9 tahun yang lalu satu keranjang berisi dua bayi laki-laki yang masih merah tiba di kediaman Houston. Tidak ada yang tahu siapa yang meletakkan dua bayi tak berdosa itu di luar pintu pada cuaca dingin seperti itu.
Dua bayi itu tumbuh menjadi anak laki-laki yang sangat Jenius dan sangat mirip dengan Ravenhart Houston. Pria paling populer di negara A. Tanpa sepengetahuan Raven, Dua bocah yang bernama King dan Leonard penasaran dengan sosok ibu yang membuang mereka. Akan kah mereka bisa menemukan ibunya? Atau justru mereka akan mencari ibu baru? Simak kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Tragedi
Kedua orang tua Seravina tiba saat malam menjelang. Mereka datang saat Seravina dan yang lainnya sedang makan malam. Yoshino terkejut melihat Gallen. Dia berpikir putrinya memiliki kekasih lain. Namun, sebisa mungkin Yoshino tetap menunjukkan raut tenangnya.
Gallen menyadari arti tatapan ayah Seravina yang penasaran. Dia akhirnya memutuskan untuk berdiri dan memperkenalkan diri tanpa ditanya oleh si tuan rumah.
Yoshino sedikit terkejut mendengar siapa Gallen. Padahal pria itu cukup memiliki nama besar di negaranya sana, tapi kenapa dia bisa menjadi kaki tangan Raven yang notabene adalah pengusaha biasa.
Yoshino tidak tahu saja, bahwa Raven sebenarnya sudah memiliki nama besar dan bahkan dia menjadi orang terkaya sepuluh besar di dunia. Selama ini orang-orang mengenalnya dengan nama yang utuh Ravenhart.
Seravina heran dengan respon ayahnya. Selama ini dia juga tidak pernah mencaritahu siapa saja orang-orang yang ada di sekitar Raven, karena fokusnya hanya pada kedua anaknya saja. Terlebih lagi, Seravina menggeluti usaha dibidang yang berbeda jauh dengan bidang usaha Raven dan juga Gallen.
Usai makan, Yoshino mengajak Gaara dan Gallen untuk berbicara soal bisnis. Itu pun sebenarnya juga hanya kedok semata agar putrinya tidak curiga. Tujuan utama Yoshino memanggil mereka adalah untuk mengintrogasi mereka.
Jika ketiga pria itu pergi dan akan membahas soal bisnis, Lain halnya dengan Seravina, Yuri dan juga Victoria. Mereka bertiga duduk di ruang tamu dan membahas acara perusahaan yang akan diadakan dua hari lagi.
Mereka bertiga membahas banyak hal, dari pakaian, tempat diadakannya pesta sampai tamu undangan semuanya dibahas.
"Jadi bagaimana, Bu. Apakah sejauh ini semuanya di sini aman?" tanya Seravina, setelah membahas perihal acara perusahaan mereka. Dia tiba-tiba menanyakan topik lain.
"Ibu juga tidak tahu, beberapa waktu lalu kita mengalami kerugian yang tidak sedikit. Beruntung Gaara bergerak cepat membantu ayahmu. Raven juga bahkan memberikan bantuan investasi di perusahaan ayahmu," ujar Victoria sembari memijat pelipisnya. Seravina cukup terkejut mendengar penuturan ibunya. Bahkan Raven tidak pernah membahas soal investasi ini dengannya. Hati Seravina sangat tersentuh dengan ketulusan pria itu.
"Bersyukur sekali, sekarang kita dikelilingi orang-orang baik," ujar Yuri sembari tersenyum senang. Berkat kakaknya, sekarang dia merasa keluarganya cukup aman.
Seravina ikut tersenyum melihat adiknya bahagia, tapi dia tidak tahu harus berkomentar apa. Karena memang saat sakit kemarin, Raven selalu melarangnya memikirkan hal-hal di luar kesehatannya. Jadi dia mengandalkan pria itu di segala kondisi.
Ibu dan kedua putrinya itu bicara banyak hal, sehingga tak sadar jika waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Victoria berpamitan meninggalkan kedua putrinya. Dia sedang kurang enak badan setelah pulang dari perjamuan. Wajahnya terlihat sedikit pucat.
"Kak, kau terlihat lebih pendiam. Ada apa? Apa kau merasa aneh?" tanya Yuri penasaran. Dia merasa sejak tadi kakaknya lebih pendiam. Hanya bicara seperlunya.
