Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Langit melihat semua yang Elara lakukan untuk menarik perhatian Kenzie. Meski Elara mengatakan tidak akan menggunakan perasaan dalam urusan pekerjaan, tapi Langit tetap merasa tidak terima melihat Elara mendekati Kenzie yang menjadi musuh bebuyutannya.
"Sayang, aku duduk di sini ya," Siena yang baru masuk ke kantin langsung bergelayut di lengan Langit.
Langit sama sekali tidak menanggapi. Tatapannya sama sekali tak teralihkan dari Elara dan Kenzie yang entah mengapa terlihat cukup romantis di matanya. Dimana Elara yang terlihat batuk-batuk, lalu Kenzie mengambilkan minum, bahkan membantu Elara untuk meminumnya. Rasanya hati Langit bagai diiris belati tajam, lalu disiram dengan air garam. Ini sungguh perih.
"Sayang, kau mau bakso?" Tanpa menunggu persetujuan Langit, Siena menaruh satu buah bakso ke mangkok Langit.
Langit yang semula menatap Elara langsung menatap mangkok di depannya yang kini sudah terisi bakso dari Siena. Langit menatap Siena datar, lalu bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja dari kantin.
"Langit, tunggu!"
Elara langsung menengok saat mendengar Siena memanggil Langit. Tampaknya, Langit tidak bisa diajak bekerja sama kali ini. Buktinya, dia bahkan tidak bisa berlaku baik pada Siena meski hanya sekedar sandiwara.
...•••***•••...
"Semuanya, silakan buka buku panduan kalian masing-masing dan baca isi bab satu tentang Fungsi Turunan Aljabar."
Meski malas, Elara tetap melakukan perintah Ibu Siska. Saat membuka halaman yang dimaksud, seketika kepala Elara rasanya berkunang-kunang melihat angka-angka yang berjejer di sana. Elara melirik Langit, Kenzie dan teman-temannya yang lain sibuk membaca halaman yang tadi Ibu Siska maksud. Bahkan, beberapa diantara mereka juga menuliskan sesuatu di buku catatan mereka, membuktikan bahwa mereka benar-benar serius untuk pelajaran tambahan ini.
"Elana, kamu sudah selesai membaca?" tanya Ibu Siska saat melihat Elana yang tidak membaca bukunya dan malah melihat teman-temannya yang lain.
"Ini sedang membaca, Buk." kilah Elara.
"Baiklah, lanjutkan bacaanmu."
Elara berpura-pura membaca bukunya, padahal kepalanya hampir pecah melihat angka-angka yang berjejer itu. Beberapa menit berlalu, waktu yang Ibu Siska berikan untuk mereka membaca akhirnya habis.
"Baiklah, lihat halaman berikutnya, disana ada enam soal essay. Silahkan pilih satu orang satu soal dan kerjakan di depan." ucap Ibu Siska.
Mereka kembali melakukan perintah Ibu Siska, tidak terkecuali Elara. Meski sejujurnya kepala Elara hampir meledak, tetapi ia coba sebisa mungkin untuk tetap mencoba mengerjakan soal yang diberikan.
"Elana, silahkan tulis jawabanmu di depan."
Dengan dada berdegup tak menentu, Elara meraih buku catatannya dan membawanya maju ke depan kelas. Ia meraih spidol yang diberikan Ibu Siska, lalu melihat kembali pada buku catatannya. Perlahan, Elara membuka tutup spidol dan mencoba memberanikan diri untuk menuliskan hasil penjumlahannya yang sejujurnya ia sendiri 'pun tidak yakin benar. Tetapi, barusaja tangannya akan menuliskan spidol ke papan tulis, tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya, dan tidak membutuhkan pikir panjang, ia langsung merealisasikan idenya.
bugh!
"Elana!"
Ibu Siska cukup terkejut saat Elara jatuh pingsan. Kenzie yang juga terkejut langsung mendekati Elara untuk memapahnya, tetapi Langit datang begitu saja dan tanpa permisi menggendong Elara menuju UKS.
...•••***•••...
"Bagimana Buk, apa dia baik-baik saja?" tanya Ibu Siska pada guru yang bertugas di UKS.
"Dia baik-baik saja, Buk. Mungkin dia hanya kelelahan, tapi sebentar lagi dia pasti akan sadar."
"Baiklah, terima kasih." Ibu Siska berbalik menatap anak-anak yang ikut serta mengantar Elara ke UKS. "Ayo kita kembali ke kelas." ucapnya.
"Buk, saya izin menemani Elana di sini. Nanti setelah dia siuman, kami akan ke kelas bersama-sama." ucap Langit.
"Saya juga, Buk." timpal Kenzie.
"Kamu juga?" Ibu Siska melirik Langit dan Kenzie bergantian. "Biar satu orang saja yang menunggu di sini, sisanya ikut Ibu kembali ke kelas." putus Ibu Siska dan langsung melangkah kembali ke kelas.
