi wajah Dara sembari membelainya dengan lembut. Hatinya terasa terbang ke atas awan mengingat kejadian semalam, padahal sebelumnya ia sudah berpikir jika Dara betul-betul akan menceraikan dirinya.
Dara yang merasa ada sesuatu yang meraba-raba wajahnya pun, perlahan membuka matanya, ia melihat Dante tengah memandanginya sembari tersenyum.
"Kau mau mendorongku hingga terjatuh lagi?" tanya Dante.
Dara tertawa sambil menutup wajahnya dengan selimut. "Tentu saja tidak," ia kemudian memeluk Dante dengan erat, berada dalam dekapan Dante adalah tempat ternyaman baginya.
"Dante, apa kau benar-benar tidak jadi pindah?" tanya Dara, pertanyaan itu sejak malam sudah ada dipikirannya, namun ia tak ingin merusak malam indahnya bersama Dante.
Dante menggeleng. "Sebetulnya ada dua tawaran yang masuk. Yang pertama, acara kebudayaan di stasiun televisi Jogja. Dan yang kedua, acara infotaiment di stasiun televisi swasta di jalan Daan Mogot. Yang pilih yang kedua."
"Jadi kau memilih acara gosip, demi aku?" Dara tertawa terbahak-bahak, ia tak bisa membayangkan Dante yang ia kenal serius dan biasa memproduseri acara berita dan olahraga, kini memproduseri acara gosip.
Dante hanya menatap Dara tanpa ekspresi, ia tak ingin marah pada istrinya yang terus meledek dan menertawainya.
"Baiklah, baiklah. Aku minta maaf," ucapnya sembari menghapus air mata bahagianya, jauh di lubuk hatinya ia senang Dante sudah memiliki pekerjaan dan pekerjaan itu masih di Jakarta.
"Tapi bukankah kau sudah mengangkut mobilmu ke rumah orang tuamu?" tanya Dara kembali.
"Papa suka dengan barang-barang antik, jadi biarlah beliau yang merawat mobil tua itu. Aku berencana membeli sepeda motor agar bisa menghindari macet, dan bisa di peluk denganmu jika kita jalan-jalan," Dante mengecup pipi Dara dengan mesra.
Dara tersenyum, namun senyumnya hanya sesaat karena teringat Dion, ia begitu merindukan balita kecilnya. Seandainya Dion berada di sini, anak itu pasti merasakan kebahagiaan yang kini ia rasakan.
"Kau kenapa sayang? Kau tidak mau jalan-jalan bersamaku?" tanya Dante.
Dara menggeleng. "Aku rindu Dion."
Dante terdiam, ia pun sebeneranya merindukan anak itu. "Bagaimana kalau kita ke rumahnya? Aku masih ada waktu senggang sampai siang ini sebelum meeting perdanaku."
Dara melonjak kegirangan, ia langsung turun dari tempat tidurnya. Sebelum beranjak ke dapur untuk membuat makanan untuk Dion, ia meraih kabel chargernya dan memberikannya kepada Dante.
Seharian kemarin Dante tak bisa di hubungi sebab handphonenya mati, pria itu kehilangan kabel chargernya sehingga tak bisa mengisi daya batre handphonenya.
Dengan di bantu Dante, Dara menyiapkan kue kering sehat untuk putra kesayangan mereka. Acara menyiapkan sarapan dan bekal untuk Dion di warnai dengan adegan ciuman dan bercumbu mesra.
Ditengah kemesraan mereka tiba-tiba bel rumah berbunyi, Dara melepaskan ciumannya dan merapihkan pakaiannya yang berantakan karena Dante meraba-raba seluruh tubuhnya.
Ia terkejut saat membuka pintu dan mendapati Axel lah tamu yang pagi-pagi sekali menyambangi kediamannya.
"Oh, Dara akhirnya aku menemukanmu," ia menghela napas lega, kemudian menarik Dara dalam pelukannya. "Tadi aku ke rumah Dion tapi ternyata sepi, orang di sekitar bilang kalau Dion tinggal bersama orang tua barunya."
"Lepaskan aku, Axel!" Dengan sekuat tenaga, ia melepaskan diri dan mendorong pria itu menjauh darinya.
"Dara aku tahu aku marah padaku, tapi percaya lah. Aku begitu mencintaimu, dan aku akan menceraikan Sofia," ucapnya dengan tegas. "Kita bisa menikah dan merebut Dion kembali dari orang tua angkatnya. Aku akan membayar pengacara paling mahal agar Dion kembali padamu..."
gaaaaspooool weeesss
karena meluangkan waktu berdua aja dengan pasangan itu memang perlu untuk lebih mempererat lagi
oke Leo....
mari kita buktikan bersama-sama deeeh, ntar adiknya Dion itu cewek atau cowok gitu
darimana Leo tahu jika anak yang sedang di kandungan Dara itu anak cewek🤦🤦