NovelToon NovelToon
Luka Lama

Luka Lama

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Rebirth For Love
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Renjana

Devandra pernah menjadi bagian dari kisah masa lalu Audrey. Pernah menjadi bahagia dan sedih hidupnya. Pernah menjadi luka yang sampai saat ini masih membekas.

Audrey sedang berusaha mengobati lukanya, menghilangkan sakitnya. Tapi disaat itu pula Devan hadir kembali.

Apakah Audrey akan menghilang kembali atau menghadapi lukanya agar ia tak lagi mengingat Devandra dihidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Renjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

"Kelamaan ya?" tanya Egi, yang kini sudah memakai kemeja dan celana hitam. Sudah berganti pakaian.

"Lumayan," jawab Audrey. Vivian hanya melihat bagaimana Egi berinteraksi dengan Audrey. Jelas sekali terlihat Egi sangat menyukai Audrey tapi Audrey malah tak menyadari itu.

"Mau kemana lagi?" tanya Egi.

"Nggak ada kemana-mana Gi, kebetulan aku di suruh pulang sama mama. Maaf y Drey," Vivian mengalihkan pandangan pada Audrey dengan wajah memelas.

"Iya, nggak apa-apa," jawab Audrey

"Tapi nanti antar aku ke bandara ya," pinta Vivian.

"Pasti dong, nanti aku datang ke bandara,"

"Aku anterin," Egi menyodorkan diri. Vivian melirik ke Audrey.

"Tapi..."

"Nggak ada tapi-tapi Drey! Bandara itu jauh, biar aku temani," ucap Egi.

"Hai... Boleh gabung?" seketika Audrey terdiam mendengar satu suara yang dia hindari.

"Uhm... " Audrey sedikit ragu.

"Silahkan!" ucap Egi pada Devan. Iya Devan! Dia ada di sana. Entah kebetulan atau memang seseorang mengajaknya kesana, sukses membuat Audrey terdiam. Pikirannya mulai cemas. Audrey melihat ke sekeliling mereka. Takut jika Naira juga ada di sana.

Egi menggenggam tangan Audrey dari bawah meja. Mencoba menenangkan Audrey dan menepuk pelan punggung tangannya mengisyaratkan jangan khawatir. Ada Egi di sana dan tentunya ada Vivian.

Devan menatap Audrey keheranan. Entah kenapa, Audrey terlihat gelisah. Apakah ada sesuatu yang sedang mengganggunya?

"Kalian sudah mau pergi?" tanya Devan.

"Iya..." jawab Audrey

"Belum..."

Jawaban Audrey dan Egi yang bersamaan membuat kening Devan berkerut.

"Belum, mungkin sebentar lagi," Egi membenarkan. Lalu Audrey menatapnya sedikit kesal.

"Kenalkan, aku Egi. Calon suami Audrey," ucap Egi sambil terkekeh. Audrey menjitak kepala Egi gemes. Mulutnya lemessss banget!

"Devan," Devan menyambut uluran tangan Egi sambil berdehem. Ia kaget dengan pengakuan Egi. Entah itu pernyataan benar atau gurauan, Devan harus memastikannya.

"Calon suami?" Devan bertanya tapi matanya mengarah ke Audrey. Audrey membuang pandangannya.

"Bukan..."

"Belum aja," jawab Egi tersenyum sambil mengangkat genggaman tangannya ke atas meja. Di sana Devan melihat bagaimana jemari Egi menggenggam erat jemari Audrey.

"Masih calon kan?" tanya Devan.

"Apa maksudmu?" tanya Egi.

"Jangankan calon, bahkan sudah berumah tangga pun harus hati-hati," ucap Devan.

"Tentu saja, aku pasti menjaganya," ucap Egi. Keduanya saling bertatap tajam.

"Ehemmm... Aku permisi duluan ya, mama udah nelpon lagi," ucap Vivian. Audrey menatapnya dengan memohon. Vivian menangkupkan kedua tangannya meminta maaf pada Audrey.

"Aku kesini mau bicara denganmu Audrey," ucap Devan.

"Tentang apa?" tanya Audrey. Devan menatap Egi, berusaha untuk mengusirnya. Tapi Egi cuek dan tetap menggenggam tangan Audrey diatas meja. Sengaja menunjukkan bahwa Audrey sudah membiarkan Egi mulai mengisi hatinya. Tapi sepertinya Devan tak mempedulikan hal itu.

"Aku nggak akan pergi, kalian bisa bercerita apapun. Aku nggak akan menyela," ucap Egi santai. Audrey mengalihkan pandangannya dan pandanganya bertemu dengan mata Devan.

"Kenapa kamu sekarang menghindar terus?" tanya Devan.

"Aku nggak menghindar, aku sudah jelaskan kalau aku sudah menolak kerja sama dengan perusahaan kamu. Dan diluar itu, aku tidak mau bahas apapun!" ucap Audrey.

