Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25- Rasa yang aneh
Maureen tetap diam, membiarkan Ibu itu nyerocos sendiri, meski sejujurnya kupingnya terasa panas dan hatinya tak nyaman mendengar dan melihat keakraban yang terjadi antara Essa dan gadis bernama Sasya itu.
“Ini belanjaannya udah Bu, totalnya 55000,” jelas Maureen tak menanggapi ocehan si Ibu, dia ingin mengusir Ibu itu dengan cara halus.
“Kamu gak cemburu liat Essa deket-deket sama mantannya?” lagi-lagi si Ibu mencoba untuk memanasi Maureen.
“Ibu mau belanja yang lain lagi? Kalau enggak silahkan bayar saja yang sudah ada,” ucap Maureen jengkel.
“Ck ck, kalau suami udah selingkuh, baru tahu rasa,” ujarnya sambil menaruh uang pecahan lima puluh ribu dan satu lembar lima ribu rupiah, kemudian ia pun berlalu sambil membawa kantong keresek berisi barang belanjaannya.
“Rese banget tuh emak-emak, so ikut campur banget urusan orang,” gerutu Maureen, “si Essa juga ngapain coba lama-lama ngobrol ama mantan pacarnya? Ngeselin banget sih.” Maureen misuh-misuh sendiri.
Maureen duduk dengan wajah mematut, ada rasa kesal yang menghinggapi hatinya, pada saat Essa masuk dia pun mengabaikannya seolah Essa tak nampak di matanya.
“Reen, makan dulu gih. Biar aku yang jaga toko, mungpung bengkel lagi sepi,” Ucapnya sambil melepas baju kerjanya dan menggantungnya di dinding.
Maureen diam tak menyahut, rasa dongkol di hatinya seolah menghambat pita suaranya.
“Reen?!” panggil Essa lagi.
“Gak usah, gue gak laper ko.” Sahutnya dingin.
“Oh, kamu mau sesuatu biar aku beliin?” tawarnya lagi.
“Gak.” Suaranya masih tetap sama.
Jawaban ketus dari Maureen membuat Essa seketika bungkam dan pergi meninggalkannya menuju pintu belakang.
Maureen menatap ruang kosong tempat Essa berdiri tadi, ‘ini gue kenapa sih? Kenapa gue harus marah-marah ama si Essa, Kalau pun dia mau balikan ama mantannya apa urusannya ama gue?’ Batinnya.
‘Maureen, bego, bego lu bego,’ Rutuknya pada diri sendiri, sambil menoyor-noyot kepalanya berusaha membuang pikiran anehnya terhadap Essa.
Essa kembali membawa piring berisi nasi bungkus yang belum di buka. Kali ini dia tak bicara dan duduk sambil mulai makan yang lauknya hanya berupa tempe dan tahu.
Maureen menatapnya dalam diam, sesederhana itukah pria ini? Atau memang dia sedang tak punya uang?
Disaat dia sedang makan, dua orang anak tampak berdiri diluar toko, mereka menghitung uang receh yang tak seberapa. Mereka tak berani masuk karena sepertinya uang mereka kurang. Maureen hendak beranjak menyatroni mereka namun keduluan Essa, laki-laki itu menyambar dua buah roti dan memberikannya pada mereka, juga selembar uang lima puluh ribu.
“Kita gak minta-minta Bang, kita mau beli ko,” sahut Anak laki-laki yang paling besar kisaran usia 10 tahunan.
“Abang tahu, tapi Abang lagi punya rejeki dan mau traktir kalian. Beli makan gih yang enak,” ujarnya sambil mengusap kepala Adik dari anak tersebut yang kira-kira berusia 6 tahunan.
“Wah makasih banyak Bang, semoga rejeki Abang makin lancar dan Abang diberi kesehatan dan umur panjang,” doa tulus terucap dari bibir mereka yang tampak kering dan menggelap. Jelas, kalau mereka bukan anak-anak yang terawat, pakaiannya tampak lusuh dan kulitnya hitam karena terpaan sinar matahari.
“Amin,” ucap Essa senang.
“Itu siapa Bang? Ceweknya?”
Essa menoleh pada Maureen yang juga tengah duduk sambil menatap kearahnya, “Itu istri Abang, cantik kan?” bisiknya takut didengar oleh Maureen.
“Hooh, tapi keliatannya galak,” balasnya dengan nada yang sama.
“Tahu aja kamu, dia emang galak.” Kekehnya, membuat Maureen terheran-heran karena pendengarannya tak mampu menjangkau pembicaraan Essa dengan kedua bocah itu.
“Ck, jadi ceritanya Abang suami takut Istri nih,” ledek si bocah 10 tahun itu.
“Dih tahu darimana kamu kata-kata suami takut istri, bocah,” omelnya, “udah sana beli makanan buat adek kamu.” Ucap Essa sembari bangkit.
“Gak usah Bang, roti aja udah cukup uangnya simpen aja buat beli beras sama obatnya Ibu.” Ucap sang Adik.
“Emangnya Ibu kamu sakit apa Dek?” kali ini Maureen yang bertanya, dia ikut keluar karena melihat Essa bicara cukup lama dengan anak-anak itu.
“Ibu selalu batuk darah, Kak. Kita juga gak tahu beliau sakit apa, makanya kita lagi ngumpulin uang buat bawa Ibu berobat.” Ujarnya.
“Masya Allah, kalian anak-anak hebat, Kakak bangga sama kalian. Teruslah jadi anak berbakti, niscaya Tuhan akan sayang kalian dan semoga suatu hari kalian jadi anak-anak yang sukses,” ucap Maureen.
Mata mereka berbinar senang dan tersenyum ramah pada Maureen. Maureen membuka dompetnya dan mengambil seluruh uang cashnya tanpa dihitung dulu yang kemudian ia berikan pada anak yang paling besar.
“Ini, bawa Ibu kamu ke dokter dan belikan juga makanan dan pakaian buat adik kamu.”
“Tapi Kak, kami tidak bisa menerima ini, kami bukan pengemis. Ibu bilang, kita tidak boleh menerima uang yang bukan hak kita, apa lagi uang tanpa jarih payah, itu sama dengan mengemis.”
“Hey, siapa yang bilang kalian mengemis. Sa, apa kamu liat mereka ngemis?”
“Nggak tuh, Abang cuma liat dua orang anak soleh yang ingin berbakti pada Ibunya, dan Kakak cantik ini sedang membantunya, jadi menurut Abang itu wajar dan kalian harus menerima bantuan nya.” Ujar Essa.
Tanpa sadar wajah Maureen bersemu merah, seumur hidup dia baru kali ini mendengar kata cantik keluar dari mulut Essa, biasanya yang dia dengar hanya kata ejekan dan ledekan.
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