NovelToon NovelToon
Kawin Kontrak Sama CEO Galak

Kawin Kontrak Sama CEO Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Duda / CEO
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Komang andika putra

Sinopsis:

Nayla cuma butuh uang untuk biaya pengobatan adiknya. Tapi hidup malah ngasih tawaran gila: kawin kontrak sama Rayyan, si CEO galak yang terkenal perfeksionis dan nggak punya hati.

Rayyan butuh istri pura-pura buat menyelamatkan citranya di depan keluarga dan pemegang saham. Syaratnya? Nggak boleh jatuh cinta, nggak boleh ikut campur urusan pribadinya, dan harus bercerai setelah enam bulan.

Awalnya Nayla pikir ini cuma soal tanda tangan kontrak dan pura-pura mesra di depan umum. Tapi semakin sering mereka terlibat, semakin sulit buat menahan perasaan yang mulai tumbuh diam-diam.

Masalahnya, Rayyan tetap dingin. Atau... dia cuma pura-pura?

Saat masa kontrak hampir habis, Nayla dihadapkan pilihan: pergi sesuai kesepakatan, atau tetap tinggal dan bertaruh dengan hatinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komang andika putra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meja meeting dan muka lama

Hari Jumat, jam 10 pagi. Gue dan Rani duduk di sebuah ruang meeting kaca di sebuah gedung produksi film indie di Jakarta Selatan. Suasananya elegan tapi santai. Di ujung meja udah ada dua orang: Mas Reza—produser yang ngontak kami, dan satu cowok lagi yang keliatan kalem tapi matanya awas banget—penulis skenario katanya.

“Selamat datang, Nayla dan Rani. Gue seneng banget kita akhirnya bisa ketemu langsung,” kata Mas Reza sambil nyodorin tangan.

Gue salaman dan coba tenang. Rani senyum tapi tetep waspada. Setelah basa-basi sedikit, Mas Reza langsung to the point.

“Kami mau angkat cerita kalian ke film pendek. Tapi kita harus kompromi di beberapa bagian. Dramatisasi itu penting. Emosi penonton harus digoyang. Nah, soal karakter David…”

Rani langsung melotot ke gue, kayak mau bilang “tuh kan!”

Tapi sebelum gue bisa jawab, penulis skenarionya buka suara:

“Kami paham ini based on true story. Tapi kalau karakter David dikasih zona abu-abu, film ini bisa kurang 'meledak'. Kami butuh satu tokoh yang bener-bener bikin penonton kesel.”

Gue tarik napas. Mau ngomong, tapi suara lain tiba-tiba muncul dari arah pintu.

“Gue setuju. Karakter David harus jadi pelaku utama, tanpa simpati.”

Kami semua noleh.

Dan lo tau siapa yang masuk?

Raisa. Mantan asisten David. Yang dulu suka nyindir gue pas masih kerja bareng David.

Dia sekarang berdiri pakai setelan blazer hitam, rambut diikat rapi, dan tatapannya... sinis abis.

“Gue yang handle PR dan distribusi film ini. Gue gak akan biarin cerita kayak gini nanggung.”

Gue langsung ngerasa gak enak. Rani langsung nyosor,

“Lah, lo ngapain di sini, Raisa? Sejak kapan lo di tim ini?”

Raisa senyum miring.

“Sejak hari pertama Mas Reza ngajuin ide film ini. Gue yang bantu nyusun strategi media, endorse, dan semua hal teknis. Jadi percaya deh, ini bukan sekadar soal cerita. Ini soal impact.”

Mas Reza buru-buru netralin suasana.

“Tenang, tenang. Kita bisa bahas baik-baik. Gini aja, Nayla. Kalau lo keberatan karakter David dibuat jahat total, kasih kami alternatif. Tapi harus tetep bikin emosi penonton kebawa.”

Gue duduk tegak. Oke, kalau ini perangnya, gue gak mundur.

“Gue akan bantu nulis ulang skenarionya. Tapi syaratnya: karakter David tetep salah, iya. Tapi di ending, kita kasih hint bahwa dia berusaha berubah. Itu lebih real. Dan lebih nyentuh, menurut gue.”

Raisa ketawa kecil.

