Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Aura Hypernya Kuat Banget
***
#Alam jin
"Huweeek huweeek," Sugeng mabok perjalanan. Berkendara dengan kereta kuda di jalan tak beraspal memang sangat sensasional.
"Keluarin semuanya, Geng, gak papa," ucap Siti sembari memegangi kantong kain.
"Kak City, Mila juga mual," keluh di adek.
"Jangan dulu, antrilah," jawab Siti resah.
Emang bener Bapak Wowo, dua anaknya pun diperbolehkan ikut rombongan Bhre Rakha ke istana negara. Siti baru tahu jika Pak Wowo punya 7 orang anak, jika 2 diantaranya ilang begitu saja masih banyak cadangan. Siti dan Rakha awalnya keberatan kedua bocil labubu ini ikut, tapi keduanya sangat antusias.
Sesampainya di istana negara, hari sudah sore, begitu turun dari kuda putihnya tiba-tiba dua orang wanita berpenampilan glamour penuh emas berlomba lari cepat menyambut, "PANGERAAAAN !!" pekik mereka.
Siti dan anak-anak Wowo menengok dari jendela kereta bernuansa emas dan merah itu. Rakha memang tampak tampan sekali sekarang, ia memakai beskap hitam berbordir bak Sultan Agung. Di sana Putri Tanjung dengan tubuh tinggi semampai bak model pageant dan Putri Intan yang subur sintal mentul-mentul berebut bergandengan di lengan kanan kiri pangeran bulu.
"Kak City, itu pacarnya Kak City dipegang-pegang perempuan lain itu," ucap Karmila menunjuk-nunjuk.
"Iya Kakak tau," jawab Siti cemberut.
"Aku tak menyangka kau setampan itu Pangeran, kukira kau jelek seperti Petruk, hihihihi," ucap Intan memuji.
"Wahahaha, biasa aja," jawab Rakha.
"Kemarin-kemarin aku malahan mau kabur saja dari perjodohan ini, aku takut punya suami pendek bantat seperti roti tidak ngembang, ternyata kau sangat…. Sangat roti sobek, ahahahah," ujar si Tanjung tak mau kalah memuji.
"Diamlah kau, Putri Tanjung, aku masih ada hubungan kerabat jauh dengan Pangeran Rakha, aku yang paling seksi di sini, nanti malam Pangeran pasti mau tidur denganku," ujar Intan peluk mesra, sesekali menggesek melonnya ke lengan Rakha.
"Kau gendut, ngehabis-habisin beras kalau jadi suaminya Pangeran Rakha, aku yang cocok, di singgasana nanti semua teman-temanmu akan iri melihat kau punya istri secantik aku, Pangeran, kita sama-sama tinggi, anak kita nanti bibit unggul, bermalamlah denganku nanti, Pangeran," ucap Putri Tanjung bahkan bahas-bahas bikin anak pulak, kalau bahasa kasarnya ia seakan berkata, "ayo Mas, sama aku aja Mas, rahimku anget Mas."
"Dih dih dih…. Dibilang murahan tapi anaknya raja, dibilang nggak murahan tapi aura hypernya kuat banget," gumam Siti sembari turun dari kereta kuda.
"Anak Ayah yang tampan seperti Ayah, kemarilah Nak ! Ayah sangat merindukanmu, hahaha," ujar Raja membuka tangannya lebar-lebar. Pria ini mirip dengan Rakha, hanya saja berkumis dengan kulit agak kecoklatan.
Para pelayan langsung berlutut membawa baskom air untuk mencuci kaki-kaki Rakha dan kedua putri. Ada juga yang bawa payung biar nggak kepanasan. Rakha enggan sejak dulu, "jangan ! Gak usah, aku bisa cuci kaki sendiri nanti di sungai, lagian ini mendung," katanya menolak.
"Kak City, kita berasa rakyat jelatah banget di sini," bisik Sugeng.
"Kita memang jelatah, kayaknya kita harusnya turun di pintu belakang deh," bisik Siti.
Raja melirik ke arah mahasiswa polos berambut panjang itu, sebelum memeluk Rakha, "anakku, bagaimana kabarmu ?"
"Aku baik, Ayah," jawabnya membalas pelukan.
"Kau membawa serta manusia ke sini ? Kau yakin dia bukan ancaman ?" tanya Raja memperhatikan.
"Oh, ini Siti, dia… dia adalah korban dari siluman ular raksasa putih yang lepas dari sangkarnya, tubuhnya diambil alih dan dia terjebak di sini," kata Rakha.
Siti menghadap, menangkup kedua tangannya di depan wajah, "salam kenal, Paduka," sapanya berusaha sesopan mungkin.
