Jika cinta tak harus memiliki, aku rela untuk melakukannya! Biarkan aku saja yang menanggung akibatnya karena telah menjatuhkan hatiku ke padamu..
Cinta itu seperti matahari yang menyinari bumi, selalu menerangi kegelapan dan tak meminta balasan...
Mungkinkah cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan ataukah mendapat balasan?
Inilah kisahku, ikuti aku dan cerita hidupku...
Hai Sky, aku menyukaimu.. By Cloud...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angela Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C & S 25
Hai, jumpa lagi kakak - kakak
Selamat hari jumat mendung, semendung hatiku jika tak mendapat like darimu 🤭🤭
_____________________________________
"Cloud, tunggu!" pekik Dewa dengan langkah kaki panjang yang kini telah berhasil menghentikan Claudya. Tubuh jangkungnya membuat Claudya mau tak mau harus mendongakkan kepala guna bersitatap dengannya.
Claudya menatap datar pada laki - laki yang menarik pergelangan tangannya, mengunci pergerakannya agar tak bisa kemana - mana.
"Sudah kubilang, jangan panggil aku Cloud. Kamu membuatku kesal!" pekik Claudya.
"Jangan terlalu kesal padaku, atau kau nanti akan merindukan keberadaanku! Hahaha," timpal Dewa menggoda sembari mengerlingkan matanya pada Claudya.
"Apakah itu lucu? Sampai bisa membuat seorang Dewa yang digilai banyak gadis cantik di kampus tertawa selepas ini?" sindir Claudya. Claudya memutar bola matanya, ia terlihat jengah.
"Kamu kenapa sih? Aku hanya ingin membuatmu tenang, nggak ada maksud lain. Yakinlah kedatangan kita disini pasti ada alasannya!" ucap Dewa yakin.
"Apakah kamu tuli? Sayang sekali fungsi telingamu tidak kamu gunakan sebagaimana mestinya!" seru Claudya, entahlah ada apa dengan dirinya hari ini. Begitu gamblangnya ia meluapkan emosi dalam dada dan korbannya kali ini adalah Dewa.
Dewa dengan senyuman manis tetap diam menyimak semua ucapan atau lebih tepatnya umpatan Claudya. Dengan sabarnya ia mendengar semuanya tanpa berniat menyela. Usai melepaskan segala rasa sakit dalam hatinya, Claudya terdiam dan membuang muka tak mau memandang lelaki di hadapannya.
"Ayo kembali ke dalam! Aku yakin ada yang akan dibahas oleh Tante Maura selain hal tadi. Dan satu lagi, telingaku masih berfungsi dengan normal. Aku harap kamu bisa mengerti dengan apa yang dirasakan oleh tante Maura, karena kedekatan batin antara anak dan ibu tidak mudah dipisahkan," Dewa dengan posesif menarik Claudya kembali di ruangan dimana sang ibu dan om Ricko berada.
🌺 🌺 🌺 🌺
Sepuluh menit berlalu tak ada obrolan sama sekali. Claudya meletakkan sumpit yang sedari tadi ia gunakan untuk menikmati setiap hidangan yang sudah dipesan di depan matanya. Gadis itu meneguk teh hangat yang tersaji di cangkir dan meletakkan kembali dengan perlahan.
"Apa masih ada yang ingin kalian jelaskan padaku?" desak Claudya.
Mami menatap lekat wajah putrinya yang semakin hari semakin cantik dan bertambah dewasa. Tangan Claudya kini telah beralih dalam genggaman sang ibu. Mami membelai halus pipi Claudya seraya tersenyum simpul.
"Besok Mami akan membawamu ke suatu tempat dimana kamu akan mendapat jawaban dari semua pertanyaan yang pernah kamu tanyakan pada Mami," ucap Mami membuat Claudya semakin penasaran.
"Kenapa nggak sekarang aja, Mi? Aku butuh jawabannya sekarang. Jangan menunda - nunda sesuatu, Mami kan tahu aku nggak suka hal yang bertele - tele. Bisa?" desak Claudya sekali lagi dengan wajah kecewa dan memelas yang bercampur jadi satu.
Mami menggelengkan kepalanya, tanda tak setuju. Raut wajah Claudya benar - benar sendu dan teramat kecewa karena tak mendapat jawaban yang ia harapkan.
