NovelToon NovelToon
Kakak, Boleh Aku Mencintaimu?

Kakak, Boleh Aku Mencintaimu?

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Keluarga / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:380.1k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Zanna Kirania mendapatkan seorang kakak laki-laki setelah ibunya menikah lagi. Dia jauh dari bayangan Zanna tentang seorang kakak. Cuek, dingin, tidak peduli dan kasar.

Semua berubah saat mereka saling mengenal satu sama lain dan akhirnya menjadi seperti sebuah keluarga yang bahagia. Tapi itu tak lama sampai kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan. Lalu Kiran mendengar kakaknya menyalahkan ibunya karena membuat ayahnya meninggal. Kiran yang marah memutuskan untuk pergi dari rumah untuk tinggal dengan bibinya di kota lain.

Mereka terpaksa bertemu setelah 7 tahun kemudian, karena pekerjaan baru Kiran. Pertemuan itu mengejutkan Kiran, karena yang menunggunya di rumah adalah seorang pria dewasa yang sangat tinggi dan tampan. Benarkah dia kakaknya yang dulu?

Apakah mereka akan menjalin hubungan sebagai keluarga lagi atau malah sebagai sepasang kekasih? Apa boleh Kiran mencintai seseorang yang dulu dibencinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

"Kak Dhika dan Bu Desi?" pikir Kiran lalu menggelengkan kepala. Rasanya sulit menerima kenyataan bahwa kakaknya itu memiliki kekasih seperti atasannya yang suka marah dan memerintah ini. Tapi, Kiran tau diri. Dia tidak boleh ikut campur masalah pribadi kakaknya. Lagipula, siapapun yang menjadi pasangan kak Dhika tidak akan berpengaruh dalam hidupnya.

Karena berangkat terlalu pagi, Kiran menyelesaikan semua pekerjaan dan bisa pulang tepat waktu. Bu Desi juga tidak memberikan pekerjaan lain di hari ini. Kemungkinan karena suasana hatinya senang. Dan Kiran tahu sebabnya. Pasti karena Bu Desi dan kak Dhika menghabiskan waktu bersama semalam. Dada Kiran terasa tidak nyaman lagi. Apa mungkin dia masuk angin? Sudah lebih dari tiga hari dia merasa seperti ini. Sepertinya Kiran harus membeli cairan anti masuk angin saat pulang nanti.

Sampai di rumah kak Dhika, Kiran menjumpai seseorang yang pernah dilihatnya sekitar empat hari lalu.

"Bapak ini tukang yang kerja di rumah saya kan?" tanya Kiran.

"Iya Mba"

"Ada masalah Pak sama rumah saya?"

"Gak ada Mba. Semua sarang tikus dan tikusnya sudah dibasmi. Di halaman dan rumah, semua sudah bersih. Cuma nunggu semua bau kimianya hilang. Tiga hari lagi rumah itu bisa ditinggali lagi"

Kiran merasa senang mendengar kabar itu. Akhirnya dia bisa kembali tinggal di rumah peninggalan kakeknya lagi.

"Berapa biaya totalnya Pak?" tanya Kiran lagi.

"Saya diperintah buat ketemu Pak Radhika besok untuk masalah itu"

"Sama saya aja Pak. Kan saya yang punya rumah"

"Gitu bisa? Tapi ... " Tukang itu kelihatan ragu tapi Kiran terus memaksa.

Saat akhirnya menerima rincian biaya pengusiran tikus di rumahnya, leher Kiran terasa sedikit terccekik. Jumlah yang cukup besar hanya untuk mengusir beberapa tikus. Tapi bagaimanapun dia harus membayarnya. Dia tidak mungkin membiarkan tukang itu datang ke kak Dhika untuk masalah ini.

"Saya transfer aja gimana? Saya minta nomor rekening Bapak" katanya lalu mengeluarkan ponsel.

