"Lihat dulu siapa aku. Hanya seorang penjahit kecil kelas rumahan, janda dan juga tidak cantik seperti istrimu yang seorang publik figur terkenal di negara ini". ujar Alisha pada seorang yang ingin menikahinya.
Alisha janda dua anak, malah di lamar oleh seorang pengusaha terkenal yang selama ini dikenal sesuami dari artis ibukota.
Apa pengusaha itu menikahi sang janda?. atau ada julukan pelakor bagi si janda yang di sukai pengusaha besar itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R Devi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Asap apa ini Lisa?!" Tanya kak Meri.
Dia baru saja datang. Mungkin dari tempat dia mengajar di sebuah rumah warga, yang meminta kak Meri mengajar tambahan untuk beberapa anak sekitar yang kurang mampu. Satu jam setiap sore dua kali dalam seminggu.
"Sedang membakar ranting kak." Jawab Alisha.
"Oo..".
Kak meri tidak melihat begitu jelas karena berada di luar pagar.
Alisha membiarkan saja asap itu. Pasti sebentar lagi juga akan hilang sendiri. Dia mengajak kedua putrinya untuk mandi dan bersih-bersih. Sudah hampir magrib.
Luthfi yang sedang berada di kamarnya merasakan sedikit gerah. Padahal baru selesai mandi setengah jam yang lalu. Tapi keningnya mengeluarkan keringat.
"Apa kamar ini perlu pakai ac?. Kota ini Akhir-akhir ini memang sedikit panas. Padahal kota ini biasa sangat sejuk." Gumam Luthfi.
Dia bangkit dari rebahannya. Menuju jendela yang ada di sudut kamarnya. Berniat untuk membukanya.
Sinar matahari sore diluar tidak begitu terik. Apa lagi kamar Luthfi tidak terkena langsung cahaya matahari. Selain di lantai satu sinar matahari juga dari arah belakang, Yang jelas ada ruang lain di sebelahnya.
Luthfi mengambil sebuah berkas yang ada di meja. Dia berdiri di depan jendela bertelanjang dada sambil berkipas. Menghadap halaman samping.
"Fira kemana sih. Katanya akan selalu ada jika aku butuh. Dan sekarang aku butuh Dia." Gumam Luthfi.
Setelah berdiam sebentar di depan jendela, Luthfi menutup kembali, karena sudah hampir magrib.
Lalu dia keluar kamar, masih sambil berkipas dengan kertas. Menuju meja makan untuk mengambil minum. Juga merasa sedikit lapar.
Luthfi menyingkap tudung yang ada di meja. Belum ada makanan. Karena sari belum datang.
Biasa sari yang akan memasak nasi sesampai di rumah dan membawa lauk masak dari pasar. Tapi saat ini Luthfi belum melihat adiknya itu. Entah sudah datang atau belum. Padahal biasa dia sudah datang.
"Aku bikin mi instan saja. Nanti malam saja makan nasi." Ujar Luthfi.
Dia menuju dapur, dan mengambil mi instan, telur, juga sayur untuk pelengkap mi instan.
Luthfi memang bisa membuat mi instan. Karena dulu saat masih sekolah sering bikin mi sepulang sekolah, walau lauk untuk makan sudah di sediakan mamanya.
"Abang masak apa?!" Tanya sari yang baru datang.
"Masak mi. Abang lapar." Jawab Luthfi.
"Aku telat pulang dan belum sempat masak. Tapi aku beli nasi bungkus buat abang. Karena aku capek untuk masak." Ujar Sari.
Karena dia telat sampai di rumah, dan tidak sempat memasak.
"Tidak apa. Abang juga ingin makan mi instan." jawab Luthfi.
Karena dia tahu adiknya itu sibuk membantu orang tuanya di warung. Pasti capek.
"Aku mau mandi dulu. Gerah.
Kalau abang mau makan duluan, ambil yang sudah tercampur lauknya. Yang dua masih nasi putih, lauknya tadi di pisah. Buat papa dan mama." Ujar Sari.
"Ok." Jawab Luthfi singkat.
Dia sibuk memasak mi instan. Karena mi rebusnya hampir selesai.
Setelah mi instannya masak, dia dengan santainya makan mi buatannya sendiri di meja makan.
Tanpa dia tahu kalau adiknya sari tertarik melihat tubuh si kekarnya. Apalagi tadi sari melihat perut sixpack nya sekilas.
"Uh. Tubuh abang ku memang kekar dan berotot. Walau tidak ikut kelas fitnes. Sangat mengiurkan." Gumam sari.
Berlalu dari ruang makan. Menuju lantai dua kamarnya.
"Pantas Fira betah melayani abang. Sangat perkasa. Kak Alisha juga pasti sekarang merindukan sentuhan bang Luthfi. Kasihan dia." Ucap Sari.
Bergegas Sari memasuki kamar mandi, karena tubuhnya gerah. Tadi menjelang ashar Sari minta izin pada orang tuanya, untuk bertemu teman barunya. Seorang pria.
Teman yang baru dia kenal di medsos. Dan mereka bertemu di sebuah taman kota, juga sambil makan.
Sari tertarik untuk segera punya pacar. Karena dia sering di panas- panasi oleh Fira yang jadu teman ranjang abangnya.
Bahkan dengan terbuka Fira bercerita pada sari, masalah dewasa.
"Pasti Wendra juga perkasa seperti bang Luthfi. Secara dia juga bertubuh kekar, mungkin rajin fitnes.
Uh... Ingin...". Gunam Sari.
Memejamkan matanya. Sambil menyabuni tubuhnya, karena dia sedang mandi.
Berhayal. Membayangkan jika tubuhnya sedang di elus pacar barunya.
"Ah. Dasar mesum otak ini. Gila... Gila..
Aku bisa gila jika memikirkan ucapan Fira dan menghayal." Ujar Sari.
Dia menyudahi mandinya. Dan segera berpakaian. Karena hampir azan magrib.
.
.
.
gak bisa comend anjang.....
dah lama gak ke NT....
aku malah letinggalan jauih ini...
lagi maraton....
jadi mohon di maafkan jika gak comend di setiap bab nya🤭