Raja jaga jarak, pandangan matanya kepada Siti seakan-akan merendahkan. Juga kedua putri hyper itu, keduanya memandang dengan tatapan yang tak ramah.
"Aku turut berduka dengan atas apa yang terjadi padamu, Siti. Dan… kedua anak gendruwo ini siapa ?" tanya Raja agak menyipitkan matanya.
"Mereka anak petani timun di daerahku, aku yang mengajaknya, mereka suka petualangan," jawab Rakha. Padahal para bocil yang minta diajak.
"Begitu, ya sudah, mari masuk ! Ayah menyiapkan makanan kesukaamu, Nak, daging kijang akan sangat bermanfaat untuk stamina," kata Raja mengajak dengan ramah.
Siti menggandeng anak-anak Wowo ke meja makan. Dan di sana kedua putri kembali berebut, "Pangeran, makanlah di dekatku, supaya kita bisa saling suap-suapan, hahaha," kata Tanjung.
"Jangan curang kau, Putri Tanjung ! Pangeran Rakha akan makan di dekatku, aku yang akan menyuapinya, Pangeran tak perlu repot-repot menyuapi aku balik," kata Putri Intan.
"Jangan berebut begitu, anak-anak, Pangeran Rakha akan makan di dekat Ayahandanya," ucap Raja.
"Ibunda dimana, Ayah ?" tanya Rakha celingukan.
"Sedang arisan," jawab Raja.
Siti menghembuskan nafas lelah dan menggeser salah satu kursi meja makan di istana besar putih dan megah ini. Istana ini terbuat dari marmer bukit kapur yang berharga. Bangunan kokoh dan terukir estetik sekali. Sayangnya semua kemegahan ini tak semenarik yang Siti lihat, hatinya ill feel berat melihat Rakha dipeluk-peluk dan diperebutkan dua wanita yang lebih cantik dari segi apapun dibanding dirinya.
Melihat Siti dan kedua anak Wowo duduk, Putri Tanjung pun berdehem, "ehem ehem, hei kau… siapa namamu tadi, manusia ? Aku cuma ingin memberitahu, ini jamuan makan kerajaan, selain bangsawan kerajaan dilarang makan di sini," katanya mengingatkan.
Siti terkejut, alangkah malunya ia, "oh saya… saya minta maaf, saya tidak tahu."
"Tak apa, kami bisa maklum, budaya bangsa manusia pastinya tak sama dengan bangsa jin, kau bisa makan bersama para pelayan atau pengawal kerajaan di area belakang sana," kata Putri Intan.
"Baik, sekali lagi saya minta maaf," jawab Siti langsung menggandeng kedua anak Wowo turun dari kursi.
"Kau pikir kau mau kemana, Siti ?! Tetaplah duduk ! Kau ada dalam perlindunganku, kau tidak boleh jauh dariku," ujar Rakha angkat suara.
Semua orang menatap pangeran bulu tampan itu, Raja pun speechless. "Maaf, gue emang nggak lagi laper kok," kata Siti gak mau ribut.
"Siti !!" pekik Rakha sambil berdiri melihat Siti pergi begitu saja dari area jamuan.
"Dia akan baik-baik saja, mari kita makan, Nak," kata Raja.
"Tidak, aku juga tidak lapar kalau begitu," kata Rakha malah pergi dari kursi makannya mengejar gadis yang ia cintai.
Mata Raja melirik tajam, sebagai seorang Ayah ia memahami ada sesuatu di sini. Ia hirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan-pelan. Seumur hidup ia berusaha memberikan yang terbaik untuk Pangeran Rakha, bahkan kadang ia dianggap terlalu memanjakan. Usia Rakha memang usia dimana seorang lelaki puncak-puncaknya mengejar cinta sejati.
'Kruyuk,' perut Siti keroncongan. Ia keluar ke halaman yang banyak pepohonan, melihat buah cermai berjatuhan ia ajak kedua anak Wowo memunguti dan memakannya.
"Lambungmu bisa perih kalau kau makan buah-buahan ini sebelum makan nasi, Siti," kata Rakha mendekat dan ikut memungut beberapa.
"Ngapain peduliin gue ? Urusin aja dua calon binimu itu, mereka udah kayak cacing kepanasan kebelet dikelonin," jawab Siti sembari terus mengunyah.
"Apa ? Kau cemburu ?" tanya Rakha menyeringai.
"Enggak, ngapain cemburu sama jin ? Hadeh," jawabnya prengat-prengut terus.
Rakha menampik tangan kanan Siti yang menggenggam beberapa buah cermai kuning kemudian menggenggamnya, "kubilang jangan makan itu nanti perih, qyo kita cari makan enak di sini !"
Siti mengikuti kemana Rakha melangkah, dan kedua anak Wowo mengikuti Siti. Keduanya masuk ke dapur istana, menyapa para koki yang sedang memasak, mencomoti makanan-makanan yang tersimpan di atas meja.
