Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -
Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.
Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.
Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.
Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.
'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25 Test-Pack
Happy reading
Tangan Nisa bergetar hebat saat menemukan alat tes kehamilan yang tersimpan di dalam laci meja rias.
Ia meyakini jika alat tes kehamilan yang ditemukannya itu milik Dira--putri semata wayangnya.
Tubuh Nisa terasa lunglai, bibirnya tak kuasa berucap. Hanya tetesan air bening yang mewakili perasaannya saat ini.
Sungguh, kenyataan pahit itu membuat hati Nisa teramat hancur. Ia tidak pernah menyangka jika nasib malang akan menimpa putrinya.
"Ra, siapa yang telah menodai kesucianmu? Kenapa kamu merahasiakannya dari Bunda dan malah memilih pergi?" Nisa menangis tergugu dan menekan dadanya yang terasa nyeri. Ulu hatinya bagai diremas dan diremukkan.
Cukup lama Firman dan Milah menunggu Nisa di bawah. Keduanya dihinggapi perasaan tak tenang dan memutuskan untuk bergegas menyusul Nisa.
Begitu tiba di kamar Dira, Firman terkejut kala mendapati Nisa menangis tergugu sambil memeluk jas berwarna putih milik Dira--putri mereka.
Firman berjalan menghampiri Nisa dengan langkah lebar. Kemudian duduk di hadapannya dan merengkuh tubuh Nisa yang terlihat lunglai.
"Bun, apa yang terjadi? Kenapa Bunda menangis seperti ini?"
Pertanyaan yang terlontar dari bibir Firman membuat tangis Nisa semakin pecah.
Ia tak kuasa untuk memberi tahu kenyataan pahit yang menimpa putri mereka pada Firman dan hanya mampu meluapkan dengan tangisan.
"Bun, yang tenang. Berhentilah menangis. Katakan pada Ayah, apa yang sebenarnya terjadi." Firman mengusap lembut punggung Nisa dengan gerakan tangan naik turun untuk menghadirkan rasa tenang. Ia juga menuntun Nisa agar menghela napas dalam untuk mengusir sesak yang dirasa.
Nisa pun menurut. Diraupnya udara dalam-dalam, lalu dihembuskan perlahan.
Dan benar, sesak yang dirasa mulai berkurang. Tangisnya pun perlahan mereda.
"Bagaimana, Bun?" Firman mengurai pelukan dan menyeka air kesedihan yang membingkai wajah Nisa.
"Alhamdulillah sudah mendingan, Yah."
"Alhamdulillah. Sekarang katakan pada Ayah, apa yang sebenarnya terjadi."
Nisa sejenak terdiam. Rasanya berat untuk menunjukkan test pack yang ditemukannya tadi.
"Bun --"
"Tadi, Bun-da menemukan ini di dalam laci meja rias milik Dira, Yah." Nisa menunjukkan alat tes kehamilan pada Firman. Tangannya bergetar dan terulur ragu.
"Test pack? Milik siapa itu, Bun?"
Nisa menggeleng pelan, lalu sedikit menundukkan kepala.
"Bunda tidak tau pasti test pack ini milik siapa. Tapi Bunda meyakini ... alat tes kehamilan ini milik Dira, Yah," ucapnya lirih.
"Tidak mungkin, Bun. Ayah tidak percaya kalau test pack itu milik Dira."
"Yah, kalau bukan milik Dira, lalu milik siapa? Tidak mungkin Dira menyimpan test pack milik wanita lain. Terlebih, Dira bukan seorang dokter obgyn."
Tangan Firman mengepal kuat, netranya terbingkai api amarah. Sungguh, ia tidak terima jika benar test pack itu milik Dira--putri yang selalu dibanggakan olehnya.
"Jika benar test pack itu milik Dira, lantas siapa yang sudah berani menodai kesucian putri kita, Bun?"
Ucapan Firman membuat Milah bergidik dan dihinggapi rasa takut yang berlebih.
Sebisa mungkin ia mengunci bibir agar tak salah bicara dan lancang membeberkan rahasia yang diamanatkan oleh Dira.
"Bun, katakan pada Ayah ... siapa yang sudah berani menodai putri kita?" Firman kembali bertanya dengan meninggikan intonasi suara.
"Bunda tidak tau, Yah. Test pack ini baru saja Bunda temukan. Bunda yakin, Dira sengaja pergi karena takut untuk mengatakan yang sebenarnya pada kita, jika dia sedang mengandung." Nisa kembali meneteskan air mata dan mendekap erat jas putih milik Dira. Ia tak sanggup menahan kesedihan yang semakin meraja.
"Ayah janji, akan mencari manusia bia-dab yang sudah berani menodai putri kita, Bun. Ayah akan menghajarnya sampai mati."
🌹🌹🌹
Bersambung
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
apalagi aku..
itu memang nama perusahaannya..??
wawww
aku aminkan doamu, Milah
ya pastilah hasratnya langsung membuncah