Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.
Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.
Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.
Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.
Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Acara Amal & Pengakuan yang menggemparkan
Keesokan harinya bagai gulungan film yang diputar dengan kecepatan tinggi. Anatasya tenggelam dalam kesibukan yang menyenangkan bersama keluarganya.
Di dalam kamar yang dipenuhi dengan berbagai pilihan gaun yang indah, Anatasya berdiri di depan cermin, memandangi refleksi dirinya.
Ia mencoba satu per satu gaun yang disarankan oleh Linda, ibunya. Gaun-gaun itu, dengan berbagai model dan warna, semuanya tampak memukau di tubuh Anatasya. Linda duduk di tepi ranjang, matanya berbinar-binar melihat kecantikan putrinya.
Mereka sedang memilih gaun yang akan di kenakan di acara amal malam itu, sebuah kegiatan tahunan yang selalu di nanti oleh kalangan sosialita dan pembisnis terkemuka.
"Kamu benar-benar cantik, Nak?" puji Linda dengan nada tulus, matanya berkaca-kaca haru. Ia menghampiri Anatasya dan mengelus lembut pipinya.
"Gaun manapun yang kamu pilih, kamu akan tetap terlihat mempesona."
Linda terus saja memberikan berbagai saran, memuji setiap pilihan gaun, dan tak henti-hentinya menyemangati Anatasya untuk tampil percaya diri. Ia ingin putrinya merasa yang tercantik di hari pernikahannya nanti.
Anatasya tersenyum hangat mendengar pujian ibunya. Ia menghampiri Linda dan memeluknya erat. Kehangatan pelukan ibunya selalu bisa menenangkan hatinya.
"Terima kasih, Bu," ucap Anatasya lembut, menyandarkan kepalanya di bahu ibunya.
"Ibu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik."
Setelah beberapa saat berpelukan, Anatasya melepaskan diri dan menatap mata ibunya dengan tatapan penuh harap dan sedikit keraguan.
Ada sebuah pertanyaan yang ingin ia lontarkan, namun ia selalu merasa ragu.
"Bu," tanya Anatasya pelan, "Apa ibu... benar-benar menyetujui aku bersama Kak Damian?"
Pertanyaan itu terlontar begitu saja, didorong oleh rasa penasaran yang selama ini menggerogoti hatinya.
Setelah berita buruk yang menimpa nama baiknya akibat ulah Clara, Damian dengan jujur mengakui perasaannya kepada kedua orang tuanya.
Awalnya, Gerald dan Linda memang terkejut mendengar pengakuan Damian. Mereka tidak menyangka putra angkat mereka akan jatuh cinta pada wanita yang baru saja mengalami masa sulit dan memiliki masa lalu yang rumit.
Namun, seperti kata pepatah, cinta memang tidak bisa memilih kepada siapa ia akan tertambat. Mereka melihat ketulusan di mata Damian dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Anatasya saat bersama Damian.
Meskipun demikian, Gerald dan Linda tidak mengatakan apapun secara eksplisit mengenai persetujuan mereka, membuat Anatasya merasa sedikit tidak yakin dengan perasaan ibunya.
Linda menatap mata Anatasya dengan lembut. Ia menggenggam kedua tangan putrinya dan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.
"Sayangku," ucap Linda dengan nada penuh kasih sayang.
"Awalnya, Ibu memang sedikit terkejut. Bukan karena kamu, Nak. Kamu adalah wanita yang baik dan kuat. Tapi Ibu hanya... khawatir. Khawatir dengan semua yang telah kamu alami, dan khawatir dengan masa depan kalian berdua."
Linda menghela napas sejenak, mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
"Tapi setelah Ibu melihat bagaimana Damian menjagamu, bagaimana ia melindungimu dari semua kesulitan ini... Ibu melihat ketulusan di matanya. Ibu melihat betapa bahagianya kamu saat bersamanya. Cinta memang tidak bisa dipaksakan, Nak. Dan kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Ibu juga."
Air mata haru mulai membasahi pipi Anatasya. Ia tidak menyangka ibunya akan memberikan jawaban yang begitu tulus dan penuh pengertian.
"Jadi, Ibu setuju?" tanya Anatasya lagi, memastikan apa yang baru saja didengarnya.
Linda tersenyum lembut dan mengangguk mantap. "Iya, Sayang. Ibu sangat setuju. Jika Damian bisa membuatmu bahagia, maka Ibu juga bahagia. Ibu percaya pada pilihanmu. Ibu percaya pada cinta kalian."
