Anabela Velove gadis cantik yang kini beranjak dewasa. Selama ini dia hanya hidup berdua dengan daddy angkatnya. Dia tak pernah tahu, kalau laki-laki yang selama ini menyayanginya, adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan orang tuanya.
Sampai suatu malam, akhirnya dia tahu kalau Benigno Amstrong adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan kedua orang tuanya untuk selamanya. Anabela pun akhirnya tahu, kalau Daddy angkatnya seorang Mafia kejam.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Mampukah takdir menyatukan mereka? Akankah Anabela memaafkan Benigno, menghapus rasa dendamnya atas kematian kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya di karya "Terjerat Cinta Daddy Mafia."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerinduan Ana
Ini kejadian pertama kali. Benigno langsung dilarikan ke rumah sakit. Para anggotanya terlihat bersedih. Mereka sangat mengenal sosok pemimpinnya.
"Bertahanlah Tuan Benigno! Anda pasti bisa melewatinya!"
Alberto langsung menghubungi Roberto-selaku asistennya. Untuk urusan ini, Benigno memang tak melibatkan Roberto. Tugasnya hanya untuk urusan perusahaan.
Roberto begitu terkejut saat mendengar Benigno tertembak, dan kondisinya saat ini dalam keadaan kritis. Tentu saja dia akan datang secepatnya ke rumah sakit tempat Benigno berada. Dia harus mengurus Benigno.
"Tak biasanya Anda seperti ini, Tuan."
Roberto menduga kalau Benigno lengah, karena kurang konsentrasinya. Akibat permasalahan yang terjadi padanya. Sedikit banyak, dirinya tahu. Kalau Benigno sedang memiliki konflik dengan Ana.
Ana langsung menghampiri Benigno di kamarnya. Namun, kamar itu tampak kosong. Dia tak menemukan Benigno di kamar itu. Hingga akhirnya Ana langsung turun, mencari keberadaan daddynya saat ini.
"Bibi, di mana Daddy? Apa Daddy pergi?" Tanya Ana memastikan.
"Ya, Tuan Benigno pergi meninggalkan Mansion. Namun sebelumnya, dia sudah menitipkan Nona Ana kepada kami," sahut sang pelayan.
"Lagi-lagi daddy pergi, tanpa berpamitan dulu kepadaku," Ana menggerutu.
Perasaan Ana semakin gelisah. "Mengapa aku kepikiran Daddy terus ya? Semoga Daddy baik-baik saja di manapun berada," Ana berkata dalam hati.
Ana mencoba membuang perasaan yang dia rasakan. Dia mencoba tak peduli pada daddynya itu, seperti apa yang dilakukan daddynya kepadanya.
Roberto tampak sedih memandang wajah Benigno yang terlihat pucat dengan mata terpejam. Dia terlihat tak berdaya, di ranjang rumah sakit.
"Tuan, bangunlah! Tuan adalah laki-laki yang kuat!" Roberto membisikan kata-kata yang memotivasi Benigno untuk kuat.
Kondisi Benigno kritis. Pihak dokter harus segera melakukan tindakan operasi mengambil peluru di tubuh Benigno. Roberto akan berjuang menyelamatkan Benigno.
Rasa sayangnya Benigno kepada Ana, begitu besar. Bahkan dalam kondisi seperti sekarang ini saja. Dia masih berusaha menahan rasa sakit yang dia rasakan, demi Ana.
"Tuan, syukurlah Anda sudah sadar. Tuan pasti kuat! Saya sudah mengurus administrasi, untuk tindakan operasi Tuan.
"Roberto, saya minta kepada kamu. Tolong rahasiakan kondisi saya kepada Ana. Kamu matikan saja ponsel saya! Katakan saja, kalau saya sedang sibuk dengan pekerjaan saya. Sehingga belum bisa kembali. Biarkan dia membenci saya, daripada saya harus melihat dia menangis," ucap Benigno.
Roberto tampak sedih mendengarnya. Dia sangat yakin, kalau perasaan Benigno kepada Ana begitu dalam. Bukan hanya sekadar anak angkat dengan bapak angkatnya.
"Semoga Tuan bisa menyadarinya, kalau Anda pun bisa mendapatkan kebahagiaan, dan berpikir kalau tak semua wanita sama seperti mantan istri Anda," Roberto berkata dalam hati.
