#cerita ini sequel dari novel 'MY LOVELY IDIOT HUSBAND' ya...
***
Amel harus menerima kenyataan, menikah dengan laki-laki yang mencintai sahabatnya sendiri karena sudah hamil akibat kesalahan yang tidak disengaja.
Apakah Amel bisa menjalani biduk pernikahannya dengan seorang Daniel Ariesta, yang terkenal keras kepala. Bahkan dalam pernikahannya, lelaki itu masih saja memikirkan cinta pertamanya.
Ikuti kisah mereka kuy! #My_Stubborn_Boss
Follow IG amih juga : @amih_amy
fb : amih amy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARUS BERTANGGUNGJAWAB
Adrian memaksa Amel untuk mengikutinya, menarik tubuh wanita itu agar naik ke sepeda motor miliknya. Dibawanya tubuh itu menuju ke tempat yang tidak asing bagi Amel.
"Ayo ikut!" Amel menahan tubuhnya dengan berpegangan pada motor ayahnya yang sudah terparkir dengan baik. Adrian menariknya untuk ikut, tetapi sayangnya wanita itu tidak mau menurut.
"Ngapain kita ke sini, Pak?" Protes Amel, ia sudah minta izin untuk tidak masuk bekerja. Lantas untuk apa mereka pergi ke restoran? Hanya akan membuatnya malu saja.
"Kamu ini bodoh atau apa? Laki-laki itu harus tahu tentang anak itu. Kamu tidak bisa menanggungnya sendirian. Apalagi kalau sampai ingin menggugurkan, itu sama saja kamu membunuh." Tegas Adrian, tangannya masih sibuk menarik tangan Amel sekuat tenaga. Besar juga tenaga anaknya.
"Bapak jangan keras-keras! Nanti orang lain tahu bagaimana? Amel malu, Pak! Di sini teman-teman Amel semua." Cicit Amel sedikit memelankan suaranya.
Adrian mendengus, sudah tahu merasa malu, tetapi kelakuan putrinya sekarang malah membuat dirinya sendiri menjadi pusat perhatian. Merengek dan meraung tidak jelas sambil berpegangan. Seperti anak kecil yang menolak untuk melakukan imunisasi.
Adrian melepaskan tangan Amel, terlihat kesal melihat anaknya malah menghela nafas lega. Memangnya Adrian akan mengikuti keinginannya. Jangan harap!
"Ya sudah, kamu tunggu di sini! Bapak akan seret bos mu itu ke sini."
Pernyataan Adrian sontak membuat mata Amel membeliak, apa katanya? Membawa Daniel ke sini sama saja dengan memancing keributan. Hal itu akan membuat Amel tambah malu saja, karena pasti aibnya akan terbongkar semua.
"Bapak jangan gila! Ini tempat umum."
"Kalau begitu ikut Bapak masuk! Ayo!"
Dengan terpaksa Amel mengikuti langkah kaki ayahnya. Pandangan matanya tertuju ke depan. Wanita itu berusaha menunjukkan wajah tanpa tekanan, ditambah sebuah senyuman yang tidak pernah memudar.
Kedatangan Amel dan Adrian menyita perhatian teman-teman kerjanya. Amel menyapa setiap teman kerjanya yang memerhatikannya. Jika mereka bertanya, Amel menjawab sebisanya. Mereka pasti heran, karena Amel datang ke restoran bukan untuk bekerja. Malah membawa lelaki paruh baya.
Dino yang juga melihat kedatangan Amel, sontak menghampiri, karena lelaki itu tahu jika Amel sedang sakit. Lalu, kenapa wanita itu bisa di sini?
"Mel, katanya sakit? Kok malah ke sini? Aku udah bilang kok sama si bos. Dia juga gak keberatan." Tegur Dino, membuat perhatian Adrian jadi teralihkan pada teman kerja anaknya tersebut.
"Bos kamu ada gak?" Adrian bertanya tanpa mengajak Dino berkenalan, padahal Dino tidak tahu, siapa sosok laki-laki yang datang bersama Amel itu.
"Dia siapa, Mel?" Dino mendekatkan kepalanya pada telinga Amel dan berbisik di sana.
"Eh ... ngapain bisik-bisik? Gak sopan ya kamu sama orang tua." Hardik Adrian tidak terima.
Amel mendengus pasrah, hal ini yang dia takutkan. Wanita itu takut jika ayahnya bertemu dengan Daniel, dan tidak bisa menahan emosinya. Pada Dino saja dia bisa berucap kasar.
"Bapak jangan bikin keributan di sini!" Seru Amel dengan suara pelan. Dirinya tidak enak dengan beberapa pelanggan yang melayangkan tatapan penasaran.
"Din, kenalkan ini Bapak aku! Si bos ada 'kan di ruangannya? Bapak aku mau ketemu, mau ada perlu." Tutur Amel meluruskan kesalahpahaman diantara kedua lelaki itu.
Dino sedikit tercengang, selama ini dia tidak pernah bertemu dengan orang tua Amel, hatinya jadi menyesal, kesan pertama bertemu dengan calon mertua. Malah sudah membuat kesal.
"Eh ... Bapak maaf, aku tidak tahu." Seru Dino, lalu menyahut tangan Adrian cium punggung tangannya.
Adrian membiarkannya saja, tetapi masih menatap Dino dengan tatapan tidak suka.
"Si bos ada di ruangannya, ayo aku antar!" Dino menawarkan dirinya.
"Gak usah, Din! Kamu lanjut kerja aja! Gak enak sama si bos, aku sudah bolos kerja dan sekarang malah ganggu karyawan yang lain juga." Tolak Amel, wanita itu memberikan alasan yang sedikit masuk akal.