"Boleh kalo gitu Mba"

Dengan sekali transaksi, Kiran kehilangan setengah dari uang tabungan yang dikumpulkannya dengan susah payah selama ini. Di dalam kamar yang digunakannya Kiran mulai menghitung semua pengeluaran selama tinggal dua minggu di Malang dan merasa sedih.

"Kalo gini terus, belum gajian udah bangkrut" katanya lalu kembali mendesah panjang. Seandainya saja dia cepat ditempatkan dan menerima tunjangan. Maka jumlah gajinya akan meningkat 50%. Sayang sekali anak baru sepertinya harus menunggu untuk bisa mendapatkan semua itu. Apa dia harus bekerja paruh waktu? Dimana? Pekerjaan apa yang bisa dilakukannya di sisa hari seperti ini? Kiran memegang kepalanya dan kembali meneliti angka-angka yang ditulisnya di catatannya. Berharap ada celah untuk mendapatkan uang lebih. Dan tentu saja hasilnya nihil. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk menambah tabungan. Dia hanya bisa berharap pada gaji yang mulai diterima bulan depan. Lalu berhemat sekuat tenaga agar bisa mengisi tabungan lagi.

Yang terpenting adalah rumahnya bebas dari tikus. Jadi dia bisa kembali lagi ke rumah peninggalan kakeknya tiga hari lagi. Kiran berpikir untuk mulai berkemas saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

"Apa kamu sudah makan?" tanya kak Dhika yang berdiri di depan kamarnya. Kali ini kak Dhika memakai kemeja putih dan celana krem. Dia masih tidak terbiasa melihat penampilan rapi kakaknya itu.

"Belum laper"

"Apa kamu bawa pekerjaan ke rumah?" tanya kak Dhika yang sepertinya mengintip ke arah meja di dalam kamar.

"Enggak" jawab Kiran lalu bergegas untuk menutup buku catatan miliknya dan tidak sadar kalau orang itu ikut masuk ke dalam kamar.

"Kamu mau pergi kemana?"

Kak Dhika menemukan koper yang Kiran keluarkan dari lemari.

"Pulang"

"Kemana?"

"Ya ke rumah Kiran" katanya lalu memasukkan koper ke dalam lemari lagi.

"Kenapa?"

"Kan udah selesai pengusiran tikusnya. Jadi Kiran mau balik lagi ke rumah"

"Aku pikir mereka belum selesai sampai sekarang"

"Udah. Kiran tadi ketemu tukangnya kok. Mereka kesini mau kasih laporan itu ke kak Dhika. Tapi kak Dhika belum pulang. Katanya masih ada bau bahan kimianya jadi boleh ditempati setelah tiga hari lagi kira-kira, gitu kata tukangnya tadi" jelas Kiran lalu menoleh dan melihat kak Dhika seperti kesal.

"Apa kamu tadi juga membayar biaya perbaikan?" tanya kak Dhika mengejutkan Kiran. Bagaimana orang ini bisa tahu hal itu?

"Iya"

"Berapa? Biar kakak Ganti semuanya"

"Gak usah. Kan itu rumah Kiran. jadi memang udah seharusnya Kiran yang bayar"

"Tapi kakak yang membawa semua tukang itu kesana. Seharusnya kakak yang bayar"

"Gak perlu. Semua udah Kiran hitung kok"

"Mereka tukang yang mahal. Biaya mereka akan melebihi perkiraan kamu"

Yaaa benar sekali, tapi mau bagaimana lagi. Pikir Kiran lalu menelan ludah dengan susah payah.

"Udah ah. Males ngomongin uang" jawabnya lalu membuat kak Dhika berhenti membicarakan uang lagi. Orang itu terdiam sebentar lalu mulai mengajaknya makan lagi. Tapi Kiran memang tidak lapar dan memilih untuk beristirahat saja lebih awal.