Ingin sekali dia menyadarkan Benigno, kalau sebenarnya ada perasaan cinta yang tak biasa di hati Benigno. Tapi, rasanya belum waktunya. Kondisinya tidak memungkinkan.
"Baik Tuan, saya akan laksanakan perintah Anda!" Sahut Roberto dan Benigno hanya menganggukkan kepalanya lemah.
Rasa sakit yang dia rasakan semakin menjadi. Roberto merasa tak tega, saat mendengar Benigno menjerit merasakan sakit.
"Daddy, daddy di mana? Kenapa kamu pergi meninggalkan aku begitu saja? Apa ini cara Daddy menghindar dariku?"
Ana salah paham. Dia mengira, Benigno marah padanya. Oleh karena itu berusaha menghindar darinya.
"Tuan, bertahanlah Tuan!"
Roberto sampai meneteskan air matanya, melihat Benigno tak sadarkan diri lagi.
"Cepat, lakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawanya! Lakukan operasi secepatnya!" pekik Roberto. Dia terlihat panik.
Denyut jantung Benigno melemah. Roberto takut, nyawa Benigno tak tertolong lagi. Ana mencoba menghubungi ponsel Benigno, tapi sayangnya tak aktif. Sampai akhirnya dia menghubungi Roberto, untuk mencari keberadaan daddy angkatnya.
"Menyebalkan! Tak ada satupun yang menerima telepon dariku. Kemana sih kalian ini?" Ana semakin gundah gulana, karena Benigno dan Roberto sulit di hubungi.
Benigno masih belum sadarkan diri, setelah selesai melakukan operasi. Masih belum melewati masa kritisnya. Roberto tampak setia mendampingi bosnya itu.
"Ayo dong, angkat teleponnya!" Ana tampak kesal, karena asisten daddynya tak menerima juga panggilan teleponnya.
"Maafkan saya, Nona Ana. Saya terpaksa melakukan ini, karena permintaan Tuan Benigno," Roberto berkata dalam hati.
"Argh," Ana meluapkan perasaannya. Dia juga melempar ponselnya begitu saja ke ranjang.
Sampai saat ini, Benigno belum juga melewati masa kritisnya. Dia masih dalam keadaan koma. Roberto berharap, bosnya itu bisa segera sadar.
Sudah dua hari lamanya, Benigno berada di rumah sakit. Namun, sampai saat ini belum juga membuka matanya. Untungnya Roberto selalu bisa diandalkan.
Hari ini Ana berniat mendatangi perusahaan Benigno. Dia ingin mencari tahu keberadaan daddy angkatnya. Entah mengapa, dia merasa begitu kehilangan. Padahal sebelumnya, dia memahami kalau daddy angkatnya itu orang sibuk. Tapi kali ini, perasaannya tak enak.
Dia memutuskan untuk tidak kuliah, dan akan mencari tahu keberadaan daddy angkatnya. Saat ini dia sudah sampai di perusahaan Benigno.
"Aku ingin bertemu Daddy," ungkap Ana kepada sekretaris daddynya.
"Sejak dua hari yang lalu, Tuan Benigno tak datang ke perusahaan," jelas sang sekretaris.
"Apa Uncle Roberto ada?" Tanya Ana.
Ana mencari keberadaan Roberto, untuk menanyakan daddynya. Tapi sayangnya, Roberto pun tak datang ke perusahaan beberapa hari ini.
"Sebenarnya, kalian ini ke mana sih?" gerutu Ana.
"Apa Aunty tak memiliki informasi tentang keberadaan mereka?" Ana bertanya kepada sekretarisnya daddynya.
Tak ada yang tahu, kalau Benigno adalah seorang mafia kejam. Mereka hanya tahu, kalau Benigno adalah seorang pemilik perusahaan. Dengan perasaan kecewa, akhirnya Ana pergi meninggalkan perusahaan Benigno.
"Apa Daddy sengaja melakukan hal ini? Berniat menghindar dariku?" Ana bermonolog.
Berbeda halnya dengan Ana yang tampak bingung memikirkan daddynya. Benigno justru masih terbaring lemah tak berdaya. Dokter sudah berhasil mengeluarkan peluru di tubuhnya.