Anatasya kembali memeluk ibunya dengan erat, air matanya kini adalah air mata kebahagiaan. Ia merasa lega dan terharu mendengar restu dari ibunya. Restu itu bagaikan angin segar yang menyejukkan hatinya yang selama ini diliputi keraguan.
Kini, ia semakin yakin dengan keputusannya untuk menerima Damian sebagai pendamping hidupnya. Cinta dan dukungan dari keluarganya terutama ayah dan ibunya sendiri, memberikannya kekuatan untuk menatap masa depan dengan penuh optimisme dan kebahagiaan.
**
Sementara Anatasya larut dalam kebahagiaan bersama ibunya, di sisi lain kediaman keluarga Santoso, Damian dan kedua adiknya bergerak dengan sigap.
Ruang kerja Damian disulap menjadi pusat komando kecil. Julian dengan lincah memeriksa daftar tamu undangan acara amal, memastikan tidak ada celah bagi penyusup yang berniat jahat. Rafael, dengan keahliannya di bidang teknologi, memantau layar komputer yang menampilkan rekaman CCTV di sekitar lokasi acara. Mereka berdua memahami betul potensi ancaman dari Clara yang dipenuhi dendam.
"Kak, semua tim keamanan sudah siap di pos masing-masing," lapor Rafael tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. "Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak keamanan gedung."
"Bagus," jawab Damian singkat, pikirannya fokus menyusun mental untuk malam yang penting ini. Bukan hanya karena acara amal yang prestisius, tetapi juga karena ia berencana untuk membuat pengumuman penting mengenai hubungannya dengan Anatasya.
Julian menyodorkan sebuah tablet kepada Damian. "Ini daftar tamu VIP, Kak. Pastikan tidak ada nama mencurigakan."
Damian meneliti daftar tersebut dengan cermat, mengenali sebagian besar nama-nama penting di dunia bisnis dan sosialita kota itu. Ia tahu, malam ini akan menjadi panggung yang tepat untuk memperkenalkan Anatasya kepada publik sebagai wanita yang dicintainya.
"Kita tidak bisa lengah," ujar Damian kepada kedua adiknya. "Clara dan ayahnya mungkin akan mencoba sesuatu yang tidak terduga. Kita harus siap dengan segala kemungkinan."
"Tenang saja, Kak," sahut Julian dengan senyum penuh keyakinan. "Kami tidak akan membiarkan siapapun merusak malam ini."
Malam yang dinanti pun tiba. Di kamar yang telah disiapkan khusus untuknya di kediaman keluarga Santoso, Anatasya berdiri di depan cermin besar. Linda dengan telaten memakaikan kalung berlian sederhana namun elegan di leher putrinya.
"Kamu benar-benar memukau, Sayang," puji Linda dengan mata berkaca-kaca. "Ayahmu pasti akan sangat bangga melihatmu malam ini."
Anatasya tersenyum haru. Ia merindukan ayahnya, namun ia tahu bahwa ayahnya pasti akan bahagia melihatnya menemukan kebahagiaan bersama Damian.
Pantulan dirinya dalam gaun malam berwarna biru tua yang elegan membuatnya tampak anggun dan mempesona. Gaun itu sederhana dalam desain, namun potongan dan warnanya memancarkan aura berkelas yang memukau.
Sentuhan riasan tipis di wajahnya semakin menonjolkan kecantikan alaminya, pancaran mata yang kini memancarkan kebahagiaan dan ketenangan.
Suara ketukan lembut di pintu memecah keheningan kamar.
"Masuk," sahut Anatasya dengan suara yang lebih percaya diri dari sebelumnya.
Pintu terbuka perlahan, dan Damian melangkah masuk. Ia mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya, membuatnya tampak semakin gagah dan berkarisma.
Matanya berbinar-binar saat menatap Anatasya, seolah terhipnotis oleh kecantikannya.
"Kamu sangat cantik," bisiknya lembut, menghampiri Anatasya dan meraih tangannya. Sentuhan tangannya yang hangat memberikan ketenangan yang mendalam bagi Anatasya.
Anatasya tersenyum, merasakan kehangatan cinta Damian menjalar ke seluruh tubuhnya. "Terima kasih. Kamu juga sangat tampan."
