Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 – Cahaya Qi Pertama di Akademi Sihir Eldamar
Tiga Murid, Satu Misi
Tiga murid Xiao Chen — Elvira, Kaith, dan Rin — berdiri di pelataran Kastil Langit, siap menjalani misi pertama mereka: menyebarkan dasar-dasar Qi ke dunia luar. Xiao Chen berdiri di hadapan mereka, matanya tenang seperti danau yang tak bergelombang, namun dalamnya menyimpan petir.
> “Ini bukan misi untuk menyebarkan kekuatan,” ucapnya.
“Ini adalah ujian untuk melihat apakah dunia ini layak menerima jalan Qi.”
“Berjalanlah sebagai dirimu sendiri, bukan sebagai muridku.”
Elvira menggenggam tongkat kayu spiritual yang telah ia bentuk sendiri—simbol identitas barunya sebagai kultivator jalan roh. Kaith mengenakan jubah sederhana dengan sabuk giok dari Xiao Chen. Rin menaruh liontin rubah api pemberian gurunya di lehernya.
> “Kami tidak akan mengecewakan, Guru.”
Akademi Sihir Eldamar
Akademi sihir tertua di dunia ini, terletak di puncak Pegunungan Iris. Menara-menara sihir menjulang seperti tombak yang menantang langit. Para muridnya datang dari berbagai wilayah, dan semua memiliki bakat sihir luar biasa. Bagi rakyat biasa, tempat ini adalah mimpi. Namun bagi yang tak punya sihir… itu adalah neraka pengabaian.
Saat ketiga murid Xiao Chen tiba di gerbang akademi, mereka sudah menarik perhatian.
> “Siapa itu?”
“Elf dari pegunungan barat?”
“Yang manusia itu… tidak punya aura sihir. Cacat, mungkin?”
Para penjaga mencibir.
Namun Elvira hanya berjalan tenang.
> “Kami datang untuk mengikuti seleksi umum Akademi Eldamar.”
Ujian Penerimaan
Setiap tahun, Akademi Eldamar membuka ujian terbuka bagi siapa pun yang ingin masuk. Biasanya hanya formalitas—tak ada dari rakyat biasa yang pernah diterima.
Ujian pertama: Tes Resonansi Mana.
Para peserta diminta meletakkan tangan di atas Kristal Mana. Siapa pun yang gagal menunjukkan resonansi akan langsung didiskualifikasi.
Kaith maju pertama. Tangan gemetar.
> “Dulu aku gagal di tempat ini…” pikirnya.
Namun kini, dengan Qi yang mengalir di nadinya, tangannya menyentuh kristal itu.
BRAAK!
Kristal itu tidak menyala… melainkan RETAK.
Seketika, aula ujian gempar.
> “Apa itu barusan?”
“Dia… menghancurkan kristalnya? Tapi dia tak punya sihir!”
Rin dan Elvira melangkah berikutnya.
Elvira tidak menyentuh kristal, melainkan menarik Qi ke telapak tangannya, membentuk Bunga Roh Langit. Ia menaruhnya di atas kristal—dan kristalnya langsung membatu!
Seorang penguji berteriak:
> “Kekuatan itu… bukan sihir… tapi sangat murni… Lebih bersih dari mana.”
Diterima dengan Penuh Kecurigaan
Karena hasil yang tak bisa dijelaskan, para petinggi Akademi Eldamar akhirnya menerima mereka sebagai "subjek penelitian spesial".
Di antara para profesor, ada satu yang sangat tertarik: Profesor Mardas, seorang penyihir tua yang selama ini mengkaji kemungkinan "energi di luar sihir".
> “Kalian bukan pengguna sihir, tapi kalian bisa mengangkat kekuatan dari bumi. Itu… Qi, ya?”
“Katakan padaku, siapa guru kalian sebenarnya?”
Kaith menjawab tanpa ragu.
> “Kami bukan pengikut kultus.”
“Kami adalah murid dari seorang guru yang hidup di atas awan.”
Konflik Kelas
Hari-hari pertama di akademi penuh tekanan. Di kelas, mereka dijadikan bahan ejekan. Salah satu murid bangsawan, Lerion, mencoba menjatuhkan Kaith di pelatihan sihir dasar.
Namun Kaith, tanpa menyentuh tongkat, hanya menggunakan tekanan Qi untuk menjatuhkan Lerion ke tanah.
> “Jangan main api… kalau hatimu penuh debu.”
Aksi itu membuat suasana akademi semakin panas. Pihak sihir konservatif mulai khawatir.
Turnamen Internal
Untuk meredam tensi, Akademi mengumumkan sebuah Turnamen Duel Murid Baru.
Kaith, Rin, dan Elvira diundang.
Tapi secara misterius… Kaith dipasangkan langsung melawan anak dari salah satu penyihir utama, Izen Kyras, di pertandingan pembuka.
Sementara itu, Elvira merasakan ada yang mengintai dari balik bayang-bayang: seseorang mengikuti mereka, seseorang dengan aura… hitam pekat, penuh kebencian terhadap Qi.
Xiao Chen: Diam tapi Mengawasi
Dari kejauhan, di atas pohon raksasa, Xiao Chen duduk bersila. Ia tidak ikut campur, namun seluruh langit di atas Akademi Eldamar berada di bawah kendalinya.
> “Belajar… bertumbuh… dan buktikan pada dunia bahwa kalian tak perlu ditopang oleh namaku.”
Qi-nya menyebar, menyatu dengan angin, air, tanah, dan cahaya.