"Baiklah, Mi. Aku harap jawaban Mami besok bisa memuaskan rasa ingin tahuku yang begitu besar! Kalau sudah tidak ada yang mau dibicarakan lebih baik kita pulang, aku lelah, Mi." pinta Claudya, Mami mengangguk setuju dan memberi kode pada om Ricko untuk menyudahi pertemuan mereka malam ini.
Dewa hanya diam menyimak, ia tahu Claudya sengaja melakukan ini. Dapat dipastikan Claudya masih enggan membicarakan hal yang begitu penting di depannya dan om Ricko.
🌺 🌺 🌺 🌺
Lain halnya dengan Sky. Lelaki itu tengah merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Pikirannya tak tenang, ada banyak hal yang tengah ia pikirkan. Wajah Claudya kembali melintas dalam benaknya. Senyumannya. Wajah cantiknya yang alami tanpa banyak polesan. Imut.
Sky membalikkan badan, memeluk gulingnya bahkan tanpa ia sadari, alam bawah sadarnya melihat guling itu sebagai Claudya. Sky terkejut, ia refleks mendorong gulingnya namun seketika tersadar. Mana mungkin gadis itu ada disini bersamanya.
Pertengkaran tadi sore di kampus antara dirinya dan Arjuna masih menyisakan tanda tanya. Sky menyambar ponsel di atas nakas dna menghubungi seseorang di seberang sana.
"Kayaknya Arjuna marah banget sama aku gara - gara kejadian tadi. Arjuna bener - bener marah sama aku, bahkan dia nggak mau angkat telepon dariku! Shit! Gara - gara perempuan yang sama, kita jadi berantem seperti ini! Juna, Juna, kenapa kamu nggak bisa memilah antara urusan kampus dan sahabat! Nggak dewasa sama sekali," gumam Sky sembari menatap ponselnya.
Sky awalnya hanya berniat menghubungi Arjuna membahas mata kuliah yang sama dan tugas yang diberikan dosen pada kelompoknya namun Arjuna tetap tak mau menanggapi chat darinya. Merajuk, lelaki itu pasti tengah dalam mode ini. Sky meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, lalu memilih memejamkan mata yang sudah lelah dan berat tak mau banyak memikirkan sesuatu yang belum pasti.
🌺 🌺 🌺 🌺
Keesokan paginya di kampus....
Claudya melangkahkan kaki dengan santai usai turun dari mobil. Ia melihat dari kejauhan ada Arjuna yang tengah duduk sendirian di bangku panjang samping pelataran parkir yang mana Claudya pasti akan melewati jalan itu. Claudya kemudian berjalan cepat, ia sengaja melakukan hal itu. Karena ia tahu pasti Arjuna akan mengejar dirinya seperti beberapa waktu yang lalu.
Arjuna meletakkan buku yang sedari tadi menemaninya menunggu gadis incaran. Lelaki itu segera berdiri sambil tersenyum menyambut kedatangan Claudya.
Claudya nampak acuh. Ia benar - benar dibuat gerah dan risih oleh sikap Arjuna. Ia dengan cuek melewati Arjuna tanpa menatapnya.
"Claudya, tunggu!" panggil Arjuna. Lelaki itu hendak meraih pergelangan tangannya, dengan gerakan super cepat Claudya menepis tangan Arjuna.
"Ada apa, Kak?" tanya Claudya malas.
"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, bisa?" tanya Arjuna dengan penuh harap.
"Maaf, Kak. Sebentar lagi aku ada kelas. Kalau ada yang mau kak Arjuna sampaikan, bisa lewat chat. Tapi belum tentu kubalas cepat juga. Permisi, Kak!" pamit Claudya, Arjuna menatap lekat gadis itu. Gadis yang benar - benar tak memberinya kesempatan untuk mendekat.
Apa aku ini kuman? Segitu nggak maunya dia dekat sama aku! Tapi nggak masalah, selama janur kuning belum melengkung, kemungkinan besar untuk menikung terbuka lebar. Hahaha, menarik, belum tahu dia pesona Arjuna... Gumam Arjuna seraya menyapukan pandangan ke segala penjuru setelah Claudya tak nampak lagi di matanya.
🌺 🌺 🌺 🌺
"Claudya, ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan. Aku harap kamu mau mendengarnya," ucap Dewa meminta persetujuan Claudya di kantin siang itu. Mega sengaja meninggalkan dua manusia berlawanan jenis itu supaya lebih leluasa untuk bicara.