Mereka berjalan bergandengan tangan menuju aula megah tempat acara amal diadakan. Suara gemuruh percakapan dan denting gelas terdengar samar dari kejauhan.
Saat mereka memasuki ruangan, kilatan lampu kamera dari para wartawan dan sorot mata penasaran dari para tamu undangan langsung tertuju pada mereka berdua.
Bisik-bisik mulai terdengar di antara para hadirin, menebak-nebak hubungan antara Damian dan wanita cantik di sampingnya.
Damian menggenggam tangan Anatasya semakin erat, seolah menyalurkan kekuatannya. Mereka berjalan dengan tegap menuju tempat yang telah disediakan untuk keluarga Santoso di barisan depan. Di sepanjang jalan, beberapa tamu undangan yang mengenal Damian menghampirinya untuk menyapa dan memberikan senyuman penuh arti kepada Anatasya.
Linda menyambut mereka dengan senyum lebar dan pelukan hangat untuk Anatasya.
"Kalian berdua tampak serasi sekali," pujinya tulus, matanya berkaca-kaca melihat kebahagiaan putrinya. Gerald, ayah Anatasya, menepuk bahu Damian dengan bangga dan memberikan pelukan sayang pada putrinya.
Acara amal berjalan dengan lancar dan khidmat. Damian memberikan sambutan singkat mengenai tujuan mulia acara tersebut dan mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang hadir.
Selama acara berlangsung, ia tidak pernah melepaskan genggaman tangan Anatasya. Mereka saling bertukar senyum dan bisikan lembut, menunjukkan kebersamaan dan kebahagiaan yang terpancar dari hati mereka.
Sesuai dengan perkiraan keluarga Santoso, Clara juga hadir di acara amal tersebut. Ia datang bersama ayahnya, Jerry Santoso, adik dari Gerald.
Setelah kehilangan posisinya di perusahaan milik Santoso akibat ulah Damian yang membongkar kecurangannya, Jerry kini hanya memiliki perusahaan di bidang properti yang dulunya cukup berpengaruh namun kini terancam bangkrut. Jerry nampak menggandeng putrinya dengan wajah datar dan tegang.
Namun, saat mata Clara bertemu dengan Anatasya dan Damian yang berdiri berdampingan dengan mesra, raut wajahnya langsung berubah menjadi masam.
Kenapa Anatasya harus punya segalanya? kenapa bukan dirinya? bahkan dirinya pun telah dicampakkan oleh kekasihnya Adrian lantaran Adrian berniat mendekati Anatasya kembali setelah mengetahui siapa Anatasya sebenarnya.
Tatapan mata Clara yang penuh kebencian tertuju pada Anatasya, seolah ingin melumat wanita itu hidup-hidup.
Clara beberapa kali mencoba mendekati Damian, mencari celah untuk berbicara dengannya. Namun, setiap usahanya selalu dihalangi dengan sopan namun tegas oleh Julian atau Rafael, dengan alasan Damian sedang sibuk menerima tamu atau ada urusan penting lainnya.
"Kak Damian sangat sibuk, Nona Clara. Mungkin lain waktu Anda bisa berbicara dengannya," ujar Julian dengan senyum sopan namun tak mengizinkan Clara mendekat.
Jerry, yang menyadari ketidaknyamanan putrinya, juga mencoba mendekati Gerald dan Linda, berharap bisa berbasa-basi dan mencairkan suasana. Namun, sambutan dingin dan formal dari keluarga Damian membuatnya merasa tidak nyaman dan akhirnya memilih untuk menjauh.
"Gerald, lama tidak bertemu," sapa Jerry mencoba bersikap ramah, meskipun hatinya penuh kejengkelan.
"Jerry," jawab Gerald singkat tanpa senyum. "Selamat datang di acara kami." Nada bicaranya datar dan tidak mengundang percakapan lebih lanjut. Linda hanya mengangguk singkat tanpa menatap Jerry.
Puncak dari malam itu terjadi saat Gerald menggandeng sang putri naik ke atas panggung. Anatasya yang selama ini memilih untuk tidak terlalu menonjolkan diri di depan publik, sehingga tidak banyak yang mengenalnya sebagai putri bungsu keluarga Santoso, kini berdiri anggun di samping ayahnya.
"Para hadirin yang terhormat," ucap Gerald dengan suara lantang yang memenuhi seluruh aula. "Malam ini adalah malam yang spesial bagi keluarga kami. Saya ingin memperkenalkan putri bungsu saya, Anatasya Santoso."