Dhika terdiam sejenak di depan pintu kamar adiknya lalu berjalan ke bawah dengan menghubungi seseorang. Dia menyalahkan diri sendiri karena tidak pulang lebih awal hari ini. Seharusnya dia bertemu dengan tukang suruhannya dan bukan Zanna. Seharusnya dia yang membayar semua biaya dan bukan Zanna. Sekarang Zanna pasti tidak mau menerima uang darinya baik untuk alasan apapun. Dhika merasa seperti orang bodoh karena tidak bisa mengurus hal kecil seperti ini.

Besok paginya saat bangun, Dhika kembali tidak menjumpai adiknya. Zanna bangun pagi-pagi sekali untuk berangkat ke kantor, entah untuk alasan apa. Tapi itu membuatnya bisa masuk ke dalam kamar Zanna dan memeriksa sesuatu. Di atas meja dekat ranjang, Dhika menemukan sebuah buku catatan tebal yang dicarinya. Kemarin dia melihat banyak angka ditulis di dalam buku tebal itu. Dhika duduk di atas ranjang Zanna dan mulai membuka buku catatan itu.

Tak lama dia sadar kalau buku catatan itu lebih mirip seperti buku keuangan. Di dalamnya ada catatan pengeluaran adiknya mulai dua tahun lalu. Dhika membaca halaman demi halaman dan melihat tiga pekerjaan yang dilakukan oleh adiknya selama dua tahun terakhir. Les anak SD, setrika baju dan admin olshop. Ternyata Zanna bisa mengerjakan semua itu sambil tetap kuliah sampai lulus. Bagaimana caranya? Dhika saja menyerahkan semua pengurusan perkebunan pada Pak Agus saat kuliah dulu. Dan besaran gaji yang diterima Zanna tidaklah besar. Semuanya hampir habis untuk pengeluaran pribadi juga biaya kuliah dan skripsi. Dari catatan yang dibacanya, Dhika menyadari kalau Zanna menjalani hidup yang lebih berat dari perkiraannya.

Pantas saja Zanna tidak menyambutnya dengan baik saat mereka bertemu lagi. Tapi Dhika tidak peduli dengan hal itu dan memaksa Zanna untuk menerima permintaan maafnya begitu saja. Sebenarnya ... sebagai seorang kakak, apa yang pernah dia lakukan untuk adiknya itu? Dia terlalu fokus pada kesedihannya sendiri dan tidak menyadari kalau anak perempuan berusia empat belas tahun itu dipaksa untuk tumbuh dewasa sebelum waktunya. Mengerjakan banyak hal hanya untuk mendapatkan uang yang tidak seberapa. Dimana dia saat Zanna kesusahan seperti ini? Dimana dia??

1
wiji rahayu
bagus critanya.. selalu suka novel dari kakak author.. trima kasih.. trus berkarya dan tetep semangat kak/Angry/
Nur Lela
❤❤❤
Sania Putri
keren
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
Luar biasa
Nur Hayati
mulai menyimak...
sarinah najwa
hanya berputar putar saja.... toxic
sarinah najwa
hubungan toxic ga jelas banget 😤
yulianti kurnia
kok tdk ada cerita mpx up dong
Puspa Rani
penasaran aku bacanya
kei
kakak ditunggu up nya...😍😍
Miraecle
ceritax sederhana.. tidak berbelit" penulisanx juga rapi.. pokokx KEREN.
Lela
bodoh bgt nih cowok
Khanza Afifa
anjay di suruh pergi
Titin Nur
seru👍👍👍👍
Herawati Savanna
lanjut kak
Nur Yeni
endingnya gimana...? apa masih berlanjut thor..?
Lina ciello
hajarr ae dika kui.. kok enak2 opo2 kon diemm... diemm. gundulmukui 😡
Lina ciello
dasarr wong lanang butaaaa😡
Lina ciello
wong lanang ogeb bgttt... dimanfaatka kok gelemmm 😡
Lina ciello
ppaling desi mantanne dhika. sek. mendua krna gelem dijak ek. sepi2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!