Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Deri dan dini.
“Mama…”
Teriak dewi melihat dini yang baru saja keluar dari pintu kepulangan penumpang, Deri yang berada di belakang istrinya tersenyum melihat dewi yang berlari menghampiri mereka.
“Mama… dewi kangen…”
Dewi memeluk dini dengan sangat erat, sedangkan Deri memilih diam tanpa merespons apapun melihat istri dan anaknya saling berpelukan.
Evan yang melihat Deri terdiam diam diam menghampirinya, dengan segera dia menggambil alih koper milik deri.
“Evan…”
“Selamat datang om, bagaimana perjalanannya…?”
“Perjalanan kami lancar dan tanpa kendala apapun, bagaimana kabar kamu…? Semua baik baik saja kan…?”
Evan menelan ludahnya kasar mendnegar ucapan Deri, kata yang keluar dari mulut Deri rasanya seperti pukulan keras buat Evan.
“Eh… anu om, semua baik baik saja.”
Ucapan Evan yang terdengar gugup membuat Deri menautkan kedua alisnya sambil menatap Evan, saat Deri akan bertanya ke Evan tiba tiba dewi memeluk Deri dengan sangat erat.
“Papa dewi kangen, papa tidak lupa oleh oleh buat ku kan…?”
“Eh… anak papa yang cantik, tentu saja papa ingat.”
Deri memeluk dan mencium pucuk rambut dewi dengan penuh sayang, merasakan pelukan Deri entah kenapa tiba tiba dewi menjadi terisak menanggis.
“Apa sekangen itu kamu dengan papa sayang.”
Dewi mengangukan kepala, dia tidak sanggup mengatakan sepatah kata pun merasakan pelukan hangat dari papanya.
“Sudah.. sudah.. kita lebih baik langsung pulang keburu malam.”
Dini mencoba mengalihkan suasana yang terlihat semakin melow, sedangkan Evan hanya mampu melihat kehangatan keluarga dewi tanpa berniat mengganggu.
“Ayo van kita pulang.”
Deri melepaskan pelukkannya setelah mengintruksi Evan untuk segera pulang, mereka pun akhirnya keluar dari pintu kepulangan penumpang.
“Biar saya ambil mobilnya dulu, om dan tante tunggu dulu di sini.”
Saat Evan akan pergi menuju tempat parkir, dewi segera berlari menyusul Evan dari belakang.
“Kak… tunggu…”
Terima dewi menghentikan langkah cepat Evan, merasa mendengar suara dewi Evan segera membalikkan badannya melihat dewi yang berlari ke arahnya.
“Aku ikut.”
Dewi segera menautkan tangannya ke lengan Evan, sedangkan dini dan Deri menatap interaksi dewi yang terlihat akrab dengan Evan.
“Pa… mama kog merasa aneh ya dengan mereka berdua, sepertinya dewi terlihat sangat akrab dengan Evan.”
“Menurut papa biasa saja sih, tidak ada yang istimewa.”
“Eh pa… kalau seandainya dewi dan Evan menikah, gimana menurut papa…?”
Deri terdiam sesaat, dia sebenarnya tidak keberatan. Apalagi Deri sudah tahu akan sikap dan sifat Evan, serta Evan adalah putra dari kakaknya Eros.
Tapi mengingat hubungan Evan dengan caca membuat deri keberatan, apalagi Deri sempat mendengar jika caca dulu pernah hamil dan ternyata anak yang caca kandung adalah anak dari Evan. Walau Deri tahu jika caca menggalami keguguran saat di LN.
“Pa.. kog diam aja sih, papa setuju tidak…?”
“Kita bicarakan semuanya dia rumah ya ma, kita juga tidak bisa menjodohkan jodohkan dewi dnegan Evan. Sednagkan Evan masih berhubungan dengan caca, apa mama lupa itu…?”
“Ish.. yang penting mereka belum menikah atau tunangan pa, jadi kemungkinan hubungan Evan dan dewi bisa terjadi.”
“Jangan asal berangan angan ma, kalau tidak sesuai ekspektasimu bisa bisa kamu akan kecewa.”
Dini tidak menjawab ucapan Deri, dia memilih diam dan melihat beberapa mobil yang berhenti menjemput penumpang.