"Apa maksudmu?" tanya Seravina bingung
"Suasananya saat ini terlalu tenang, Sejak kedatanganmu, seharusnya menuruti sifat Daisuke, paling tidak dia akan mengirim beberapa gangguan padamu, tapi ini terlalu tenang. Apa kau merasakan seolah ada badai besar sedang bersiap menerjang keluarga kita," tanya Yuri.
"Tidak usah terlalu dipikirkan."
Walaupun Seravina masih tetap tenang, tetapi dia tak menampik dengan pemikiran adiknya. Otaknya kini sedang berpikir keras cara menyudahi permusuhan ini. Dendam Daisuke pada keluarganya sudah sangat mendarah daging. Dia bahkan tidak peduli lagi, rencana apa yang dibuat oleh Daisuke saat ini.
"Api! Api!"
Tak lama dari itu, terdengar suara teriakan dari rumah sisi selatan dimana para pengawal tinggal. Seravina pun bergegas keluar menuju ke rumah sisi selatan. Yuri pun mengikuti Seravina karena khawatir kakaknya akan terkena jebakan. Baru saja dibicarakan tiba-tiba ada kejadian ini.
Gallen, Gaara dan Yoshino baru keluar setelah ada salah satu anak buah Yoshino melaporkan kejadian itu pada mereka. Saat mereka keluar, Api sudah melahap sebagian besar bangunan di sayap selatan. Semua orang berusaha mematikan api. Seravina baru ingat jika ibunya tadi pergi ke kamarnya, dimana kamar ibu Seravina berdekatan dengan rumah di sayap selatan.
Tanpa pikir panjang, Seravina segera menerobos api dari sisi depan. Semua orang terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh Seravina. Yoshino berteriak memanggil putrinya, begitu pun dengan Yuri yang berteriak histeris memanggil Seravina. Keduanya begitu panik. Gaara berlari mendekap tubuh Yuri yang limbung jatuh ke tanah.
Yoshino pun merasa kakinya melemas saat melihat putrinya menerobos api.
Beberapa pengawal masih tetap berusaha memadamkan api. Gallen yang melihat kejadian itu tak tinggal diam. Dia memberanikan diri menerobos api untuk mencari Seravina. Karena bagaimana pun, Seravina diamanatkan kepadanya. Begitu sampai di dalam, Gallen kesulitan melihat karena kepulan asap yang begitu pekat. Rumah yang sebagian besar terbuat dari kayu itu membuat api cepat membesar.
"Ibu, bangun!" suara teriakan Seravina memberi petunjuk bagi Gallen. Pria itu menutup hidungnya dan bergegas masuk ke sebuah ruangan yang ia yakini ada Seravina di dalam sana.
Brak!!
Seravina menoleh saat mendengar suara dorongan pintu dari luar dengan keras.
"Gallen."
"Ibumu pingsan?"
"Ya. Bisakah kau membantuku mengangkatnya?" tanya Seravina dengan suara lemah. Sepertinya dia terlalu banyak menghirup asap.
"Aku akan mengangkatnya. Kau harus bertahan dan keluar bersamaku. Raven bisa membunuhku jika terjadi sesuatu yang buruk padamu."
Seravina terkekeh lemah. Dia bangkit berdiri dan mengikuti Gallen yang sudah mengangkat tubuh Victoria.
Beruntung meski api merembet dan mulai membesar, Ruangan tempatnya berada hanya penuh dengan kepulan asap. Gallen masih mencari jalan agar mereka bisa keluar dari tempat itu dengan selamat. Langkah Seravina semakin lama semakin lemah, dadanya terasa panas dan sesak. Bahkan dia kesulitan menarik napas.
Saat hampir mencapai ambang pintu, Gallen bergerak lebih cepat dan berhasil keluar dari sana dengan aman. Sementara Seravina yang kesulitan bernapas, tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Yoshino berteriak dan berniat berlari mendekati tubuh Putrinya. Api di sayap selatan hampir berhasil dipadamkan. Jadi asap semakin tebal melingkupi tempat Seravina pingsan.
KRAK!
BRAK!
Yoshino membulatkan matanya melihat sebongkah kayu jatuh di atas Seravina.
...----------------...
👍❤❤❤❤