"Biar aku yang menemani Elana di sini, kau kembali saja ke kelas." ucap Kenzie.
"Aku lagi kurang mood menghajar orang sekarang, jadi pergilah." jawab Langit.
Kenzie menatap Langit penuh permusuhan, tetapi tak urung ia tetap kembali ke kelas. Perlu dicatat, Kenzie sama sekali tidak takut pada Langit, tetapi demi menjaga nama baiknya di sekolah ini, Kenzie memilih mengalah dan membiarkan Langit yang menjaga Elara. Setelah Kenzie pergi, guru penjaga UKS juga ikut permisi untuk pergi.
"Bangunlah, mereka sudah pergi." ucap Langit.
Perlahan sebelah mata Elara terbuka demi memastikan keadaan. Setelah melihat benar-benar tidak ada orang lain lagi selain dirinya dan Langit, Elara langsung mendudukan dirinya dengan menghela napas lega.
"Terima kasih kau sudah menyelamatkanku."
Langit hanya mengangguk singkat. "Kali ini kau mungkin bisa menghindar dengan cara ini, tapi lain kali, aku rasa orang akan curiga kalau kau menggunakan cara yang sama."
"Selanjutnya aku akan mencari cara yang lain, kau tenang saja."
...•••***•••...
Elara bersama dua sahabat baik dari Elana duduk di halaman belakang sekolah. Ketiganya duduk bersama di kursi panjang di bawah salah satu pohon rindang, menikmati kesejukan angin yang berhembus cukup kencang ke arah mereka.
"El, aku membawakan sop ayam kampung untukmu, makanlah." Kenzie menyodorkan sebuah kotak bekal kepada Elara.
"Thank you." ucap Elara disertai senyuman anggun khas seorang Elana.
"Hm, kalau begitu aku pergi dulu. Ingat, jangan lupa dimakan, itu bisa membantu mempercepat penyembuhanmu."
Setelah kenzie pergi, Feli langsung merangkul bahu Elara dengan senyuman menggoda. "Sepertinya Kenzie perhatian sekali, apa jangan-jangan kalian sudah jadian?"
"Tidak, kami— Langit?" Elara terkejut saat Langit merampas kotak makanan pemberian Kenzie dari tangannya.
"Fel, Chel, kalian berdua suka ayam kampung tidak?" tanya Langit.
"Aku tidak begitu suka ayam," jawab Chelsea.
"Sama," sahut Feli.
"Ya sudah," Langit duduk tanpa alas di atas rumput yang tepat berada di hadapan kursi yang ditempati Elara, Feli dan Chelsea. Lalu tanpa sungkan, Langit membuka kotak bekal tersebut dan memakan isinya.
"Langit, itu milikku." protes Elara.
"Ada yang mengatakan ini milikku?" tanya Langit menyebalkan.
"Tapi kau merampasnya begitu saja dariku, itu tidak sopan."
Langit menghentikan kunyahan sejenak, lalu menatap Elara. "Aku lapar." Setelah mengatakan kalimat itu, Langit kembali menikmati sop ayam di tangannya.
"Lan, apa dia sudah gila?" bisik Feli.
"Ya, aku gila karena sahabat kalian itu." sahut Langit tanpa mengalihkan tatapannya dari makanan di tangannya.
Feli dan Chelsea saling tatap. Setahu mereka, Langit tidak seperti ini, terlebih pada Elana. Sebab, Langit adalah tipikal manusia yang suka berbuat seenaknya, dan Elana kerap mendapat bulian darinya. Lalu kenapa sekarang Langit justru terlihat berteman dengan Elana.
"Kalian sudah lama berteman?" tanya Feli to the point pada Langit dan Elara. Ya, itulah Feli, ia memang tidak bisa menahan keingintahuannya, dan ia akan menanyakan apapun yang ada di kepalanya secara langsung kepada yang bersangkutan.
Krakhh!!
Langit bersendawa kecil setelah menghabiskan sop ayam kampung pemberian Kenzie, tetapi meski hanya sendawa kecil, itu bisa terdengar jelas oleh Feli dan Chelsea, membuat keduanya kembali dibuat bingung dengan sikap Langit yang terlihat berbeda di hadapan mereka.
"Kau pandai membuat sop ayam, besok buatkan lagi ya." Langit menyerahkan kotak bekal kepada Elara.
"Itu bukan buatanku, itu dari Kenzie."
"Oh, kalau begitu minta Kenzie membawakanmu lagi besok ya."
"What?"
Aku sampe nahan napas karena ternyata ada yang bisa nebak plotnya dari awal, tapi ngga papa, aku tetep lanjutin dan perbaiki aja sebagian alurnya. Btw, ini karya pertama aku yang ada plot misteri gini. Jadi gimana pendaoatkn kalian tentang karya ini? Komen yukk.
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...