Sedangkan di tempat parkir, Evan yang baru saja akan menjalankan mobilnya menghentikan gerakannya saat handphonenya tengah bergetar. Dengan perlahan Evan menggambil dan melihat siapa yang telah menghubunginya, melihat nama caca Evan berdecak kesal.
“Angkat saja kak, siapa tahu penting.”
Evan tidak mempedulikan ucana dewi, dia segera menghidupkan mobilnya dan memilih keluar dari parkiran. Saat akan tiba di tempat di mana dini dan juga Deri menunggu kedatangan Evan dan dewi, seketika Evan berdecak kesal.
“Kak caca…”
Seru caca setelah melihat caca yang sedang mengobrol dengan dini dan juga Deri, rasanya Evan ingin sekali pergi dari tempat itu untuk menjauh dari caca. Tapi dia urungkan karena tidak ingin melihat Deri dna juga dini kecewa, perlahan Evan menghentikan mobilnya tepat di depan Deri dan juga dini berdiri menunggunya.
“Itu Evan sudah datang…”
ucap dini antusias, tatapan mata caca beralih melihat mobil Pajero milik Evan. Melihat dewi yang terlebih dulu keluar, caca merasa sangat kecewa.
“Kakak kamu ke mana wi…? “
“Kak Evan sedang telpon sama temannya ma.”
Bohong dewi menutupi kekesalan evan melihat caca yang tiba tiba berada di sana, tapi dini yang percaya akan ucana dewi tidak bertanya lagi tentang Evan.
Dengan tidak tahu malu caca segera berlari dan tiba tiba mengetuk pintu kemudi, beruntung kaca di mobil Evan sudah di pasang stiker kaca oke way. Jadi hanya Evan yang dapat melihat caca yang tiba tiba datang mendekatinya, dengan kencang caca mengetuk pintu kaca mobil Evan.
“Sayang buka…”
Dewi yang melihat ke agresif an caca merasa geram, rasanya ya dewi ingin memukul wajah caca yang sok kecentilan.
Evan yang merasa terganggu dan tidak enak hati dengan Deri dan juga dini segera membuka pintu di sampingnya, wajah cantik caca dapat Evan lihat tersenyum menatapnya. Tapi bukan rasa sayang atau tertarik melihat senyum caca, Evan merasa kebalikannya.
Rasa muak dan ingin sekali menghindari caca saat itu juga, evan tersenyum membalas senyuman caca. Perlahan dia turun dari mobil setelah membuka pintu, caca yang senang melihat Evan langsung memeluknya erat.
“Sayang… tadi kau telpon kamu, kenapa kamu nggak angkat sih.”
Suara manja caca terdengar jelas di indra pendengaran Evan, begitu juga dengan dewi dan kedua orang tuanya. Wajah pias dewi terlihat sudah melihat keromantisan Evan dan caca, cemburu dan sakit hati melihat caca memeluk Evan membuat dewi segera ingin pergi dari tempat itu.
“Mesra mesranya di lanjut nanti aja kak, sekarang udah malam dan aku ingin secepatnya pulang.”
Sungut dewi yang segera ingin masuk ke dalam mobil Evan, melihat raut muka masam dewi Evan segera melepaskan pelukan caca dengan kasar. Reaksi berlebihan Evan ke caca dapat Deri dan dini lihat, mereka pun mengikuti dewi yang masuk ke dalam mobil dengan segera.
“Kamu sama siapa ke sini…?”
Evan iseng bertanya dengan caca, raut wajah caca sekilat terlihat pias. Seperti orang yang sedang mencari jawaban yang tepat menjawab pertanyaan Evan, perlahan caca memegang lengan Evan.
“Aku… aku ke sini mau menjemput temanku dari LN, kamu nggak usah menungguku kebetulan temanku akan landing sebentar lagi.”
“Oh… baiklah aku pulang dulu, kamu hati hati di jalan.”
Evan segera berlalu tanpa mencium kening atau memeluk caca seperti dulu, reaksi Evan membuat caca menautkan kedua alisnya. Melihat mobil Evan pergi, caca memilih masuk ke dalam bandara.