Dino tidak bisa membantah, Amel memang benar. Bosnya dari tadi terlihat uring-uringan, jika dirinya membuat pelanggan kecewa karena telat memberikan hidangan yang yang dipesan. Siap-siap mendapat omelan.
"Ya udah deh, hati-hati ya! Kelihatannya si bos lagi sensi." Bisik Dino lagi.
Membuat Amel mengernyitkan kening, dirinya jadi bertambah khawatir. Apakah kedatangannya saat ini bukan diwaktu yang tepat? Apalagi ayahnya terlihat begitu bersemangat seperti seseorang yang ingin mengajak bergulat.
Nyali Amel tiba-tiba menciut, ia sangat mengenal sikap dari bosnya itu. Terlebih amarah ayahnya yang sekarang membuatnya semakin takut.
"Pak, kita besok lagi aja ya ke sini lagi! Si bos kayaknya lagi sibuk!" Seru Amel sambil memegang lengan ayahnya dengan lembut. Mencoba menenangkan amarah lelaki itu yang kini sudah mencapai ubun-ubun.
"Jangan beralasan! Bapak gak peduli. Ayo cepat tunjukkan dimana ruangannya?" Geram Adrian menepis tangan Amel.
Akhirnya Amel menyerah, dia pun membawa ayahnya ke ruangan Daniel. Dino merasa penasaran, kenapa ayahnya Amel sepertinya marah kepada bos Daniel? Walaupun Amel sudah menolak tawarannya untuk mengantar, lelaki itu masih bisa diam-diam mencuri dengar.
Daniel begitu terkesiap, tubuhnya sedikit terjingkat. Tatkala kedatangan ayah Amel tanpa salam. Bahkan langsung menerobos ruangan Daniel tanpa permisi.
"Ada apa ini? Bisa sopan tidak?" Daniel bertanya dengan nada tinggi. Tatapan matanya terlihat tajam, tetapi mencoba kembali tenang, tatkala melihat siapa yang datang.
"Maaf ... aku pikir pegawai ku, untuk apa Bapak kemari?" Tanya Daniel, kali ini nadanya lebih rendah.
"Aku mau kamu menikahi anakku!" seru Adrian tanpa basa basi.
Daniel terperangah, dia tidak mengerti apa maksudnya. Melihat pintu ruangannya yang masih terbuka, Daniel segera beranjak untuk menutupnya. Sepertinya pembicaraan ini akan menjurus pada hal yang sifatnya rahasia.
Daniel kembali mendekati Adrian, lalu menoleh kepada Amel yang berdiri di sebelah ayahnya, ia mengangkat kedua alisnya seolah bertanya pada Amel sebenarnya ada masalah apa? Tetapi wanita itu hanya diam saja, malah menundukkan kepalanya
"Kamu jangan berpura-pura! Jangan kira karena kamu sudah memberikan saya uang, kamu bisa membayar kehormatan anak saya, hah!" Adrian menarik kerah kemeja Daniel dengan kencang, lalu mendorongnya dengan kuat, hingga lelaki itu jatuh tersungkur di lantai.
Hal itu membuat emosi Daniel kembali naik, kemudian tubuhnya bangkit, Daniel tidak terima dengan perlakuan kasar dari ayah Amel. Ia hendak melayangkan pukulan pada lelaki paruh baya itu. Namun serangannya itu tertahan saat Amel tiba-tiba berdiri menghalangi tubuh ayahnya sambil berkata.
"Aku hamil."
Sontak membuat Daniel tercengang, tubuhnya selangkah mundur ke belakang. Berusaha mencerna apa yang dikatakan Amel barusan.
"Kamu bilang apa? Hamil? Katanya itu tidak akan terjadi. Kamu bohong 'kan?" Daniel menatap Amel dengan tatapan tidak percaya.
"Dia tidak bohong! Kamu harus bertanggungjawab! Karena kamu ayah dari bayi yang dikandungnya." Sembur Adrian yang ingin menerobos tubuh Amel, lelaki itu sangat gemas dengan reaksi Daniel saat mengetahui Amel hamil karena ulahnya. Dengan cepat Amel menahan tubuh ayahnya. Dia tidak mau jika ayahnya nanti kelepasan.
"Aku benar-benar hamil bos, maaf karena aku tidak juga tidak bisa mengelak ...." Amel sejenak terdiam, mulutnya sedikit ragu untuk melanjutkan perkataannya.
"Bos tidak perlu takut, aku akan menggugurkannya seperti janjiku waktu itu."
"Kamu jangan gila, Amel! Lelaki tidak tahu diri ini harus bertanggungjawab. Kamu tidak bisa menanggung dosa yang sudah kalian buat!" Sergah Adrian, sambil membalikkan tubuh anaknya agar menghadap ke arahnya.
"Dengarkan Bapak, Nak! Kamu tidak boleh menggugurkannya. Itu sama saja kau membunuh bayi yang tidak berdosa. Jangan menambah dosa lagi, dengan menginginkan anak itu mati!" Sambung Adrian menasihati anaknya.
Amel terdiam, saat ini dirinya begitu kebingungan. Jika dia mempertahankan anak itu, masalah hidupnya pasti bertambah, terlebih Daniel juga sepertinya tidak bisa menerima. Lelaki itu terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Terdiam tanpa memberikan keputusan.
***
Bersambung....
Nah loh, digantung lagi 'kan? 🤭🤭 Maafkan emakmu yang lagi butuh pencerahan ini! Tinggalkan jejak berupa like dan komentar ya! Votenya juga deh🤗🤗
Selamat malam.
semangat thor💪🏻👍🏻
Suka banget sama perjuangan adel untuk mempertahankan segalanya,
gass lanjut baca.