"Kenapa? Tapi aku mau bahas soal reuni juga. Karena kamu sulit ditemui jadi aku bertanya pada Vivian dimana kamu. Akhirnya aku menyusul kesini," ucap Devan.

"Reuni? Aku nggak tahu soal itu," ucap Audrey.

"Makanya baca grup sekolah! Jangan sibuk berduaan terus!" ucapnya. Audrey meraih ponselnya dan melihat grup sekolahnya dulu. Chat yang belum terbaca bisa hampir 700an. Audrey membaca perlahan.

"Ini...?"

"Bukan aku yang milih. Tapi anak-anak!" jawab Devan. Audrey kaget melihat dirinya ikut ke dalam panitia reuni. Bisa-bisanya dia yang dulu berkamuflase jadi ubi malah dipilih jadi panitia. Dia tidak pernah ikut kegiatan atau hal seperti ini. Dia pasti bingung.

"Tapi aku nggak paham soal susunan acara dan lain-lain. Sebaiknya aku mundur saja," ucap Audrey.

"Apa kamu tidak baca kalau yang milih kamu itu pak Danny?" tanya Devan. Audrey kembali menscroll ponselnya. Dan benar saja! Itu wali kelasnya dulu.

"Loh? Ini kelas kita aja?" tanya Audrey.

"Sepertinya gitu. Mungkin pak Danny kangen dengan kelas favoritnya. Termasuk juga siswi terbaiknya," ucap Devan.

"Aku nggak ngerti ini!" keluh Audrey.

"Nanti kamu nggak sendiri. Ada beberapa orang yang ikut sebagai panitia. Sebenarnya bukan panitia sih! Koordinir lapangan aja. Kita mau adakan acaranya kecil-kecilan di salah satu tempat. Paling kita sibuk persiapan untuk acara disana, sambutan, makan-makan dan sediki sesi pemotretan di akhir acara," Devan menjelaskan.

"Aduh! Aku nggak ngerti! Ganti yang lain aja,"

"Kata pak Danny kalau kamu bukan panitia, pasti kamu nggak akan datang," ucap Devan. Audrey sedikit kesal lalu menatap Egi.

"Pergi aja, nanti aku temani," ucap Egi.

"Yang bisa masuk hanya kelas kita!" Devan menjelaskan, seolah mengatakan Egi tak akan bisa masuk karena beda sekolah.

"Itu juga aku tahu! Aku bilang aku temani dia kemanapun!" ucap Egi.

"Aaah sudahlah! Nanti aku pikirkan lagi!" ucap Audrey.

"Sayangnya, malam ini pak Danny manggil kamu dan aku untuk bertemu di salah satu tempat," ucap Devan. Ini menyebalkan. Audrey lupa, mereka berdua memang murid yang diandalkan pak Danny karena mereka berdua mau belajar bahasa asing. Dan sempat mengikuti debat di sekolah lain.

Audrey menatap Egi dan Egi hanya mengangkat bahunya. Menyerahkan semua keputusan pada Audrey. Audrey semakin bingung karena Vivian pasti tidak hadir. Dia akan menyiapkan segala keperluannya nanti.

Audrey akhirnya memilih ikut saat Devan menunjukkan bukti chat yang dikirim oleh pak Danny. Mau tidak mau, Audrey akan menemui pak Danny bersama Devan. Kenapa disaat ia ingin menjauhi seseorang justru ada saja jalan yang mempertemukan mereka?

Egi akhirnya membiarkan Devan membawa Audrey malam itu. Meski sebenarnya ia ingin mengajak Audrey jalan-jalan. Tapi Egi harus berlapang dada membiarkan Devan membawa Audrey dengan mobil Devan yang sudah terparkir menunggu mereka. Egi merasa kesal sebenarnya tapi dia bisa apa? Andai Audrey sudah menerimanya, ia akan mengantar gadis itu kemana saja. Bisa melarangnya kemana saja bila bepergian dengan Devan.

Sialnya lagi, saat ia akan pergi mengikuti kemana Devan membawa Audrey ia malah bertemu Grace. Salah satu perempuan yang gencar mendekatinya. Padahal Egi sudah terang-terangan mengatakan bahwa dia menyukai orang lain. Tapi sepertinya Grace tak peduli itu.

Kini Egi terjebak dengan Grace yang menggelendot di lengannya dan tak akan membiarkan Egi pergi. Sekali lagi Egi mengumpat dalam hati!

Sementara itu, Devan mengendarai mobilnya dengan perlahan dan berusaha mengajak Audrey bicara. Tapi entah apa yang ada di pikiran Audrey. Dia terlihat tegang dan juga gelisah. Apa dia takut dibohongi Devan?

1
Fiftin Indriani
hai kak semangat yaa buat tulis novel nya novel kakak bagus kok menurut ku hmm ih ya jangan lupa mampir dan baba chat story aku judul nya gadis kecil milik CEO
Renjana: makasih kak sudah mampir😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!