"Ada apa, Wa?" tanya Claudya antusias seraya meletakkan ponselnya di atas meja.
"Aku tahu perasaan ini salah, tapi lebih baik aku jujur tanpa harus menutupinya lagi. Selama dua tahun ini aku menyukaimu, Claudya..." ucap Dewa terhenti tepat di saat Claudya tersedak mendengar ucapannya. Dewa menggeser air mineral botol yang ada di dekatnya dan memberikan pada Claudya.
"Uhuk, uhuk, kamu maunya aku menjawab apa, Wa?" tanya Claudya terbata - bata.
"Menjawab?" Dewa terlihat bingung sendiri.
"Bukankah ucapanmu barusan adalah sebuah pertanyaan dan membutuhkan jawaban. Kamu ingin aku jawaban yang seperti apa? Lagipula kita baru kenal beberapa hari, dua tahun dari mana coba?" kekeuh Claudya mengingat ucapan Dewa.
Dewa mengulas senyum tipis dan membuat wajahnya semakin tampan.
"Itu hanya pernyataan bukan pertanyaan. Lagipula aku hanya ingin memberitahumu tentang perasaanku dan tidak meminta balasan. Akan terdengar egois jika aku memaksakan perasaanmu padaku, yang jelas sekali ini hanyalah cinta yang tak berbalas."
"Sebenarnya apa sih inti dari ucapan kamu barusan? Jujur, aku bingung dan aku ingin mendengar semua penjelasan kamu. Tolong jangan berbelit - belit!" titah Claudya.
Dewa menarik nafas dalam - dalam dan membuangnya perlahan, ditatapnya Claudya yang kini kebingungan dengan kata - katanya tadi.
"Apakah kamu tahu siapa Dewa Cinta? Ingatkah kamu pada pendengar setiamu itu? Yang setiap hari mendengar suaramu, menitip salam untukmu dan selalu menunggumu hingga kamu pulang dari stasiun radio milik tante Maura?"
Glek
"Jangan bilang kamu adalah Dewa Cinta? Berarti selama ini kamu membuntutiku? Apa maksudmu selama ini, hah?" desak Claudya, tampak wajahnya memerah menahan emosi.
"Jangan berprasangka buruk, awalnya aku ingin mendekatimu karena penasaran siapa dj Cloud sebenarnya, dan setelah tahu itu kamu, ku urungkan niatku untuk menemuimu secara langsung. Dan ternyata kamu adalah anak dari tante Maura yang notabene adalah calon istri om Ricko. Andai kamu bukan anak tante Maura, mungkin aku akan memintamu menerimaku menjadi kekasihmu. Tapi semua harapanku sia - sia, biarkan aku yang menyimpan perasaan ini. Anggaplah aku sebagai kakakmu, jadi aku bisa melindungi dan menjagamu layaknya seorang kakak pada adiknya," jelas Dewa.
Claudya terdiam mendengar penjelasan Dewa.
"Besar hati sekali kamu, Wa!" sindir Claudya.
"Hahaha, apakah terdengar seperti itu ya? Aku rela melakukannya asal orang - orang yang aku sayang bahagia. Om Ricko bisa bahagia bersama tante Maura. Dan kamu bisa bahagia dengan siapapun nanti jodohmu!"
"Sok kuat kamu!" ledek Claudya.
"Nggak lihat nih, orang yang lagi patah hati?" ucap Dewa sembari tersenyum melihat Claudya yang tertawa lepas.
"Lihat dong! Di depanku lagi!" ucap Claudya yang masih tertawa renyah.
"Aku rela asal kamu bahagia, biarkan aku saja yang merasakannya sendiri. Sakit sih, tapi daripada memaksakan perasaan orang! Lagipula melihat om Ricko bahagia dengan tante Maura adalah harapan terbesarku, karena sejak kejadian lima tahun lalu, om Ricko berubah. Dan saatnya beliau untuk bahagia... "
"Apa sih maksud ucapan kamu barusan?"
"Rahasia...." ucap Dewa sembari menempelkan jari telunjuknya di bibir.
🌺 🌺 🌺 🌺
sini peluk (づ ̄ ³ ̄)づ
Salam dari Clarissa ❣️
Salam dari "CLARISSA"