"Ini rica-rica mentok," kata Rakha. Siti mencicip lahap.
"Yang ini kesukaanku, kijang, kau cobalah kelinci," kata Rakha terus menunjukkan makanan.
Anak Wowo memilih beberapa kue, arem-arem, horog-horog dan kue rukuk-rukuk. Dapur ini luas sekali. Sambil berwisata kuliner Siti bertanya, "Abang pilih yang mana diantara dua putri itu ?"
"Aku tak tahu, kita lihat saja siapa yang bisa memuaskanku, haha," jawabnya menyeringai.
Siti sama sekali tak tersenyum, "gue udah kenyang, gue kepengen rebahan, capek perjalanan, boleh kan ?"
"Iya, aku anterin, anak-anak ini juga udah disediain kamar kok," jawab Rakha.
Kamar di istana ini mewaaah sekali, jauh lebih mewah daripada rumah dinas Bhre. Terlihat nyaman dan semua perabotannya mahal. Siti masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat. Ia merebahkan diri di kasur lembut warna keemasan itu, tapi matanya tidak memejam, tentu ia cemburu, ia mencintai Rakha. Tapi apa ia berhak cemburu ?
***
Malam pun tiba, keluarga kerajaan berendam di sebuah kolam air hangat pribadi. Di sana ada raja, dua putri yang haus minta segera dikawin dan sang Ratu yang baru pulang arisan. Ratu sangat cerewet, menceritakan apa saja yang diceritakan bangsawan lain di tempat arisan tadi heboh. Semua tertawa dan gembira.
Sugeng dan Karmilah punya ide, keduanya mengajak Siti ngintip lewat celah kecil di tembok taman kamar mereka, "Kak City, itu lihat pacar Kakak pipinya dicium-cium sama Putri Tanjung." ujar Karmilah mengadu.
Siti pun ikut ngintip, menonton semua jin yang hanya pakai jarik penutup tanpa aksesoris lainnya itu. Kedua putri masih gelayotan di lengan Rakha. Sesekali keduanya curi-curi cium.
"Nak, pernikahan bukan hanya soal cinta, pernikahan adalah tentang politik, ekonomi dan lain sebagainya. Ayah dan Ibu telah memilihkan yang terbaik dari para putri terbaik kerajaan tetangga kita ini, dua-duanya sama-sama cantik, baik dan setia pastinya," kata Raja yang berendam di samping istrinya.
"Aku tergantung keridhoan Ayah, Ayah saja yang pilihkan untukku, apapun pilihan Ayah, kuyakin itu yang terbaik, tapi jika Ayah ingin tahu apa isi hatiku… aku jawab bahwa aku belum ingin menikah," jawab Rakha.
"Kau jangan egois anakku, Sayang, kan tadi Ayah sudah menjelaskan, pernikahan bukan hanya soal cinta, ini soal kerajaan kita," kata sang ratu.
"Iya, makanya aku tadi juga menjawab, aku ikut pilihan Ayah dan Ibu saja," kata Rakha.
"Kau memang anak yang berbakti, sejak dulu, Ayah tidak pernah gagal mendidikmu, hahahaha," puji Raja sambil memainkan ujung kumis Gatot Kacanya.
Siti tak mau mengintip lagi, ia turun dari tembok batu yang ia panjat dan berjalan cepag kembali ke kamarnya. "Dasar laki-laki, gak bisa nggak liat yang lebih cantik dan seksi, baru ketemu sehari langsung berpaling, kemarin-kemarin bilangnya cuman cinta sama gue," gumamnya nggerundel.
"Hanya saja aku punya 1 syarat," kata Rakha mulai serius melanjutkan percakapan.
"Apa itu, Pangeran ?" tanya Putri Intan penasaran.
Rakha tersenyum, ia belai lembut rambut gadis subur itu, "ini rahasia antara aku dan Ayahku, nanti malam aku akan beritahu Ayah apa keinginanku," jawabnya.
Raja sudah punya firasat gak enak mendengarnya, tapi ia harus tetap sabar dan woles di segala situasi, "baiklah, apa sih yang tidak akan Ayah berikan untukmu, Nak," jawabnya.
Setelah selesai berendam malam, Rakha berjalan masuk ke kamar pribadi Raja. Ia kemudian mengungkapkan maksud hatinya kepada Siti, "Ayah tidak akan mengizinkannya," jawab Raja kaget.
"Kalau begitu aku juga tidak mau menikah dengan salah satu putri itu, Ayah," kata Rakha mengancam.
"Kau sudah dibutakan, Nak, jangan turuti perasaanmu, pakai logika," kata Raja mengetuk patok kepalanya.