“Wah, Nayla masih aja idealis ya. Pantes... dulu lo gampang dimainin.”

Gue tatap dia balik.

“Dan lo masih aja suka main belakang.”

Seketika ruangan hening. Tapi Mas Reza langsung ngeluarin suara tawa awkward.

“Hahaha... tensi tinggi, tapi seru ya. Baiklah, kita jadwalkan workshop naskah minggu depan. Kita coba dulu versi Nayla. Tapi kalau kurang nendang... kita bahas ulang.”

Keluar dari ruangan itu, gue dan Rani sama-sama ngos-ngosan.

“Gue bisa bawa ini, Nay,” kata gue sambil nahan emosi.

“Gue gak mau cerita kita dijual murah cuma demi klikbait.”

Rani narik napas dalam.

“Oke, gue temenin lo. Tapi lo harus siap... mereka gak bakal segampang itu nurut.”

Dua hari setelah meeting panas bareng Raisa, gue dapet undangan buat ikut casting preview—jadi semacam sesi liat-liat aktor yang udah dipilih buat peran utama.

Lokasinya di salah satu studio kecil di Kemang. Gue dateng bareng Rani, walau dia udah males banget dari awal.

“Gue tuh ya udah feeling, pasti ada aja dramanya... apalagi si Raisa ikut campur,” gerutunya.

Gue cuma bisa senyum tipis. Dalam hati, gue juga ngerasa aneh. Tapi gue pengen kasih kesempatan. Siapa tau, aktor yang dipilih bisa ngebawa kisah ini jadi lebih hidup... dengan tetap jujur.

Pas sampe studio, suasana cukup santai. Kami disambut Mas Reza lagi, dan langsung diarahkan ke ruangan pemutaran demo reel.

“Oke, Nayla, ini kita udah nemu dua kandidat yang cocok buat meranin kamu. Tapi yang paling menarik sekarang justru pemeran David. Nih, lo liat dulu ya.”

Lampu ruangan dimatiin. Video diputar.

Dan...

Muncullah wajah itu.

Gue melotot.

Dimas Arya.

Seleb medsos. Viral karena suka blak-blakan, suka ngegas, pernah bikin drama sama banyak cewek, dan punya reputasi sebagai “bad boy berlidah tajam”.

Dia emang cakep, karismatik, dan... punya aura David banget.

“Kita pilih dia karena chemistry-nya kuat. Dia bisa bikin penonton benci... tapi gak bisa berhenti nonton,” jelas Mas Reza.

Rani langsung berdiri.

“Lo serius, Mas? Dimas Arya? Itu cowok toxic banget di dunia nyata. Kalo dia jadi David, orang-orang malah nganggep lo sama kayak cewek-cewek yang dia permainkan!”

Gue diem.

Gue gak bisa bohong, ekspresi dan gaya bicara Dimas di demo reel-nya memang pas. Tapi... gue ngerasa gak nyaman.

Setelah pemutaran selesai, Mas Reza nanya ke gue:

“Gimana, Nay? Oke gak?”

Gue ragu.

Tapi akhirnya gue jawab jujur.

“Secara akting, dia bagus. Tapi... karakter gue di cerita ini lagi berusaha keluar dari bayang-bayang manipulasi cowok kayak gitu. Kalau kita pilih Dimas, cerita ini malah keliatan kayak glorifikasi cowok brengsek.”

Mas Reza keliatan mikir. Tapi sebelum dia jawab, suara lain muncul dari belakang.

“Tenang aja, Nayla. Gue di sini bukan buat ngelucu. Gue pengen nunjukkin sisi lain gue juga.”

Gue noleh.

Dan ya, Dimas Arya udah berdiri di ambang pintu, senyum santai kayak gak ada beban.

“Gue tahu lo gak percaya sama gue. Tapi kasih gue satu minggu reading bareng lo. Kalau lo masih gak nyaman, lo bisa tolak. Gue gak akan maksa.”

Ruangan jadi hening. Gue ngeliat Rani yang udah geleng-geleng kepala.

“Ini jebakan. Tapi... pilihan lo.”

Gue pandang Dimas.

Mau nolak sekarang, atau kasih kesempatan satu minggu?

1
Ko Mengzz
alur cerita bagus
Ko Mengzz
mantap author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!