Sorot lampu kamera langsung tertuju pada Anatasya. Para tamu undangan terkejut dan berbisik-bisik. Wajah Anatasya yang selama ini hanya menjadi perbincangan di media sosial kini terlihat jelas di hadapan mereka.
"Seperti yang kalian ketahui dari pemberitaan yang kurang tepat beberapa waktu lalu," lanjut Gerald dengan nada tegas, melirik sekilas ke arah Jerry dan Clara,
"Saya ingin meluruskan bahwa berita tentang ketiga putra saya memiliki hubungan dengan wanita yang sama adalah tidak benar. Anatasya adalah putri saya, dan segala pemberitaan yang menyudutkannya adalah fitnah belaka."
Tepuk tangan meriah menggema di aula. Banyak tamu undangan yang merasa lega dengan klarifikasi tersebut.
Kemudian Gerald pun melanjutkan dengan senyum bangga menatap Anatasya.
"Dan malam ini, dengan penuh kebahagiaan, saya ingin mengumumkan bahwa putri saya telah dilamar oleh seorang pria yang sangat mencintainya."
Gerald menoleh ke arah Damian dan mengisyaratkannya untuk naik ke atas panggung. Damian dengan menggenggam tangan Anatasya erat berjalan menuju panggung dan berdiri di samping Anatasya dan Gerald.
Hal ini mengejutkan semua orang yang hadir. Bisik-bisik semakin kencang terdengar. Mereka tahu Damian adalah putra sulung Gerald. Bagaimana mungkin seorang kakak melamar adiknya?
"Para hadirin yang terhormat," Damian akhirnya angkat suara, tatapannya lembut tertuju pada Anatasya.
"Saya tahu pengumuman ini mengejutkan sebagian dari Anda. Saya ingin meluruskan bahwa saya hanyalah anak angkat dari Bapak Gerald Santoso."
Keheningan sesaat menyelimuti aula sebelum kembali riuh dengan bisikan-bisikan terkejut.
Damian melanjutkan dengan nada penuh cinta dan keyakinan,
"Saya sangat mencintai Anatasya. Ia adalah wanita terkuat, terlembut, dan paling berharga dalam hidup saya. Saya berjanji akan selalu melindunginya dan membahagiakannya."
Damian menoleh ke arah Anatasya dan menggenggam tangannya semakin erat, menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Anatasya, maukah kau menjadi istriku?"
Air mata haru membasahi pipi Anatasya. Di tengah sorot mata ratusan orang, ia mengangguk mantap. "Ya, Damian. Aku mau."
Tepuk tangan meriah kembali menggema di seluruh aula, kali ini bercampur dengan sorak sorai bahagia dari para tamu undangan yang terharu dengan ungkapan cinta Damian dan jawaban Anatasya.
Namun, di sudut ruangan, Clara mengepalkan tangannya erat, matanya memancarkan amarah dan kebencian yang tak terkendali. Rencana balas dendamnya terasa semakin jauh dari jangkauan.
Jerry di sampingnya hanya bisa menatap kosong ke arah panggung, merasa semakin terpuruk dengan kenyataan bahwa keluarga kakaknya semakin bahagia di tengah keterpurukan keluarganya.
Setelah pengumuman Damian, banyak tamu undangan yang menghampiri Anatasya dan Damian untuk memberikan ucapan selamat.
Clara merasa semakin terpojok dan dipermalukan. Ia tidak tahan lagi melihat kebahagiaan Anatasya yang menurutnya telah merebut segalanya darinya.
Dengan langkah marah, ia menarik tangan ayahnya dan bergegas meninggalkan acara amal tersebut, meninggalkan tatapan sinis dan bisikan-bisikan di belakang mereka.
Jerry, yang merasa tidak enak hati dengan perlakuan dingin oleh keluarganya sendiri, hanya bisa pasrah mengikuti langkah putrinya.
Kepergian Clara dan Jerry dari acara amal tidak luput dari perhatian keluarga Damian. Gerald, yang sedari awal merasa ada yang tidak beres dengan sikap Jerry, menatap kepergian adik dan keponakannya itu dengan dahi berkerut.
Biasanya Jerry akan bersikap kasar dan emosi jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan nya. Namun sekarang hanya diam dan pergi begitu saja membuat Gerald justru curiga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...