"Aku tidak bisa memikirkan hal lain kecuali Siti. Sangkar sudah selesai dibangun, Patih Wira sudah menemukan keberadaan Siluman itu, waktuku tak lama, aku hanya ingin menikah dengan Siti sehari saja, tidak lebih dan tidak kurang," kata Rakha bersikukuh.
Raja mumet setengah mati, "kalau para putri itu tahu kau menikahi manusia apa mau mereka jadi istrimu ? Pikirkan !"
"Aku akan merahasiakan semua ini, Ayah, jika ada 1 saja orang yang membongkar akan kubunuh semua keluarganya," kata Rakha mengepalkan tangannya yang keringetan.
"Bagaimana jika dia hamil ?" tanya Raja membelakangi putra tunggalnya dan menghadap ke jendela besar.
"Kehamilan tak semudah itu, hanya dengan 1x saja hubungan badan bisa hamil ? Ini lelucon paling konyol yang pernah aku dengar," jawab Rakha meremehkan.
"Pergi tidur ! Jernihkan pikrianmu, Nak ! Ayah akan memikirkan semuanya," kata Raja mendahului anaknya keluar dari ruangan dengan perasaan kesal, meski awal jumpa Siti ia sudah menduga bahwa Rakha ada perasaan cinta.
Rakha berjalan hendak masuk kamar lamanya, tempat ia tidur dari kecil hingga sebelum dikirim ke Jawa Timur. Tapi kemudian hatinya berkata agar kakinya berbelok ke kamar Siti malam ini.
Sekitaran jam 11 malam, suasana istana sudah gelap, hanya cahaya lampu minyak yang menerangi. Rakha mendengar suara isak tangis dari kamar Siti. "Hiks hiks hiks."
Saat pangeran bulu nembus tembok, Siti yang sedang menangis cemburu kaget dan buru-buru mengusapi air matanya. Rakha merasa hatinya sangat hancur melihat air mata itu, "oh Sayang," ujarnya langsung memeluk tubuh kurus itu erat.
Tangis Siti semakin tumpah di dada dan perut Rakha. "Hiks hiks huhhhuhu." Rakha belai-belai rambut itu, "maafkan aku, maaf ya, maaf."
"Hiks.. Abang pembohong, Abang playboy cap kapak, hiks hiks," ujar Siti marah-marah dalam tangisnya.
"Katanya nggak cemburu, heeem ?" tanya Rakha tanpa melepaskan pelukan.
"Abang tuh udah paham perasaan gue, pake nanyak lagi, huhuhu, udah pergi sana ! Dicariin tuh sama putri-putri itu minta dikelonin, huhuhu," kata Siti memberontak melepaskan pelukan.
"Kan Abang maunya nikah sama Siti, bukan sama mereka," jawab Rakha meraih kain jarik dan mengelap air mata itu.
"Toh Abang gak bisa lari dari perjodohan," kata Siti menyeka ingusnya.
"Abang ngasih syarat ke Ayah agar diizinkan menikah denganmu dulu sebelum menikah dengan salah satu putri itu. Perjanjian kita tetap jalan, Dek, kalau kamu mau balik ke alam manusia, Adek harus nikah sama Abang walau hanya sehari saja, para putri itu mungkin akan menjadi permaisuri dan ratu kerajaan ini kelak, tapi tidak akan menjadi ratu di hati Abang ini, Dek, pernikahan Abang dengan mereka hanya pernikahan uang, tahta dan kepentingan kerajaan, bukan pernikahan atas dasar cinta," kata Rakha menegaskan sambil meremas dadanya sendiri.
"Kenapa Abang sangat terobsesi sama gue ?" tanya Siti langsung mandek air matanya.
"Abang juga gak tau, Dek, namanya juga cinta, sekalipun kamu polos begini gak pernah dandan, badan trepes gini kurang gizi, tapi Abang maunya kamu, Dek," jawabnya.
"Anjiirlah kurang gizi katanya," batin si Siti.
Siti langsung mencubiti lengan Rakha, "baru liat yang menul-menul udah ngatain yang biasa-biasa gini kurang gizi, hiih hiih hiiih dasar mata keranjang, dari tadi ditempel-tempel cewek diem aja nggak mau ngehindar lagi, hiih hiih hiih."
"Aaw aaaw aaawww aaahh sakit, sakit aduh, kalo cemburu sadis kamu, Sayang, aaww.. KDRT, aduh !!" keluh Rakha.
Sementara itu Putri Tanjung diam-diam juga mendatangi kamar Pangeran Rakha, 'tok tok tok,' ia ketok pintu pelaaan sekali, "Pangeran, kau sudah tidur ? Boleh aku nembus masuk ke dalam ?" bisiknya di depan pintu, sesekali celingukan takut ketahuan.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit